"Suruh semua mobil yang ada di depan maupun belakang memberi jalan." Bai Yeqing memerintahkan Leng Fei.
Leng Fei mengangguk, menekan alat komunikasi khusus di mobil, dan memberi perintah kepada pengawal yang lain. Setelah itu beberapa mobil dengan cepat membubarkan diri dan tenggelam dalam lalu lintas.
Setelah perjalanan singkat, mobil akhirnya berhenti.
Mobil mereka berhenti di sebuah jalan, dan mengarah menuju Gedung Dinas Kementerian Luar Negeri.
Setelah sampai di depan pintu gerbang, Bai Yeqing duduk dengan sabar di kursi belakang dan menunggu sopirnya. Kemudian sopirnya di minta masuk ke dalam gedung tersebut untuk mengecek sesuatu. Sambil menunggu, Bai Yeqing hanya menatap pintu gerbang Kementerian Luar Negeri. Dalam hatinya, ia merasa kedatangannya ini masih terlalu cepat untuk mengunjungi Xia Xingchen, namun setidaknya kedatangannya kali ini tidak terlambat sebelum waktu pulang kerja.
Namun, ketika ia berpikir begitu, dirinya melihat salah satu supirnya keluar. Bai Yeqing mengerutkan kening. Pengemudi itu masuk ke dalam mobil dan melaporkan, "Tuan, Nona Xia tidak ada di dalam."
"Apa yang terjadi?"
"Nona Xia izin cuti hari ini dan tidak datang bekerja."
'Cuti? Tidak berangkat kerja?' Seketika Bai Yeqing berpikir mengenai jawaban sopirnya itu.
Xia Xingchen selalu menjadi orang yang teladan dan tidak akan meninggalkan pekerjaannya kecuali hal yang penting. Namun, saat Bai Yeqing meneleponnya hari ini, ia tidak mendengar jika Xia Xingchen bilang ada sesuatu yang penting.
Bai Yeqing diam sesaat, dan sopir itu tidak tahu apa yang dipikirkan Bai Yeqing.
Leng Fei bertanya, "Apakah kita kembali ke Istana Presiden dulu, Tuan?"
"Ya, kembali." Jawab Bai Yeqing dengan ketus. Dalam hatinya, ia hanya punya satu kata sederhana, 'Keterlaluan!!!'
Pertama kali saat menjemputnya di kantor, Xia Xingchen malah pergi tanpa ada laporan sama sekali. Singkatnya, Xia Xingchen punya cara untuk membuatnya kesal.
Bai Yeqing mengerutkan kening berpikir sembari mencari sesuatu di ponselnya. Butuh waktu beberapa saat, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi Xia XIngchen.
*****
Sebaliknya, saat ini Xia Xingchen masih tertidur.
Xu Yan dengan hati-hati menyelimutinya sembari menatapnya dengan lembut, ia pun enggan pergi meninggalkannya sendirian.
Pada saat ini, ponsel Xia Xingchen tiba-tiba berdering dari tempat tidur.
Karena takut membangunkannya, Xu Yan dengan cepat mengambil ponsel itu dan menekan tombol mute. Namun, ketika matanya jatuh ke layar, tatapannya menjadi tercekat untuk beberapa saat.
Tertulis 'calon suami' yang menusuk matanya seperti pedang yang tajam.
Ia benar-benar ingin tahu siapa orang yang namanya disamarkan menjadi kedua kata itu. Apakah itu Yu Zenan, atau apakah itu Tuan Presiden?
Terobsesi dengan emosinya, jari panjangnya seakan meluncur untuk menekan tombol jawab di layar ponsel itu. Sayangnya saat Xu Yan sampai di area tombol jawab, teleponnya pun dimatikan. Xu Yan tidak sempat untuk mendengarkan suara dari kontak 'calon suami' itu. Layar ponsel itu seketika menjadi hitam.
Telepon itu tidak berhasil dijawab.
Xu Yan menatap layar gelap itu cukup lama, kemudian ia meletakkan ponsel itu kembali ke tempatnya.
Di sisi lain…
"Maaf, panggilan yang Anda tuju tidak menjawab. Silahkan panggil ulang nanti! SORRY…" Bai Yeqing memegang ponselnya dan mendengarkan suara itu. Semakin berat dan lebih dalam. Ia sangat kesal.
Bai Yeqing tidak menyerah, ia meneleponnya lagi beberapa kali, tetapi setiap kali ia menghubunginya, hasilnya selalu jawaban dari operator telepon. Teleponnya tidak pernah dijawab oleh Xia Xingchen.
Hal ini membuatnya gelisah.
Apa yang sedang dilakukannya saat ini?
Saat sampai di Istana Kepresidenan, ia segera melepas sepatunya dan berganti dengan sandal rumah. Mata Bai Yeqing menatap dengan kesal selama memasuki Istana Presiden, dan ia pun segera menuju pada para pelayannya.
"Di mana Nona Xia?" Ia bertanya pada salah satu pelayannya.
"Nona Xia belum kembali."
Bai Yeqing mengerutkan keningnya lagi. Ia tidak tahu penyebab suasana hatinya sangat rentan terhadap kegelisahannya hari ini.
"Ayah, kata Paman kepala pelayan, Dabao tidak akan kembali hari ini."
Xia Dabai mendongak dari sofa.
"Jangan berbohong!" Bai Yeqing tidak mempercayainya. Bai Yeqing hanya ingin Xia Xingchen pulang dan memasak untuknya malam ini. Terakhir kali Xia Xingchen sudah membuatnya untuk menunggu semalaman dengan sia-sia, kali ini ia tidak akan membiarkan Xia Xingchen menggagalkan rencana ini lagi.
