Pov Alena.
Ku buka mata, kepala ku pelan pelan terasa sangat berat. Kulihat posisi ku saat ini. Ada di kamar Apartemen ini.
Aku berusaha bangun tapi sungguh kepala ku seperti makan meriam saja. Sangat berat.
" Kamu sudah bangun" Kulihat ke samping. Kenapa ada dia lagi. Wajah nya aku sangat benci manusia bejat ini. Ada lingkaran hitam di bawah matanya. Apa dia tidak tidur? uh Aku tak peduli.
" Mami dan Dave sudah pulang! Tadi kamu masih tidur" Katanya disana terus bicara. Apa dia ga liat raut ku yang malas sekali melihat nya.
" Kamu tidur nya lama sekali ini sudah malam lagi. Apa kamu lapar! Aku akan pesan kan yang kamu mau" Katanya disana.
Kulihat jam disana jam 8 malam. Tadi malam terakhir aku lihat jam 2 pagi jadi selama itu aku tidur. Kenapa aku harus bangun. Aku berharap aku mati saja.
Aku membalikkan badan menutup telinga ku. " Makan lah dulu. Nanti kamu sakit!" Samar samar ia mengatakan itu.
Aku benar benar ingin menutup pendengaran ku sekarang! Aku tidak mau dengar suara nya melihat nya dan semua yang berhubungan dengan Devan. Aku benci dia! Dia manusia bejat yang tak punya naluri sama sekali!
Aku berusaha bangun walau kepala ini luar biasa sakit pusing juga. Lebih baik aku pergi dari sini.
" Kamu mau kemana..." Tanya nya tak kupedulikan.
Aku turun dari ranjang itu dan memakai sandal ku.
Aku menuju tas travel bag milik ku dan mengambil beberapa make up ku di meja sana dan beberapa pakaian ku.
" Alena..."
Hingga ku selesai merapikan semua nya kutarik pegangan tas keatas untuk mendorong nya. Bahkan aku tak peduli baby doll masih melekat di tubuh ku.
" Kamu mau kemana. Mau pulang.. Tunggu aku" Kata nya disana. Ku terus melangkah dengan cepat keluar dari kamar itu. Di luar sudah sepi. Kami benar benar tinggal berdua.
" Ke tempat ku sekarang. Bereskan sisa disini dan susul balik" Suara Devan disana seperti dalam pembicaraan telepon. Ku dengar ia lari menyusuri ku.
Aku memang tidak bisa pergi. Pintu disana terkunci.
Devan membuka kan pintu itu. Dan dengan cepat dibelakang mengikuti ku.
Tidak biasanya ia memperbolehkan aku pergi bahkan tak ada cekalan tangan. Biasanya ia langsung main tangan kalau aku mengacuhkannya.
Bahkan pintu lift yang belum aku tekan di tekan kan olehnya duluan.
Aku tak peduli sungguh tak peduli.
" Berkas ada di atas meja. Ambil juga yang disana. Jangan lupa bawa laptopnya juga"
Devan lalu menelepon Rudy lagi sampai pintu lift terbuka aku terus melangkah tanpa mehiraukan nya.
" Alena.. Mobil di parkiran. Kenapa kamu kejalan ini" Katanya lagi. Kulihat taxi ada di depan sana.ia kutinggalkan tapi bukan berarti pria ini tidak berhenti mengikuti ku,ku dengar decakan nya di belakang.
Aku masuk ke dalam taxi berharap supir taxi ini meninggalkannya Tapi tidak Devan berhasil masuk. Cepat sekali gerakan nya.
" Airport please.." Kata ku kepada supir itu dan membuang muka ke jendela. Ada nafas berat dari mulut Devan keluar yang sempat ku dengar.
" Rud. Cari penerbangan sekarang juga. Aku sama Alena" Kata pria itu disana kembali menghubungi asisten nya lagi
Telepon nya berbunyi.
" Ke batam!!"
Ku ambil ponsel ku,cek jadwal penerbangan disana. Apa aku sebaiknya kembali ke Jakarta?
Terbesit kalau aku akan lari lagi dari masalah. Tidak!! Hanya akan menimbulkan masalah baru, pikir ku.
" Jangan berpikir cari penerbangan lain. Rudy sudah pesan tiket pulang ke Batam" Katanya disana yang rupanya melihat aktivitas ku.
Aku lalu mengambil aer phone. Dan memutar music disana. Setidak nya aku tidak dengar suara nya lagi. Kubenamkan diri di sisi jendela taxi.
