Pada hari berikutnya, Namara keluar dari kamar dengan pakaian yang rapi dan resmi. Rambutnya ditata dengan apik, sebuah mahkota emas yang mewah bertengger di kepalanya.
Dengan kepala yang terangkat dan wajah tenang yang terkesan acuh tak acuh, dia berjalan lurus tanpa menoleh pada siapa-siapa. Kemunculannya membuat siapa pun yang melihat menjadi heran.
"Nona, kau akan pergi ke mana?" Viserra berlari mengejak Namara.
"Di mana Radyn?" tanya Namara.
"Tidak tahu. Sepertinya semalam dia kembali ke rumah."
Akhirnya Namara menatap salah satu penjaga istana. Kemudian dia memerintahkan dengan tegas, "Panggil Radyn dan seluruh bangsawan klan Matahari!"
"Baik, Nona." Penjaga itu langsung mematuhi perintah Namara dan berlari keluar istana.
Sementara itu Namara kembali melanjutkan langkahnya. Viserra mengikutinya dengan cepat. Pelayan kecil itu cukup kesulitan menyeimbangkan langkahnya.
"Nona, ada apa sebenarnya?" tanya Viserra dengan bingung.