Seketika Khanza tersentak hatinya begitu wanita itu menyebut nama Adji di depannya, Khanza menoleh seketika dan menatap wajah wanita itu, bahkan dia mulai gemetaran dan deru napasnya tersengal-sengal.
"Kenapa kau begitu gusar mendengar nama Adji?" tanya wanita itu kembali dengan unjuk dagu.
"Kau… Apa kau, ibu dari mas Adji?" tanya Khanza gagap.
Wanita itu beranjak berdiri dan menyumbingkan bibirnya dengan sangat sinis, dia melangkah untuk lebih dekat berhadapan dengan Khanza saat ini.
"Kau tahu, bukan? status dan jabatan Adji saat ini apa?" tanya wanita itu lagi.
Khanza masih terdiam seraya meremat jari jemarinya.
"Aku dan mas Adji…"
"Sebagai orang tua tentu aku menginginkan seorang menantu dan istri untuknya yang sederajat dan mampu mengimbanginya, bukan wanita biasa yang tidak sederajat dengannya, tidak sebanding dengannya." Kembali wanita itu menyela ucapan Khanza.