Hingga taxi sampai di bandara. Devan lebih dulu membayar ongkos nya. Dan ia kembali mengikuti langkah ku yang lebar lebar. Aku berharap bisa menghilang disana seperti di pesta kemaren. Dengan cepat dan setengah berlari aku ingin kabur dari pandangan Devan. Tapi sungguh pikiran yang penuh membuat ku tidak bisa lihat kiri kanan dengan baik.
Ada mini bus di depan yang tak bisa ku hindari.
Tubuh ku di tarik ke belakang dan aku juga si penyelamat ini terjatuh mengenai trotoar. Dengan tubuhnya lebih dulu memental.
Aku segera bangun dengan kaget. Kulihat penyelamat ini ternyata Devan.
Ia meringis kesakitan pada bagian siku nya.
Kalau bukan Devan pasti aku bantu ia dan minta maaf juga berterimakasih tapi ini dia. Dia tidak pantas mendapatkan permintaan maaf ku.
Aku segera membersihkan pasir di baju dan segera menyeberang dengan cepat, meninggalkan nya disana.
Tapi mungkin ini karma yang aku terima di depan gerbang aku malah di tubruk pria berkulit hitam yang buru buru masuk. Aku terjungkal dan terjatuh.
Pria ini berbicara dengan bahasa yang tak kumengerti. mengomel dan marah marah kearah ku tanpa membantu ku berdiri.
Tiba tiba tubuh besar pria asing ini di dorong Devan.
"átkozottul! mit csináltál a feleségemmel"Umpat Devan disana.
Devan membantu ku bangun.
" Kamu ga papa...?
" megütötte" Kata si pria asing ini tak Terima di marahi Devan.
"Megdöbbented a feleségemet! mindenki látja!"
Aku sama sekali tak paham apa yang mereka bicarakan.
" Ku lepas tangan Devan dan biarkan saja dia berdebat dengan pria itu.
Ku dengar Devan masih berteriak disana dengan pria itu.
"Bunkó! üzletünk még nem fejeződött be!
Ia lalu kembali menyusul ku. Kali ini tangan ku di raih. Nafas menderu marah. Masih menyimpan kesal dengan pria asing tadi.
" Jangan jalan sendiri lagi! Kita ke arah sana"
Ditarik nya tangan ku ke sisi lain.
Ada bercak noda merah di baju putih nya. Di bagian siku kemungkinan besar itu luka dari terjatuh sebelumnya tadi.
Ku tahan tangan ku. Devan meringis melihat ku sambil berbalik. Ku paksa ia melepaskan tangan ku. Lalu kembali kesebelumnya aku berjalan mendahului nya. Dan ogah ogahan harus di kawal oleh nya. Bahkan di pesawat aku asal ambil kursi orang. Aku tak mau bersebelahan dengan nya. Walau pramugari protes dan itu juga diselesaikan oleh Devan.
Penerbangan singkat tiba di Batam jam 21:45 sampai di rumah sekitar 1 jam. Aku lega akhirnya bisa kembali ke tempat itu. Walau bukan wahana aman buat ku setidak nya aku bisa bernafas dulu.
" Sampeyan ing omah, p Tena. Aja ngomong dhisik." Kata Mbok Wiss kaget melihat aku datang dengan Devan tanpa memberitanya lebih dulu.
Aku tak bisa berbahasa jawa hanya mengendikan bahu saja.
" Mbok.. Bukain kunci kamar saya" Kata ku sambil masuk.
" Kunci kamar yang mana to cah ayu..."
" Kamar saya mbok... Mami kan udah balik! Saya kembali ke kamar saya" Kata ku gemas.
Kulihat Mbok melihat kearah Devan entah apa yang mereka siratkan dalam mata.
" Baik cah ayu.. Sebentar ya..."
Aku mengangguk dan menghempaskan tubuh ku sofa disana. Menutup mata dan rasanya lelah juga. Kepala ku pusing aku perlu obat untuk bisa pulih kembali.
" Udah cah ayu! Cah ayu mau makan! Saya siapin.
" Ga usah mbok. Saya sakit kepala! Mau tidur saja" Jawab ku seraya bangkit dari sana dan masuk kedalam kamar. Menguncinya.
Ku hirup dalam dalam aroma parfum kamar ku sambil mengedarkan mata kesekeliling. Tak ada yang berubah. Kuhempaskan lagi tubuh ku ke kasur itu. Benar benar nyaman.
Telinga ku menangkap langkah kaki lalu bunyi lemari.
Spontan aku bangun dengan was was. Siapa itu.
Kulihat Devan disana sedang melepas baju nya yang kotor juga ada noda darah nya. Rasanya ingin memaki tapi bukan nya sedari tadi aku tutup mulut dan menganggap nya tidak ada. Tapi ini kenapa dia juga malah ke kamar ini! Apa ia juga mau tidur di kasur ku. Sialan..
