ดาวน์โหลดแอป
30% TERJEBAK CINTA MASA LALU / Chapter 6: SEBUAH PERTANYAAN

บท 6: SEBUAH PERTANYAAN

"Apa kamu masih diam saja tanpa bicara apapun?" tanya Luna setelah hampir satu jam duduk di ruang tengah setelah dari pemakaman.

Alvaro masih terdiam, tidak bisa berkata apa-apa.

Tiara dan Damian hanya saling pandang, ikut menunggu apa yang akan di katakan Alvaro.

"Alvaro? kamu akan mengatakan apa? aku harus cepat kembali ke kota C. Pekerjaanku masih banyak di sana." ucap Tiara dengan kedua alis terangkat.

"Kalian berdua sabarlah, mungkin Alva masih butuh waktu untuk berpikir." ucap Damian mulai paham dengan sikap Alvaro yang tidak terlalu banyak bicara tapi begitu penuh perhatian.

Setelah beberapa saat mereka menunggu Alvaro mengambil nafas panjang dan mengeluarkan kancing besi dan tespack yang masih tersimpan di kantong celananya.

Alvaro meletakkannya di atas meja di hadapan Luna, Damian dan Tiara.

"Apa ini Alvaro?" tanya Tiara serata mengambil tespack di atas meja.

"Aku menemukan itu dua benda itu di kamar mandi di samping Zenita." ucap Alvaro dengan suara pelan.

"Ini alat tes kehamilan? dan hasilnya positif. Apa Zenita hamil Alva?" tanya Tiara dengan tatapan tak percaya.

Dengan cepat Luna mengambil tespack dari tangan Tiara dan melihatnya.

Wajah Luna terangkat dengan wajah merah padam dan mengeras. Dengan penuh kemarahan Luna bangun dari duduknya dan memukul keras wajah Alvaro beberapa kali.

"Jadi ini yang kamu lakukan pada Zenita wanita yang kamu cintai Alva? bedebah kamu Alvaro!!" ucap Luna dengan suara pelan tapi penuh tekanan meremas kerah kemeja Alvaro.

Alvaro hanya diam mendapat pukulan dan kata-kata yang menyakitkan dari Luna.

"Dengarkan aku Luna! kamu lebih mengenalku bukan? katakan! apa aku bisa melakukan hal itu pada Zenita?" tanya Alvaro dengan tatapan penuh.

"Lalu! kalau bukan kamu yang melakukannya, apa kamu bilang kalau Zenita yang tidak setia di sini? aku tidak percaya ini! Zenita sangat mencintaimu Alva! Zenita sangat setia padamu!!" ucap Luna dengan kedua matanya berkaca-kaca.

"Aku tahu itu! aku tahu Luna. Karena itu sampai saat ini aku masih ada di sini bersama kalian. Karena aku tahu Zenita tidak pernah mengkhianatiku. Aku ingin menikahi Zenita karena aku percaya Zenita wanita yang terbaik untukku." ucap Alvaro dengan suara hampir tercekat.

"Lalu...apa arti semua ini Alva? katakan!" ucap Luna menatap kedua mata Alvaro mencari kejujuran di sana. Sungguh! sampai hari ini di mata Luna, Alvaro seorang laki-laki yang luar biasa, sangat sempurna dengan kejujurannya.

"Duduklah, dan tenangkan dirimu. Aku akan menceritakan analisaku." ucap Alvaro yang sebenarnya belum mencari kebenaran yang sesungguhnya.

"Dengarkan aku, aku harap kalian berempat bisa membantuku untuk mengungkap masalah kematian Zenita yang bagiku sangat aneh. Menurutku Zenita meninggal bukan karena bunuh diri dengan cara gantung diri." ucap Alvaro menatap pada Luna, Damian dan Tiara secara bergantian.

"Lalu apa menurut analisamu Al? aku juga tidak percaya kalau Zenita sampai melakukan hal itu." ucap Tiara dengan penasaran.

"Sebelum tadi malam aku membawa jenazah Zenita ke sini, aku membawa Zenita ke temanku Sheila dokter kandungan. Dan disana Sheila memeriksa keadaan Zenita dan dan hasilnya memang benar Zenita sedang hamil 4 Minggu. Tapi apa kalian tahu, dari pemeriksaan itu Sheila menemukan selaput dara Zenita robek sangat parah." ucap Alvaro dengan suara bergetar.

