ดาวน์โหลดแอป
68.91% Marriage in lost Memories / Chapter 51: Lima Puluh Satu

บท 51: Lima Puluh Satu

Alena Pov

Seharusnya hari ini adalah hari berbahagia ku. Dalam 1 malam aku dan tim dadakan merombak design acara pernikahn hari ini dengan fashion show para transgender. Cukup konyol memang mengganti acara istimewa dengan fashion show ini. Tapi hidup ku lebih di anggap konyol oleh pria dengan balutan beskap adat jawa ini. Dia masih bisa bersikap manis setelah perbuatan tercela nya.

Aku cukup menyanjunhi Jo. Ia memang terlihat mengesankan hari ini dengan pakaian disana sangat lah cocok untuk tubuh atletis nya  bahu nya lebih menonjol dan terlihat seperti pangeran di zaman kerajaan dulu, apalagi wajah nya yang oriental bermata  biru terang semakin membuat Jo seperti pangeran di kerajaan Negeri Timur dengan balutan pangeran adat Jawa. Kesempurnaan terlihat disana, dan kali ini sorot matanya seperti ingin meminta penjelasan ku tentang apa yang sedang terjadi disana. Dapat kulihat juga bagaimana sorotan lain perasaan down yang ada disana. Semalam aku membuat nya merasakan rayuan gombal ku. Menyanjung dirinya setinggi mungkin. Membuatnya yakin  aku hanya akan menjadi milik nya tapi itu hanya bagian dari skenario. Untuk segera menarik nya kedasar. Membuka mata nya lebar lebar kalau yang aku ucapkan tadi malam hanya lah sampah.

Aku cukup bersimpati dengan Jo mengingat anak ku masih hidup dan bagaimana dia selalu menjaga dan melindungi ku dimasa dulu, rencana nya aku akan mengungkapkan jati diri dan kejahatan nya didepan semua undangan semua kolega yang datang agar tahu dia sebenarnya. Tapi semua kurubah dengan kebaikan dia dulu dan nyawa anak ku yang masih tertolong saat ini.

" Iini ada apa Alena..." Jo melihat ku dingin bersamaan dengan kerisauan nya. Ia melangkah kearah ku. Tapi teman teman Dave segera membuat pager betis dengan tajam hingga J tidak bisa menggapai ku.

" Tidak ada pernikahan Jo.. Tidak ada yang menikah hari ini. Kita batal menikah.."

Sesaat pandangan Jo tampak linglung. Ia menggeleng dan melihat ku meminta penjelasan lebih masuk akal.

" Aaapa maksud kamu Alena.. Kita batal menikah. Kenapa.. Kenapa kamu begini" Ia menekan kalimat akhir dengan perubahan emosi yang mencuat. Sesaat para prajurit ini menghalau tindakan implusit Jo lagi mereka sangat siaga. Aku merasa sangat terlindungi saat ini.

" Ya kita batal menikah! Kamu tanya pada diri kamu sendiri apa kesalahan mu! KATAKAN" Teriak ku dengan amarah yang meningkat. Rasanya disana mendadak sangat panas melihat Jo disana membuat ku mengingat bagaimana kepalsuan yang ia berikan. Senyum kasih sayang dan perhatian nya pada anak dari kandunguan berumur 3 bulan sampai 8 bulan. 5 bulan ia bersandiwara lalu dengan keji membuat ku harus merasa kehilangan anak itu! Dia melakukan nya, dia pria jahat yang keji.

Mata Jordan melirik kekeri kekanan, dan menatap ku dengan teduh. " Apa apa yang aku lakukan Alena..

Ku tarik nafas dengan dalam lalu mengeluarkan bungkusan obat penyebab delusi itu. Mata nya langsung bereaksi. Ia jelas tau kesalahan yang ia perbuat. Aku akan menganggap nya pria kalau saat ini ia mengakui nya.

" Hebat ya kamu.. Setega itu kamu J... Aku bahkan mempercayai mu! Kamu busuk! Aku sangat membenci mu"

Perkataan ini pantas membuat nya seperti saat ini. Dia syok disana. " Alena.. Ini ga seperti yang kamu kira. Aku-

Suara nya terpotong karena dari belakang ku muncul 2 pria berseragam polisi. Matanya makin melebar tidak percaya padaku. Ya tindakan nya sudah termasuk kriminal. Dia pantas berurusan dengan Polisi. Melihat nya saja membuat kepala ku makin ingin meledak.

