Waktu menunjukan jam 11.00...
Dony baru membuka matanya, kepalanya masih terasa berat, dia beranjak menuju kamar mandi tapi ada yang ganjil dalam pikirannya, aroma tubuh Vio masih tersisa di kamarnya, Dony tertegun karena bukan hanya kamar melainkan tubuhnya benar- benar wangi Vio...
"Tak mungkin... sepertinya aku mulai gila dan halu." gumamnya, setelah mandi, Dony turun ke bawah mencari Sely kakaknya.
kebetulan Sely ada di taman belakang sedang memberi makan ikan- ikannya.
"Kak..." Dony duduk di sampingnya, Sely menoleh.
"Ada apa?... kamu udah sadar setelah kegilaan semalam?" Nada Sely marah.
"Iya kak maaf, aku lagi frustasi? muka Dony cemberut tapi sorotan matanya ada kekecewaan dan kemarahan. Sely menatap Dony dan menghela nafas panjang...
"Kapan kamu dewasa Don? tak semua harus ada dalam kendalimu? tidak semua harus mengikuti maumu, kamu anak laki- laki yang akan bertanggung jawab terhadap pasangannya," Sely berbicara dengan nada kesal.
"Tapi Vio milikku ..." Sely menggelengkan kepalanya berkali - kali.
"kakak tau... tapi bukan berarti kamu sepenuhnya mencampuri kehidupannya..." Sely mengingatkan, agar adiknya lebih berfikir dewasa sedikit.
"Aku harus patuh dengan Ayah, sementara aku membutuhkan Vio, apa aku salah menuntutnya?" Dony tidak mau kalah,
"Vio berdiri sendiri Don, walaupun ada Tantenya untuk sekarang ini, Vio tak bisa terus bergantung padanya, Ayah sudah menanyakan itu pada Vio tadi pagi..." Dony melonjak dari kursinya kaget,
"Vio ada di sini kak semalem waktu aku mabuk?"
"Sepanjang malam, kau pikir apa yang kau peluk semalaman? kalo bukan dia? kamu kaya orang gila semalem, kalo tidak ada Vio kamu tidak akan berhenti... dan mungkin rumah ini akan hancur." Sely mukanya memerah menahan marah, Dony terkejut mendengarnya.
"Jadi Vio yang merawatku?" Dony ingin lebih jelas lagi, Sely mengangguk dan pergi, Dony diam membeku, rasa bersalah menyelimuti perasaannya, segera Dony bangun, mengambil jaket dan keluar mengendarai motornya, Sely yang melihat itu hanga menggeleng - gelengkan kepalanya.
***
Suasana kelas rame dengan gelakan tawa anak -anak, hanya Vio yang terdiam di sana tak berdaya, Lia menatap wajah Vio dengan heran.
"Kamu kenapa Vi...?" yang di tanya hanya menggeleng, membuat Lia makin penasaran
"Tidak biasanya kamu Vi? cerita dong Vi...!" Vio tersenyum hambar,
"Entahlah Li... kenapa semuanya jadi begini, aku dalam posisi sulit." Lia menatap Vio dan menenangkannya,
"Hidup adalah pilihan Vi..." Vio mengangguk,
"Aku mencintainya, tapi mungkin suatu saat aku akan melepasnya jika tak sejalan..." Napas Vio berat....
Lia memandang sahabatnya, dan memeluknya.
***
Vio turun dari ojol, berjalan dengan lesu menuju Villa, sekarang Vio lebih senang tinggal di Villa daripada dirumahnya, suara ombak bisa membuatnya tidak terlalu kesepian, di depan Villa sudah ada Dony menunggu,
"Masuk kak..." Vio mepersilahkan masuk.
Dony turun dari motor dan memeluk Vio dari belakang.
"Vi... ma'afkan aku yang bersifat kekanak- kanakan," pelukan Dony erat membuat Vio tak berdaya,
"Besok aku pergi, aku ingin menghabiskan hari ini bersamamu." Vio terdiam, tak mampu berkata apa- apa, Vio sadar diapun tak bisa jauh dari Dony tapi, tanggungjawab masa depannya tergantung dirinya sendiri.
Vio membalikan badannya dan mengangkat kepalanya ada bulir -bulir kristal keluar dari sudut matanya, Dony segera mengusap air mata Vio, bibirnya mendarat di bibir Vio, mengeratkan pelukannya, napas mereka tak beraturan sampai akhirnya mereka mengakhirinya. Vio tersenyum bibirnya yang ranum membuat Dony semakin menginginkannya.
"Ini harus kita hadapi...." Suara Dony gemetar,
"Vio tau Ini sementara, kita takan terpisahkan... Vio akan tetap bersamamu selalu bersamamu bagaimanapun keadaannya," Vio meyakinkan...
