Ketika Ricko sudah berlalu pergi dari rumah, Khanza menghempaskan napas lega. Seolah dia merasa bebas dari sebuah sangkar kali ini.
"Apa itu?" tanya sang ibu menegurnya.
"Hah? Apa?" tanya balik Khanza dengan heran.
"Kenapa kau membuang napas lega begitu? Apakah kau merasa senang jauh dari suamimu?"
"Ibu... Apaan sih, aku hanya membuang napas saja. Sejujurnya aku sedih, itu saja."
"Awas saja kamu bohong dan bertingkah macam-macam selama jauh dari Ricko. Ibu akan memotong kedua kakimu itu," sahut sang ibu mengancam.
"Ya ya ya..." ucap Khanza seolah meledek ancaman sang ibu.
Lantas mereka menikmati sarapan pagi hanya berdua saja, sedang ayah Khanza sudah berangkat pagi buta menuju ke tempat kerjanya, sementara Gio masih terlelap dalam tidur.
Jelang hari sudah siang, Khanza merasa bosan dengan berdiam diri di rumah saja. Sama halnya ketika di kota, dia selalu menghabiskan waktunya dengan berkeliling mall dan berbelanja sesuka hati.