" Selamat Pagi Pak Jordan Collision, kami dari Kepolisian mendapat laporan tentang percobaan pembunuhan kepada Nona Alena Puteri dan kepemilikan obat keras ilegal"

Jordan menatap kedua polisi ini sambil tertawa seperti meremehkan. " Fine! Kita akan lihat siapa yang akan menang Alena! " Ia dengan wajah tak gentar menyodorkan kedua tangan nya tanpa memberontak. Hingga kedua tangan itu diborgol dan Jo di bawa oleh polisi ini.

Bisa ku lihat bagaimana tatapan kekecewaan nya disana. Bukan rasa bersalah seperti yang aku harapkan. Bahkan saat seperti ini ia tidak merasa salah sama sekali.

" Aku akan mengurus ini dengan cepat!! Kita akan bertemu lagi Alena.." Ucapnya lebih kepada ancaman.

" Jangan mimpi Jo! Hubungan kita sudah berakhir aku ga akan pernah mau hidup bersama dengan kamu!"

Ia menatap ku nanar dengan rahang sangat keras. Bahkan aku merasa kata kata kasar ku terlalu tajam untuk nya.

Jujur aku cukup sedih dengan keadaan ku dengan Jo. Walau bagaimana pun aku sudah melabuhkan perasaan padanya. Dan ini tentu membuat hati ku terkoyak. Tapi apa yang ia perbuat tentu tidak akan aku terima seumur hidup.

" Kalau saja kamu tidak membunuh anak ku! Kita akan bersama Jo! Dan Aku tidak akan pernah memaafkan perbuatan mu! "

Mata indah Jo yang berubah seperti elang melirik ku sinis bibir nya menyeringai ada kalimat tertahan di sana. Ia tau betul dimana letak kesalaham terbesar nya. Dan memilih bungkam.

Kemudian pria itu di dorong oleh polisi melewati ku.

Sungguh ini tentu membuat Jo tidak pernah mengira. Hari yang dianggapnya hari terindah malah digiring kekantor polisi lengkap dengan pakaian pernikahan termegah nya.

Aku sendiri merasa kaki ku lemas. Ini sudah berakhir aku sudah membalaskan apa yang ia lakukan padaku dan anak ku. Meski aku yakin keluarga Collision tidak akan tinggal diam. Dan dia bisa saja berkelit di hukum. Jo bisa bebas dengan mudah. Aku merasakan hal itu. setidak nya aku membatalkan pernikahan ini dan memberikan pukulan besar pada psikis Jo.

" Alena... " Sepasang tangan merengkuh bahu ku. Susan dan Anita ada di samping ku. Kulihat Susan sambil mengangguk aku cukup kuat untuk ini. Itu yang kusampaikan dari mata ini.

" Semua sudah berakhir!! " Ucap Anita disana.

" Ya untuk sementara... "

Kupejam kan mata untuk merasa rileks. Aku baru keluar dari zona tak aman kedua dan sebentar lagi aku akan kembali ke zona berbahaya yang pertama dan aku merasakan firasat buruk untuk ini. Tapi bayangan anak ku disana tak membuat ku merasa ragu. Aku harus menjemput bayi ku hanya dia saja labuhan hidup ku saat ini. Selebibnya tak ada yang lain.

*

*

*

Untuk keselamatan dan jaga jaga dari serangan Jo yang ingin melakukan pembalasan. Papa dan Arya aku titip kan keamanan pada teman Dave yang juga berpangkat.

Perusahaan aku titip pada Susan dan Om Hardi.

Dan jati diri ku di lindungi Randy agar tak terlacak oleh Jo.

Sekarang dari kejadian pembatalan pernikahan kemaren aku langsung terbang ke London untuk menjemput si merah. Aku di antar sama Dave.

Walau pria ini sangat ogah ogahan memberitahu ku dimana anak ku berada. Tapi aku punya kartu As nya. Video selingkuh nya dengan wanita lain. Itu andalan ku untuk membuat nya bersedia membawa ku ke London.

Disebelah ku Dave tertidur malah suara ngorok nya tak berkesudahan. Beberapa penumpang lain juga tampak terganggu ada juga yang senyum senyum geli. Gara gara dia juga aku tak bisa tidur. Tubuh dan hati ku sudah remuk harusnya aku beristirahat tapi tidak ada kata untuk bersantai. Singa yang baru aku tinggal kan pasti akan siap mengaum. Tapi sekarang aku aku sudah aman di dalam pesawat ini. Hanya saja aku perlu tidur.

" Dave.. Dave..

Kutepuk bahu Dave berulang ulang  ia tak kunjung bangun, dan malah ngorok nya makin kencang.  Aku meringis melihatnya tapi kasihan juga. Dave ikut andil saat memporak porandakan segala atribut acara pernikahan kemaren. Tentu ia sangat lelah.