"Itu benar, kalau ayah tidak percaya tanya saja pada Kepala Pelayan."
Anaknya sudah bilang begitu dan membuat Bai Yeqing mengerutkan keningnya. Ia pun berbalik dan bertanya ke kepala pelayan dengan ragu.
"Apa yang terjadi?"
Dari ekspresinya, Kepala Pelayan itu tampak ada tekanan yang membuatnya merasa takut dan tidak tenang.
Ia menundukkan kepalanya dengan gugup dan berbisik, "Nona Xia menjelaskan ketika dirinya keluar pagi ini, dia berkata bahwa dia tidak akan kembali untuk sementara waktu selama beberapa hari nanti. Dia juga secara khusus mengatakan kepada saya untuk merawat Tuan Muda dengan baik."
"Alasannya?"Suaranya semakin dingin.
Pelayan itu menggelengkan kepalanya sembari berkata, "Nona Xia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dan bergegas pergi di pagi hari dengan menggunakan masker, dan itu terlihat sangat tidak baik. Lalu, pada siang hari, Nona Xia menelepon dan menyuruh saya untuk menyemprotkan desinfektan di seluruh bagian rumah. Dan melakukan sanitasi yang baik."
Tidak heran ini terlihat aneh.
Tapi… tunggu! Masker? Tiba-tiba menghilang? Disinfeksi?
Lalu… Telepon siang hari tadi...
Bai Yeqing merasa ada yang aneh padanya saat ini. Tapi ia tidak berpikir terlalu dalam.
Kemudian Bai Yeqing menatap tajam dan menoleh kepada pelayannya, "Panggil Sekretaris Leng!"
"Baik, Tuan."
Ketika pelayan itu mendengar ini, ia melihat bahwa ekspresi Tuannya sangat dingin dan tidak berani menunda permintaannya. Ia pun bergegas keluar.
Leng Fei baru saja masuk ke mobil dan bersiap untuk pergi. Lalu pelayan itu berteriak menghentikan Leng Fei, "Tunggu! Sekretaris Leng! Tunggu sebentar!"
Leng Fei keluar dari mobil dan bertanya, "Ada apa? Apakah Tuan memanggilku?"
"Iya, Tuan memanggilmu untuk masuk."
Tanpa menjawab apapun, Leng Fei dengan cepat berjalan masuk ke Istana Presiden. Ia langsung bertatapan dengan Bai Yeqing yang melangkah keluar dari ruangannya, ekspresinya tampak serius sehingga sangat mengerikan.
"Ada apa, Tuan?" Leng Fei bertanya dengan cepat.
"Xia Xingchen menghilang! Tidak peduli bagaimana caranya, segera temukan dia!"
"Baik, Tuan. Saya akan pergi!" Leng pun Fei segera keluar dan menelepon orang-orang kepercayaannya.
Apalagi bila ia harus mengandalkan Badan Intelijen Nasional, menemukan seseorang itu sangat mudah. Namun, itu tidak boleh digunakan tanpa surat perintah khusus.
Begitu orang tahu bahwa Tuan Presiden sedang mencari seorang gadis secara rahasia, maka itu pasti akan membuat para wartawan tertarik dan membuat artikel tentangnya. Pada saat itu, mungkin nyawa Nona Xia dan Tuan Muda akan dalam bahaya setiap saat.
Alhasil, Leng Fei tidak punya cara lain selain mengandalkan kemampuannya untuk mencari Xia Xingchen.
*****
Saat malam hari.
Xia Xingchen terbangun. Demamnya masih belum menurun, dan tubuhnya basah oleh keringat.
Ketika ia bangkit dari tempat tidur dan meninggalkan ruangan ini, ia melihat Xu Yan sedang sibuk di dapur. Sejak kecil, sebenarnya Xu Yan juga hidup dalam kemewahan. Hal itu secara alami membuatnya tidak terlalu akrab dengan memasak, sehingga tindakannya tampak canggung di mata Xia Xingchen.
"Apakah kamu sudah bangun?"
Xu Yan tampaknya menyadari tatapan Xia Xingchen, tiba-tiba ia mengangkat kepalanya, dan bergegas keluar dari dapur, "Apakah kamu merasa lebih baik?"
Xia Xingchen ingin menghindarinya, karena takut jika Xu Yan akan terinfeksi.
"Sudah terlambat untuk bersembunyi sekarang. Jangan khawatir, apakah kamu melihatku sedang tidak baik sekarang?" Xu Yan membantunya duduk ke sofa. "Duduklah, aku akan mengambil termometer untuk mengukur suhu tubuhmu."
"Tidak perlu…" Bibirnya kering dan ada darah yang keluar. Dengan tangannya yang memegang sofa, Xia Xingchen berkata, "Aku akan keluar, dan mencari hotel di sebelah."
Xu Yan sebenarnya ingin menahannya, tetapi Xia Xingchen sangat bersikeras untuk pergi, dan sulit untuk membujuknya.
"Kalau begitu tunggu aku, aku akan mengambil kunci mobil, dan mengantarmu." Xu Yan langsung pergi ke kamarnya.
Xia Xingchen tidak ingin merepotkannya lagi, dan tidak menunggu Xu Yan. Ia pun segera mengemasi barang-barangnya, dan membuka pintu.
Namun, tangan itu hanya mencapai kenop pintu, dan pintunya dibuka oleh seseorang dari luar.
Xia Xingchen bertemu orang itu, dan tertegun.