Saat tangannya baru menyentuh gagang pintu, ia tertegun melihat orang yang membuka pintu tersebut.
Orang di depannya juga tertegun.
Lalu detik berikutnya, semuanya menjadi jelas bahwa orang di depannya bukan hanya imajinasinya saja, Xia Xingkong pun langsung kembali tersadar, berseru dengan tajam, "Xia Xingchen, mengapa kamu bisa ada di sini?!"
Xia Xingchen hanya diam saja, sebab tenggorokannya sangat kering. Bahkan jika ia ingin menjelaskan, dirinya pun sedang kesusahan untuk berbicara saat ini.
Xia Xingchen ingin pergi, tetapi wajah Xia Xingkong menjadi sangat kesal menatapnya. Lalu ia mengangkat tangannya dengan agresif, 'Plak!!!', Xia Xingkong menampar wajah Xia Xingchen.
Sebenarnya Xia Xingchen ingin menghindari tamparan itu.
Namun, tamparan itu begitu kuat, ia merasakan sakit luar biasa di pipinya. Wajah kecil Xia Xingchen bengkak, dan lima sidik jari terlihat jelas di pipinya.
Dengan tamparan ini, Xia Xingkong bahkan menjadi lebih mengerikan. Hal itu membuat Xia Xingchen menjadi pusing dan matanya menjadi sedikit kabur.
"Xingkong, apa yang kamu lakukan?" Begitu Xu Yan keluar, ia melihat kejadian ini.
Lalu, Xu Yan menarik Xia Xingchen yang sedang tertekan ke dalam pelukannya.
"Coba kulihat, sakit tidak?"
Xia Xingchen berjuang untuk keluar dari pelukannya. Tapi Xu Yan tidak ingin melepaskannya, hanya menatap Xia Xingkong dengan kecewa, "Xingkong, Xingchen itu Kakakmu, bagaimana bisa kamu menamparnya?"
"Kak Xu Yan, mengapa kalimatmu seperti melindunginya? Apakah kamu bahkan tidak melihat bahwa aku sama sekali tidak nyaman dengannya?"
Xu Yan tersenyum pahit, ia benar-benar tahu bahwa Xia Xingchen tidak nyaman dengan dirinya.
Sayang sekali...
Xu Yan gelisah dengan dirinya sendiri...
"Tunggu aku di luar, aku ingin bicara denganmu." Xu Yan berbicara dengan tegas sembari menutup pintu. Kemudian, ia pun menggendong Xia Xingchen yang kondisinya sudah sangat lemas dan membawanya masuk ke dalam mobil.
"Xu Yan, aku tidak akan membiarkanmu pergi! Buka pintunya!" Xia Xingkong berteriak. Kebencian di wajahnya sudah semakin menjadi-jadi.
Dalam situasi seperti itu, ada satu orang yang sedang sakit, ditambah dua orang yang sehat. Sayangnya, kedua orang itu tidak memperhatikan pintu, dan seseorang baru saja melihat adegan itu.
"Orang-orang sudah menemukannya, Tuan." Leng Fei pergi ke Istana Presiden dan melaporkan dengan sangat hati-hati.
"Di mana?" Bai Yeqing langsung bangkit dari meja.
"Silakan Anda melihat sendiri." Leng Fei tidak berani berbicara, dan memberikan foto yang baru saja dikirim ke ponselnya. "Lihatlah, baru saja ada yang menemukannya."
Ketika Bai Yeqing melihat foto itu, ekspresi di wajahnya seperti bisa menembus ke layar ponsel.
Ketika jari-jari panjang Tuan Presiden mengambil ponsel itu Leng Fei semakin tegang.
Di ruang kerjanya, suhu di dalamnya seolah-olah mendadaka menjadi dingin, dan tekanan udara yang tinggi membuat Leng Fei tidak berani bernapas.
Di foto itu... Xia Xingchen sedang berbaring di pelukan Xu Yan, dua orang itu terlihat seperti orang yang begitu dekat dan akrab, seperti pasangan pada umumnya.
"Kalau begitu… apakah Tuan akan segera membawa pulang Nona Xia?" Leng Fei tidak bisa memahami pikiran Bai Yeqing, ia bertanya dengan gemetar.
"Tidak perlu menjemputnya, bukankah dia baik-baik saja?" Suara Bai Yeqing menjadi lebih dingin, dan mengembalikan ponsel itu ke Leng Fei. "Kembalilah dan tidur, jangan khawatirkan dia lagi!"
Leng Fei tidak membalas ucapannya dan mengambil ponselnya. Ia pun keluar dari ruang kerja Bai Yeqing dengan ragu.
Mungkinkah Tuan Presiden benar-benar mengabaikan Nona Xia?
Benar saja, ada orang yang belum meninggalkan Istana Presiden, lalu menghubungi seseorang.
******
Di sebuah apartemen di lantai bawah.
Xia Xingkong menatap Xu Yan dengan air mata tidak percaya, "Apa yang kamu katakan? Coba kamu katakan lagi!"
"Maaf. Mari kita batalkan pertunangan ini…"
"Hanya demi Xia Xingchen? Kak Xu Yan, aku tidak mau! Jika kamu marah kepadaku karena aku baru saja menamparnya, aku minta maaf kepadamu. Aku benar-benar tidak tahu dia sedang sakit." Xia Xingkong merangkul lengan Xu Yan.
