Khanza masih tercengang dengan mulut terbuka menatap wajah Devano.
"Kenapa? Tidak mau?" tanya Devano lagi.
"Mau!" Dengan reflek bibir Khanza mengucapkan kata itu.
Hei, Khanza. Dasar kau ini, tidak bisakah berpura-pura dulu untuk menolaknya?
Khana merutuki dirinya sendiri di dalam hatinya.
"Ehm, baiklah. Ayo pergi bersama," ajak Devano dengan gugup. Dia mulai salah tingkah juga karena tidak menyangka jika Khanza akan langsung menyetujuinya. Karena sejujurnya tadi pun dia sangat ragu mengucapkannya.
"Ber-sama? Maksud kakak?" tanya Khanza gagap.
"Eh, ehm… ya, kita bersama. Naik mobil kakak," sahut Devano dengan gugup juga sambil menunjuk ke arah mobilnya.
"Eng, tidak usah. Aku naik sepeda saja,"
"What??? Naik sepeda? Ke restoran? Apa kau gila?" tanya Devano membelalakkan kedua matanya, karena dia memang terkejut mendengar Khanza akan pergi bersamanya dengan sepeda mini.