Lebih baik aku pindah ke kamar lain. Kamar Mbok wiss ato yang lain. Ia tidak akan berani mengikuti ku tidur dengan pelayan nya sendiri.
" Kemana lagi! Tangan nya mengambang di hadapan ku.
Ku tepis tangan itu tapi tangan satunya malah menarik ku ke tubuh nya.
Lagi lagi aku terkurung dalam tubuh nya. Ia selalu melemahkan daya kuat ku yang memang ga sebanding dengan nya.
" Alena.. Berhenti! Aku tau kamu membenci ku! Tapi cukup sudah! Jangan begini..
Kurasakan ia menompang dagu nya ke bahu ku.
Awwww.. Devan melompat kaget dan kesakitan. Aku gigit punggung nya dengan keras dan segera keluar dari kamar itu dengan mengacungkan jari tengah terlebih dahulu!!!Menuju kamar Mbok Wis mengunci pintu dan membiarkan pria itu menggedor pintu berulang kali
" Mbok! Saya tidur disini! Pintu nya jangan di buka in" Pinta ku sama Mbok Wiss yang mematung di sana. Aku langsung menuju kasur Mbok dan memasang aer phone ke telinga lagi
Entah sampai jam berapa Devan disana aku tertidur sampai pagi.
" Cah ayu bangun..." Tubuh ku di goyang goyang. Ku buka mata. Wajah Mbok Wiss disana.
" Sudah pagi! "
Ku buka mata lebih lebar sambil menguap! " Sudah pagi ya mbok!"
" Iya! Cah ayu sarapan ya tuan bilang Cah ayu belum makan apa apa dari kemaren!
Mendengar kata tuan aku penasaran tadi malam sampai jam berapa ia berteriak teriak di luar sana.
" Saya sarapan di luar aja Mbok. Oh ya.. Tuan sampe jam berapa gedor pintu?"
" Sampe subuh kayak nya Nyonya! Dia terus memanggil nama Cah ayu tapi kemudian Mbok juga ketiduran!" Jawab Mbok Wiss.
Aku hanya mengangguk angguk. Aku tak peduli dia diluar sampai jam berapa pun.
" Mbok. Tolong ambilin baju kerja saya ya di kamar tuan" Pinta ku.
" Baik Cah Ayu! Tuan seperti nya juga sudah berangkat pagi!
Aku membeo dan segera turun dari sana aku perlu mandi dan segera keluar dari rumah ini otak ku perlu di Refresh!!
Dan disini. Di depan gedung perusahaan aku berdiri menyiapkan diri. Sudah 4 hari aku bolos kerja. Dan mengenai Group nyinyir itu aku tak tahu menahu. Kartu nya saja baru aku pasang hari ini semoga saja berita tentang aku exp. Ga berlaku.
Aku masuk ke kubikel ku dengan lancar. Walau rasanya tetap jadi bisik bisikan mata netijen. Di sebelah Nita belum datang dan di pojok BuTut juga belum datang mungkin karena aku datang terlalu pagi. Hingga di ujung ku dengar suara Nita berteriak memanggil nama ku. " Alena.. Sumpah kamu Alena kan.. Beneran aku ga mimpi kan.." Jerit gadis ini si hiolperbola.
" Ya Nit ini aku emang aku sudah almarhum" Sungut ku masih mode badmood.
Nita memeluk ku berulang kali" Ya ampun Len. Aku pikir kamu juga korban Koh Ahong!! Aku sampai mau lapor polisi lho. Aku lega banged liat kamu. Kamu kemana aja sih... Ilang tanpa bilang bilang.." Cecar nya tetap ga berubah.
" Lagi ada urusan keluarga aja Nit! Ponsel ku rusak jadi ini baru dapat acc kreditan sama lesing! " Jawab ku seadanya dan seperti biasa Nita juga heboh melihat ponsel ku yang memang punya nilai tinggi dipasaran. Walau ku tekan tekan dengan kredit ia tetap aja ngoceh betapa mahal nya itu smartphone.
" Ngomong ngomong.. Benar ya kemaren ada ribut ribut! Isu nya sih.. J tonjokan sama Pak Devan ya Len??"
" Ga tau aku Nit! " Jawab ku kali ini ogah banged bahas bahas masalah itu. " Aku mau ke tempat BuTut dulu ya. Nanya kerjaan" Kata ku menghindari pertanyaan Nita. Bukan ga mau berbagi kalau ngebahas nama Devan rasanya badmood ku makin menggunung.
***
" Eh, Susan katanya kerja di Resort KTM sebelah lho Len. Dia kerja di bagian kasir nya. Katanya dia bakal traktir kita kalau maen kesana. Bagaimana kalau besok siang lunch!" Ajak Nita saat jam maksi tiba.