"Vio akan tetap di sini menunggu kak Dony sukses, belajarlah dan bersikaplah yang baik karna Vio pun akan begitu," Dony mengangguk pelan, walau hatinya masih ragu apakah dia mampu melaluinya, karna dulu menahan dirinya selama satu tahun untuk tidak bersama Vio rasanya tersiksa, sampai akhirnya Dony menyatakan cintanya.
"Kenapa bengong Ka...? duduk dulu! Vio ganti baju dulu sebentar," Vio merenggangkan pelukannya. tapi Dony menariknya lagi makin erat pelukannya memeluk Vio.
"Kak Dony, semalem Kakak peluk Vio sampai pagi sekarang kakak mau melakukan hal yang sama?" Vio cemberut,
"Hahaha... semalem aku sama sekali tidak mengingat apa yang aku lakuin sama kamu."
"Huuh... Vio malu tau..." Wajah Vio seketika memerah mengingat apa yang terjadi di rumah Dony.
"Aku tak peduli, biarin aja semua orang tau." jawab Dony enteng melepaskan pelukan dan duduk di sofa. Vio masuk kekamar ganti baju dan membuatkan makan siang,
"Kak makan siangnya udah siap ayo makan!" Dony berjalan menuju meja makan dan mereka makan bersama tanpa suara, setelah selesai makan Vio membersihkan piring- kotor dan duduk di sofa.
"Kenapa kak Dony minum tadi malam?" Selidik Vio,
"Aku tidak berpikir jernih kemarin, aku marah karna merasa di abaikan." mukanya masih kecewa.
"Oh... jadi semua karna Vio..." Vio tersenyum,
"Ga lucu ..." Dony cemberut, Vio tertawa sambil berlalu masuk ke dalam kamar.
"Vio ngantuk, semalem tidak bisa tidur gara- gara jagain kak Dony, Vio tidur dulu ya..." ini membuat Dony cemberut bangun dan ikut masuk kekamar Vio tidur di sampingnya,
"Kenapa kakak masuk kamar Vio?"
"Aku enggak bakalan lepasin kamu," Dony memiringkan tubuhnya lalu memeluk Vio, menekan tubuh Vio sehingga tak ada jarak di antara mereka ...
"Sekarang kita tidur...!" Dony memejamkan matanya, Vio juga melakukan hal yang sama, mereka terlelap dalam impiannya masing- masing.
Tidur mereka lama, Vio bangun setelah matahari terbenam, saat mata Vio terbuka, Vio melihat Dony tersenyum memandangnya,
"Kak Dony sudah bangun?" Dony hanya mengangguk,
"Ayo mandi..." Vio mengangguk, Dony masuk kekamar mandi, mengganti baju dan duduk di halaman belakang Villa, Vio datang membawa teh hangat dan beberapa potong kue, meletakan di meja dan memeluk Dony dari belakang...
"Vio ingin nanti di waktu luang kak Dony, kita bisa seperti ini... sampai kita yakin untuk masuk lebih jauh lagi..." Dony mengangguk, Vio tersenyum melepas pelukannya dan duduk di samping Dony menikmati angin malam.
"Sayang banget malam ini tidak ada bintang..." suara Vio setengah bergumam.
"Bintangnya ada di sebelahku..." Jawab Dony tersenyum.
"Mmmm..." cuma itu yang keluar dari mulut Vio, ciuman mendarat di kening Vio, tanpa Dony duga Vio mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Dony, Dony membalasnya napas mereka tak beraturan Dony meremas dada Vio, membuat Vio menghentikan aktivitas nya, tapi tangan Dony terus pindah ke bagian sensitif Vio yang lainnya napas mereka terengah- engah tanpa Vio sadari kancing baju Vio sudah terbuka semuanya Dony menurunkan ciumannya, saat itu Vio sadar dan menghentikannya, Dony menatap Vio, Vio menggeleng dan merapihkan bajunya kembali.
"Jangan lakukan terlalu jauh ...!" Aktivitas Dony terhenti, Dony duduk dan meneguk tehnya sambil mengatur napasnya....
"Kak Dony marah?" Dony menggeleng,
"Ma'af Vio yang mulai ..." Vio nenundukan kepalanya. Dony mencium tangan Vio.
"Ini sudah indah ... makasih, aku tidak keberatan kalaupun kita seperti ini." Nada Dony meledek,
"Kak..." Vio tertunduk malu.
Malam ini mereka habiskan berdua sampai mereka lelah dan tertidur.
Vio memeluk tubuh Dony menempatkan kepalanya di dada Dony...
ini terakhir yang mereka lakukan sebelum Dony berangkat ke Yogya.