Kubiarkan Dave tidur selama 2 jam disana saat ia bangun baru aku bisa memejam kan mata dan menyisakan waktu disana sebelum pesawat ini akan transit.

Sekitar 17 jam lama nya penerbangan ke London. Cukup menguras rasa lelah tak berkepanjangan. Kepala ku sampai pening harus duduk dan tidur. Belum lagi menunggu hal hal yang bersifat kecil tapi terasa lama.

Hingga perjalanan ini berakhir ki tiba di Bandara Heathrow petang.  Kalau di Jakarta ini sudah tengah malam. Perbandingan jam di London lebih lambat 6 jam dari waktu di Jakarta. Perut ku rasanya langsung terasa lapar.

Wajah lelah juga tampak pada Dave, kebanyakan pria ini hanya menguap, mengoceh dan main game. Tapi ia selalu awas menjaga ku di sana.

" Jadi rumah nya jauh ga Dave? Kaki ku rasanya kebas" Keluh ku juga menekan perut yang perih.

Dave menarik topi kupluk nya. Dan mengeratkan jaket tebal nya. Cuaca disana memang dingin. Saat cuci tangan tadi saja serasa memegang air es.

" Kita nginap di hotel dulu ya Len.. Besok deh gue hubungin abang gue itu" Ujar pria ini dengan suara kecil. Dave memang bilang kalau ia tak bilang ke Devan ia kesana ya apalagi dengan ku.

" Tapi kamu tau alamat dia tinggal kan? Cecar ku merasa pria ini menghindari mata ku

" Kita cari peruntungan besok ya Alena... Gue akan berkilah macam macam sama Devan.

Apa..

Aku menghunuskan mata ku padanya" Artinya dia tidak tau Devan tinggal dimana? Sedangkan kami sudah sampai di London.

" Ya.. Gue kan sudah bilang gue ga tau dimana ia membawa si merah! Loe kan yang ngotot mau ketemu si merah" Anak ini malah nyolot.

Tunggu tunggu.. 

Aku menarik nafas yang sudah sesak.

" Selain kamu ga tau dimana ia tinggal! Apalagi? Apa jangan jangan kamu ga tau dinegara mana ia tinggal??"

" Bukan nya teman-teman mu yang bilang dia ke London"

Mulut ku rasanya kering, " London hanya persepsi dugaan Susan dan Nita saja. Bukan berarti Devan dan anak ku ada di London. Dan pria ini hanya mendengar asumsi yang belum jelas informasi nya, terus ia benar benar sudah membawa ku ke sini???

Bahu Dave langsung ku pukul dengan keras

" Dave.." Teriak ku kesal!!!

*

*

*

Aku menunggu Dave yang sedang berusaha menghubungi Devan, gugup, gelisah dan resah. Itu yang kurasakan.

Beberapa kali Dave menghubungi tak ada jawaban.

Dan ada juga yang di angkat tapi langsung di matikan. Itu membuat ku sangat panas dingin. Mau marah sama Dave juga ga berguna.

" Shit!! Ya. . .. Loee dimanaaaa gua terdampar di London! Katakan dimana loe tinggal" Teriak Dave meninggalkan pesan suara.

" Kalo loe ga balas. Gue akan bilang ke Mami anak loe udah dua!"

" Ga bisa di hubungi Len" Kata Dave menjelaskan keadaan yang sudah aku ketahui. Apalagi dia teriak teriak seperti tadi seperti pendemo yang sangat rusuh.

Aku memanyunkan bibir dengan rasa suntuk tiad tara.

Rasanya sesak. Kenapa Devan susah sekali dihubungi. Apa mungkin ia mengetahui apa yang terjadi. Bisa saja kan dia menebak nebak dan mengetahui aku dan Dave terbang ke London.

Rasanya sakit hati juga sedih kenapa Devan seperti itu. Apa dia benar benar akan menjauhkan aku dengan putri ku.

"Len.. Loe pake jasa teman loe itu deh. Cari dimana k*parat ini berada" Kesal Dave.

Aku sudah meminta pada Randy 15 menit yang lalu saat Devan susah di hubungi.

Segera aku telepon Randy untuk mengetahui hasil nya.

Telepon di angkat dengan nafas ku yang memburu.

" Bagaimana Rand??"

Tawa kecil Randy terdengar " Kamu tau Len. Eks Husband kamu ini siapa kan! Jejak nya ga ada terdaftar di negara manapun, terakhir di Jakarta seminggu yang lalu!!"

Mendengar itu aku rasanya lemas, Randy harapan ku satu-satunya sekarang pun angkat tangan.  Tak sadar aku menangis ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami

" Baik. Terimakash Rand. Tolong kabari lagi kalau ada kabar oke"

" Siap Alena"

Aku menutup telepon dengan lambat.

