Tiba di hari akan pergi berlibur bersama keluarga. Dengan sekuat tenaga pak Gibran mengumpulkan tenaganya untuk menahan semua kekesalannya dan kemarahannya pada sang istri di depan anak-anaknya. Dia tidak ingin menghancurkan impian dan harapan anak-anaknya di hari liburnya.
Namun, ketika hanya berdua dengan sang istri pak Gibran berubah acuh.
"Pa, semua sudah siap. Apakah ada hal lain yang ingin kau bawa lagi untuk di Villa nanti?" tanya sang istri pada pak Gibran.
Akan tetapi, pak Gibran lagi-lagi mengacuhkan sang istri setelah yang ke tiga kalinya Bianca menyapanya.
"Pa," panggil Bianca lagi, dan kini sembari menarik lengan pak Gibran dengan kasar.
Pak Gibran menghadapnya seketika dan menoleh dengan sangat tajam.
"Ehm, maafkan aku, Pa." Bianca menatap penuh dengan ketakutan dan berkata lirih.
"Tidak ada hal penting lainnya lagi, sebaiknya kau urusi saja ponselmu yang sejak tadi terus berdering tanpa henti itu," cetus pak Gibran pada Bianca.