"Apa kamu ingin mengatakan kalau 1 bulan yang lalu Zenita mengalami pemerkosaan?" tanya Damian sangat cepat merespon apa yang di katakan Alvaro.

"Aku juga berpikir sepertimu Damian dan Zenita tidak mungkin melakukan hal itu pada laki-laki lain. Kecuali ada seseorang yang melakukannya dengan secara brutal." ucap Alvaro dengan serius.

"Lalu kancing besi ini apa Al? kenapa kancing ini ada di kamar mandi Zenita?" tanya Luna sambil mengamati kancing besi yang di pegangnya.

"Yang jelas kancing besi itu bukan milik seorang wanita. Karena kancing besi ini biasanya dipakai untuk jas seorang pria. Jadi aku berpikir, sebelum aku datang ada seseorang yang datang lebih dulu menemui Zenita. Dan seseorang itu mengetahui kalau Zenita sedang hamil." ucap Alvaro sambil meremas kedua tangannya.

"Sebentar Al, dikancing besi ini ada tulisan semacam merk perusahaan dan tulisan ini tidak asing bagiku. Coba lihat! apa kamu pernah mendengar nama ini?" ucap Luna seraya memberikan kancing besi pada Alvaro.

Segera Alvaro menerima kancing besi itu dan mengamatinya.

"Merk ini "RMLee" bukankah ini merk perusahaan konveksi milik Rama?" ucap Alvaro sambil menatap ke arah Damian yang saat ini mereka berdua sedang menangani kasus pembunuhan Rendra.

"Kamu benar Al. Aku sangat ingat kalau perusahaan Rama yang bergerak dalam bidang konveksi namanya RMLee." ucap Tiara yang pernah dekat dengan Rama.

"Apakah itu berarti yang menghamili Zenita adalah Rama?" tanya Luna dengan kedua alis terangkat.

Alvaro menggelengkan kepalanya.

"Aku rasa bukan Rama, karena Rama sudah 2 bulan yang lalu tinggal di rumah sakit jiwa. Jadi tidak mungkin kalau Rama yang menghamili Zenita." ucap Alvaro sambil memikirkan sesuatu.

"Tetapi bukankah sekarang yang mengelola semua perusahaan milik Rama adalah Jason?" tanya Damian sangat ingat dengan cerita Alvaro.

"Apakah Zenita mengenal Rama dan Jason?" tanya Luna ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi saat dirinya tidak ada di kota A.

"Aku tidak tahu Luna, karena Zenita tidak pernah bercerita atau menyebut nama Rama dan Jason di hadapanku." ucap Alvaro sambil meremas rambutnya.

"Apa kita tidak mempunyai bukti lagi selain tespack dan kancing besi itu?" tanya Tiara tidak tahu lagi apa yang harus di pikirkannya.

"Tiara sebaiknya pagi ini kamu kembali ke kota C, dan usahakan kamu merawat Rama dengan baik. Siapa tahu dengan sembuhnya Rama dia akan mendapatkan ingatannya kembali. Dengan kembalinya ingatan Rama mungkin bisa membantu apa yang terjadi di dalam keluarganya dan juga masalah Zenita." ucap Alvaro dengan perasaan sedih.

"Baiklah Al, aku akan segera pulang. Kalau Rama ada perkembangan, aku akan menghubungimu." ucap Tiara seraya beranjak dari tempatnya, namun Damian memanggilnya.

"Biarkan aku akan mengantarmu pulang." ucap Damian langsung bangun dari duduknya untuk segera mengantar Tiara pulang ke kota C.

"Damian, setelah mengantar Tiara kamu ikut denganku untuk menyelidiki di mana Jason tadi malam." ucap Alvaro sambil melirik Luna yang diam saja mengamati hasil tespack Zenita.

Damian menganggukkan kepalanya kemudian menyusul Tiara yang keluar lebih dulu.

"Apa yang kamu pikirkan Luna?" tanya Alvaro seraya mengambil tespack dari tangan Luna dan juga mengambil kancing besi yang ada di atas meja untuk di simpannya kembali sebagai bukti.

"Seandainya Zenita masih hidup, aku akan punya keponakan bukan?" ucap Luna dengan wajah sedih.


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C6
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