Xu Yan menarik tangannya dari rangkulan Xia Xingkong, "Maaf, Xingkong, kata-kata ini tidak ada hubungannya dengan urusan hari ini. Aku ingin memberitahumu sejak dulu, tapi aku tidak pernah menemukan waktu yang tepat."
"Kak Xu Yan, kamu tidak bisa melakukan ini padaku…" Xia Xingkong memohon dengan tangisan yang dalam. Saat ia ingin mengatakan sesuatu lagi, beberapa cahaya terang datang dari jauh.
Seketika mereka pun langsung melihat ke arah cahaya itu, dan cahaya terang itu terlalu menyilaukan bagi mereka.
Lalu…
Beberapa mobil mewah perlahan melaju masuk dari luar dan berhenti.
Beberapa orang berpakaian hitam turun, lalu salah satu dari mereka membuka pintu penumpang, dan Bai Yeqing keluar dari mobil itu dengan menggunakan mantel abu-abu.
Di malam hari, angin sejuk bertiup. Dengan tinggi badan sekitar 188 cm, Bai Yeqing berdiri di sana. Ia pun menatap kedua orang yang ada di depannya itu. Hanya dengan satu tatapannya, membuat orang yang ada di sekitarnya merasa terintimidasi dengan kedatangan orang ini.
Xu Yan terkejut. Tidak, lebih tepatnya ia tersentak.
"Tu... Tuan Presiden?"
Bai Yeqing meliriknya, dan ekspresinya yang datar membuatnya merasa tertekan.
"Apakah dia ada di sini?" Ia berbalik dan bertanya pada Leng Fei dengan suaranya yang berat.
Leng Fei mengangguk, "Iya, ada di apartemen Tuan Xu."
Bai Yeqing mengarahkan pandangannya pada Xu Yan lagi, tatapannya sangat dingin. Setelah menatap Xu Yan, Bai Yeqing langsung menuju lift.
Xu Yan perlahan pulih dari keterkejutannya, kemudian berkata kepada Xia Xingkong, "Aku akan ke atas dan melihat sebentar."
Lalu Xu Yan buru-buru mengikuti orang di depannya yang menuju lift.
Xia Xingkong ditinggalkan begitu saja, ia berdiri sendirian di sana, menatap semua ini dengan penuh kecemburuan. Apa yang begitu menarik bagi presiden dan Xu Yan terhadap Xia Xingchen yang sudah melahirkan itu?
*****
Bai Yeqing berjalan ke pintu tanpa menunggu Xu Yan mengambil kunci untuk membukakan pintu. Tanpa menunggu lama pintu apartemen milik Xu Yan dibuka dari dalam.
Orang yang ada di dalamnya sudah sangat lemah seolah-olah akan jatuh kapan saja.
Bai Yeqing menatapnya, ekspresinya sangat tegas seakan memperlihatkan tatapan yang serius pada orang yang dilihatnya.
Xia Xingchen tidak tahu bahwa pria ini akan muncul di hadapannya.
Gejolak dan hasrat di hatinya hanya bertahan beberapa detik.
Xia Xingchen langsung memikirkan situasinya sekarang, ia sibuk menutupi hidung dan mulutnya, dan akan menutup pintunya tanpa sadar.
Bai Yeqing menatapnya dengan dingin, dan berkata tegas, "Coba saja kalau kamu berani menutup pintu ini!"
Terkejut oleh auranya, tangan Xia Xingchen yang akan mendorong gagang pintu itu pun tidak berani bergerak. Ia hanya menatap mata Bai Yeqing yang terlihat marah, tatapannya seperti harimau yang ganas. Sebaliknya, Xia Xingchen seperti kelinci putih kecil yang siap dimakannya setiap saat.
"Keluar." Nada bicara Bai Yeqing sangat tegas, nadanya sepenuhnya memerintah.
Xia Xingchen menggerakkan kakinya dan ia perlahan keluar.
Dengan lengannya yang panjang, Bai Yeqing langsung menarik Xia Xingchen. Saat ini Xia Xingchen tidak bisa menahannya, dan badannya langsung di gendong dan menyentuh dengan keras dada Bai Yeqing. Otot-otot dadanya yang kuat, keras seperti batu. Xia Xingchen pun menyentuh kepalanya dan membuatnya pusing.
Bai Yeqing meletakkan tangannya di dahi Xia Xingchen, suhunya sangat panas sehingga ia terkejut dan langsung berkata kepada Leng Fei, "Cepat beritahu tahu Dr. Fu, dan siapkan tim medisnya. Katakan padanya untuk segera bersiap di Istana Presiden sekarang!"
"Baik, Tuan." Leng Fei dengan cepat menjawab.
"Jangan terlalu dekat denganku…" Xia Xingchen takut ia akan menularkan ke Bai Yeqing, dan mencoba untuk melepaskan tangannya. Jari-jari ramping Xia Xingchen mencoba melepaskan begitu keras sehingga jarinya berkeringat.
Garis-garis wajah Bai Yeqing menegang, dan ia tidak melonggarkan tangannya sedikit pun di pinggang Xia Xingchen. Tangan Bai Yeqing yang satunya tiba-tiba menyibak rambutnya yang basah oleh keringat. Di pipinya terlihat bekas 5 jari yang berwarna kemerahan dan membuat mata Bai Yeqing seketika terbelalak.