" Bagaimana?" Tanya Dave penasaran.

Aku menggeleng lemah. " Datanya udah ia hapus Dave! "

Hah.. Dihapus? Kok bisa??

Rupanya Dave tidak mengetahui kalau saudara nya itu sebenarnya sangat pintar di bidang IT dan dia peretas yang handal.

" Aku kembali dulu , kabari aku kalau sudah ada jawaban dari dia ya"

Dave mengangguk. Aku segera keluar dari kamar hotel Dave.

Kamar ku berada di sebelah nya.

Dengan lesu aku masuk ke kamar. Menghempaskan tubuh ini ke sana. Inikah yang dimaksud Devan kalau hubungan kami benar benar berakhir dan jejak nya yang menghilang. Tapi ini tak adil dia membawa anak ku.  Apa ini pembalasan yang Devan lakukan padaku!!!

*

*

*

Ya Devan memang Gila.. Dia jenis manusia teregois di muka bumi ini dan lebih jahat dari siapa pun.

Dave memberi kabar kalau sodara tercinta nya itu sudah ada mengangkat telepon di hari ke-10

Hari kesepuluh... Kutegaskan! Hari yang lama saat kami terdampar disini.

Ada 2 berita, 1 berita burum 1 berita baik.

Berita baiknya adalah dia memang di Negara ini dan berita buruk nya ia menyampaikan kalau "Aku" Tidak akan pernah melihat wajah puteri ku seumur hidup ku!! Itu pun Rudy yang mengangkat telepon Dave.

What the hell!!

Dan aku benci mengingat kalau Devan tidak pernah main main dengan kata kata nya. Tapi hati ini bebal untuk mengakui nya.

Dan sekarang ini sudah hari ke..... 30. Alias 1 bulan aku terdampar di Negara asing ini. Bahkan Dave juga tak bisa berlama lama meninggalkan pekerjaan nya.

Dave akan menjemput ku kalau aku sudah menyerah.

Aku tak menyerah aku tetap menunggu tapi biaya hidup disini sungguh menguras dompet.  Aku tak bisa menggunakan kartu Hitam milik Dave terus terusan walau ia sukarela memberinya. Bahkan sampai sekarang hanya berani memakai 5 juta rupiah saja. Dan sekarang sudah pindah hotel dari yang berbintang lima hingga hanya losmen murah. Walau Dave tidak tahu ini. Aku tidak ingin merepotkan nya.

Losmen tempat ku menginap berada di tengah keramaian kota,  kamar nya pun berada di lantai atas 1 tingkat lagi rooftop.

Aku sering mehabiskan malam di atas sana dengan segelas kopi hangat. Selera makan ku sangat tak bagus. Mungkin berat badan ku sekarang semakin turun. Bukan menghemat tapi lebih tak berselera. Dan seolah tak ada semangat hidup dan ini lah masa masa ku putus asa.

*

" Pulang saja Alena!" Susan selalu membujuk ku pulang. Setiap ia menelepon kata itu tak pernah hilang.

" Kenapa pulang! Aku baru 1 bulan" Jawab ku malas membalas ini. Topik yang tak berkesudahan.

" Tapi ini sudah terlalu lama kamu disana, sendirian! Lebih baik mati di negeri sendiri dari pada di negeri orang"

" Kamu mendoakan aku mati" Aku bersungut, emosi ku memang sedikit payah. Aku hanya perlu dukungan dari orang orang ku bukan menyuruh ku pulang, Mundur sama saja menyerah.

Susan memekik diseberang sana " Yaa.. Kamu ini! " Suara nya tertahan. Lalu terdengar suara parau lainnya. Aku tau itu Papa.

" Alena.. Disini kamu lebih baik! Kita akan menunggu kabar dari sini! Jangan siksa dirimu disana!"

Aku tereyuh kalau berhadapan dengan suara Papa. Tapi sisi keras kepala ku tetap belum melunak.

" Ga bisa Pa. Aku tau Devan pasti sedang menonton ku. Semoga saja dia terketuk hatinya untuk mengembalikan puteri ku" Sahut ku masih berbesar kepala kalau pria itu memata-matai ku seperti di Eropa dulu.

" Kalau tidak bagaimana?"

Aku tergugu mendengar perkataan Papa.

" Aku akan menunggu " Sahut ku lagi. Walau rasanya harapan nya tipis.

Itu percakapan terakhir malam ini.

Kali ini aku melihat langit di sana.

Beginikah rasanya putus asa??


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C51
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