Ini sudah seminggu sejak aku menjadi istri seorang Ramelson, tidak ada yang istimewa sejauh ini, setelah hari pernikahan kami berdua. Kami hanya mengobrol seperlunya dan aku tetap menjadi sekertarisnya di kantor, ya tidak ada yang berubah.
Kami seperti bawahan dan atasan sebagaimana mestinya.
Sebenarnya ini bukan pernikahan yang aku inginkan, seorang suami dan istri namun seperti dua orang asing yang tak saling mengenal, entah apakah akan ada kebahagian yang utuh tentang pernikahan ini.
Tapi aku cukup bersyukur karena aku cukup merasakan kebahagian dengan panggilan seorang mommy dari anak laki lakiku. Kasih sayang yang diberikan oleh kedua mertua yang sangat baik, mereka benar benar menyayangiku seperti menyayangi anak mereka sendiri.
dalam seminggu ini sudah dua kali nyonya Gornio, ibu mertuaku datang hanya untuk menanyakan kabar kami dan makan malam bersama. ia orang yang sangat pengertian, bahkan ia menyarankan aku untuk berhenti bekerja dan membuka usaha butik bersamanya.
sebenarnya aku mau saja, namun mungkin nanti saat aku sudah mempunyai anak dari Ramel, anak? pemikiranku sudah kearah sana saja, padahal Ramel menyentuhku saja belum. hanya ciuman singkat beberapa hari yang lalu. dan ya begitulah, tak ada kontak fisik lagi.
kadang aku berfikir setiap malam, apa Ramel tidak menyukai bentuk tubuhku?. aku sudah sengaja menggunakan pakaian yang sedikit terbuka setiap tidur malam, dan Renandra juga sudah tidur dikamarnya sendiri. tapi Ramel hanya melihatku dengan datar dan terlelap sampai pagi.
aku juga sudah menonton berapa film dewasa, bagaimana cara mengoda suami sendiri, tapi itu terlalu binal. aku membayangkan saat menggodanya saja sudah bergidik ngeri.
Mungkin nanti aku harus bertanya ke beberapa teman lama, yang tentu saja sudah mempunyai pengalaman dalam menggoda suaminya.
Hari ini aku bersiap untuk berangkat ke kantor, namun aku tetap menjalankan kewajiban sebagai seorang istri, aku menyiapkan keperluan suamiku dan anak laki lakiku.
Membangunkan mereka dan menyiapkan pakaian dan sarapan bersama, walaupun sesekali aku harus kerepotan karena kesibukan dikantor yang tak ada habisnya. untungnya Ramelson mempunyai banyak pelayan, jadi aku tak harus membereskan Mansion sebesar ini.
"Pagi sayang, kemarilah kita sarapan bersama, dimana daddymu nak?", Tanyaku pada Renandra yang sudah turun dan bersiap untuk sarapan bersama.
"Pagi juga mom", dia mencium pipi kanan dan pipi kiriku entah sejak kapan kebiasaanya itu di lakukan tapi aku tetap senang dengan perilaku manisnya.
"Daddy sedang bersiap mom, mungkin sebentar lagi turun. Oh ya Mom hari ini bawakan aku bekal untuk dibawa ke sekolah ya, soalnya aku bosan dengan makanan yang ada di kantin sekolah". ia berbicara dengan bibir yang mengerucut, kebiasaanya jika menginginkan sesuatu. walaupun baru seminggu berhadapan langsung dengan sifat manjanya, tapi itu selalu membuatku merasa dihargai dan disayangi.
"Ya baiklah kamu sarapan dulu, mommy akan siapkan bekal untukmu boy", kukedipkan sebelah mataku dan mengelus puncak kepalanya.
Aku berlalu kedapur untuk mengambil kotak bekal dan membawanya keruang makan lagi, aku menyusun beberapa lauk dan sayur serta buah ke dalam kotak bekalnya. di jam makan siang Renand terbiasa dengan makanan berat, walaupun dia masih sekolah dasar tapi kegiatannya banyak sekali. ia harus tetap sehat dan fokus dalam pembelajaraan.
"Baiklah ini kotak bekalmu, makanlah yang banyak ya", kemasukan kotak bekal itu kedalam tas nya dan tidak lupa dengan botol minum.
"Ya terimakasih mom, duduklah mom kita makan bersama, itu Daddy sudah turun". ia menunjukan suamiku yang sudah sangat tampan dengan setelan kemeja biru dongker yang kusiapkan.
"Ya baiklah", aku tersenyum, lalu menyendokan salad buah dipiring dan memberikan segelas kecil yogurt strawberry kepada Renandra, Ramel duduk dengan tenang dan membuka serbetnya, Selanjutnya aku memberikannya Roti manis dan potongan buah segar kepada suamiku itu, Ramelson tak berbicara sama sekali dia hanya makan dalam diam.
Ya walaupun sudah seminggu tapi sifatnya belum ada perubahan masih cuek dan dingin seperti biasanya. Bahkan aku saja bingung ingin memecahkan keheningan di dekatnya bagaimana. Dia selalu menanggapi singkat setiap ucapanku. Tapi yasudahlah biarkan saja.
Aku masih beruntung bukan, di bandingkan dengan orang-orang di luar sana. Aku masih diberikan kecukupan ekonomi dan kebahagiaan dari keluarga besar.
Kami makan dalam diam, sesekali aku menanyakan apa mereka ingin menambah sesuatu. Ramel memang tidak banyak makan jika di pagi hari, tapi tidak lupa aku selalu memberikan secangkir kopi hangat padanya.
tak selang berapa lama sarapan kami selesai, Ramel bangun dari duduknya dan mengambil tas kerja yang diperlukan, aku membantu Renadra memakai sepatu sekolah dan merapihkan kerah bajunya
"Apakah tidak ada yang tertinggal keperluan sekolahmu son? Apakah PR mu juga sudah dikerjakan?", Tanyaku padanya sekalian menuntunya memasuki mobil.
"Sudah mom semuanya sudah beres tenang saja", jawabnya.
Kami berangkat dan membelah jalanan ibukota. Ramel tak pernah menyetir jika berangkat ke kantor, semua dilakukan oleh supirnya, kami duduk dengan tenang di jok belakang. duduk berdampingan namun tetap tanpa suara, Ramel bertanya tentang keperluan anaknya saja tidak. Entahlah mungkin dia memang seperti itu orangnya.
kulihat ia menyisir rambutnya dan menggunakan gel rambut agar terlihat sedikit basah, tak lupa memakai kacamata culun yang sudah menjadi kewajiban selama dia berangkat ke kantor. walaupun orang-orang melihat ia sangat culun, tapi menurutku dia tetap terlihat tampan, aura intimidasi tak hilang dari bola matanya yang coklat terang.
sudah seminggu ini, dan aku belum berani menanyakan mengapa ia selalu berpenampilan seperti itu, culun dan membosankan. itu terlalu pribadi, dan Ramel pun tak pernah bercerita apa-apa.
Mobil kami sudah memasuki pekarangan sekolah Renandra, dia sekolah di salah satu sekolah swasta ternama. Tidak heran jika gedung sekolahnya benar-benar luas dan bagus.
"Bye mom bye dad, sampai bertemu nanti di rumah", pamitnya padaku dan Ramelson, aku mencium puncak kepalanya dan tersenyum, Ramel pun selalu mencium pipi anaknya.
Renandra sangat manis dengan pakaian sekolah dan berlari masuk kedalam gedung besar didepannya, aku rasa teman-teman yang ada disekolahnya mempunyai kekayaan yang tidak ada bedanya dengan kekayaan Tuan Ramelson disampingku ini.
Mobil kami berlalu meninggalkan gedung sekolah, berjalan lurus untuk sampai ke gedung-gedung perkantoran.
"Reista aku ingin besok hari Rabu kosongkan semua jadwalku, aku ada keperluan", kata Ramelson memecahkan keheningan di dalam mobil.
"Rabu? Bukankan kamu ada rapat penting dengan para pemegang saham?", Aku mengerut keningku heran, rapat dengan para pemegang saham itu sangat penting untuk kelanjutan perkembangan perusahaanya, apalagi baru kali ini dia mau membatalkan rapat penting.
"Kosongkan saja, aku ada urusan yang lebih penting dari rapat itu", jawabnya dingin.
"Ya baiklah", aku hanya mengeluh pasrah, lagi pula aku tidak terlalu perduli, namun tetap saja ada sebagian hatiku yang merasa sesak karena perilakunya. Aku istrinya tapi aku bahkan tak tau apa-apa tentang kehidupan yang ia lakukan.