" Benarkah. Boleh" Jawab ku kembali menyuap mie pangsit ku.
" Eh Len. Tau gosip forum ga? "
Aku mengendik malas. Hanya mendengarkan seadanya ocehan Nita.
Nita membuka obrolan di grup. Menscroll keatas. Dan memperlihatkan foto wanita dengan gaun hitam. Wajah nya ga terlalu jelas tapi aku kenal betul siapa itu.
" Uhukk
Segera ku ambil teobeng alias teh es dengan cepat.
" Ini katanya istri Pak Devano Len.. Muka nya ga jelas banged ya.. Tapi kalau wajah Pak Devan sih jelas.. , apa tanggepan kamu??"
" Aku? Hmm ya.. Kayak nya orang nya cantik!" Kata ku pura pura melihat foto itu.
" Ah masa sih. Di perbesar juga wajah nya ga jelas! Cantik dari mana! Pantes ya Pak Devan ga pernah publik in mungkin karena kurang cantik ya.. Liat deh masih cantikan oplasan Nuri kan..
"Apa! "
Nita melihat ku dengan aneh denga suara kekagetan ku. " Iya nih liat deh.. Muka nya kayak ga rata gitu! Kayak nya oplas juga deh Len. Nih komentar di grup juga rame. Banyak yang bilang kalau istri nya itu Jessy. Soal nya ada yang liat juga pak Devan sama Jessy di Singapura kemaren.. Menurut kamu yang mana yang benar..
Ponsel Nita aku rebut. Dan langsung mematikan layar nya.
" Habisin aja deh makan nya Nit! Ghibah mulu.. " Sahut ku entah kenapa kesal aja. Kuhabiskan teobeng ku sampai habis, kalau bukan Nita udah aku ubek ubek juga rambut nya, masa wajah ku di bilang ga rata! Bukan nya kalau rata itu lebih seram. Hantu wajah rata misal nya.
Nita berdecak disana tapi nurut juga mehabiskan nasi goreng pesanan nya. Tapi Nita tetap Nita ia terus ngoceh setelah di tegur
" Oh ya hampir lupa. Pak J kemaren nyamperin ke kubikel kamu!nyariin kamu!
J?
Nita mengangguk antusias.
" Aku bilang aja kamu udah ga masuk 3 harian. Habis itu dia pergi! Duuuh sumpah setelah liat Pak J pake jas.. Aura nya berubah banged ya Len.. Tiba tiba saja ruangan itu bersinar seperti ada dewa mau masuk. Eh benar dia datang dengan aura nya. Ganteng nya meningkat dan.. Ooh.. MG. Perfect to person.. Ga kebayang dia OB yang kemaren kemaren di remehkan"
Jordan!! Bagaimana nanti aku ketemu dia. Aku sudah tau semua kenangan buruk yang kulupakan! Bahkan mungkin ia tau aku di perkosa! Walau pelaku nya sudah bertanggungjawab alias menikahi ku tetap saja aku merasa aneh berhadapan dengan Jordan. Apalagi ingat saat itu langsung mengatakan putus setelah melihat video itu.
" Len.. Lena.. " Panggil Nita melambaikan tangan nya ke wajah ku.
" Kok bengong. Mikirin J ya.. Hmm.. Buruan di gaet! Gossip nya Jordan itu anak pengusaha kaya di Inggris dan Iran. Keluarga nya pengusaha minyak mentah disana. Tajir melintir itu Len.. Minyak sih sampe bumi bobrok juga tetap punya nilai tinggi didunia!Apalagi dia sampe datang ke kubikel kamu. Siapa pun juga pasti bisa nebak kalau pak J beneran suka sama kamu.
Eh isu nya lagi beberapa hari lagi ada rapat global. Terkait pengangkatan Pak J disini! Pak Devan yang ganteng bakal balik ke Singapore! Kayaknya "
Apa?
" Iya.. Isunya sih begitu! "
"Devan balik ke Singapura! Bagus lah..Dia kembali kesana" runtuk ku merasa dapat berita bagus.
" Devan devan.. Sok akrab banged sih!! Hati hati noh siluman kuping disini banyak"
Aku hanya tertawa hambar lupa dengan keadaan.
Jadi Jordan beneran mengambil alih perusahaan disini?
" Eeh len len. .. "
Bahu ku di tepuk berulang kali.
" Astaga ganteng banged.. Siapa itu anak baru? Lantai berapa... Ya ampuuun..." Pekik Nita memuja heboh, aku berbalik dan melihat ada Rudy disana yang ternyata tetap mempertahan kan stlye ala korea nya. Walau ia tak pake make up lagi tapi lihat saja bagaimana Nita memuji itu artinya Rudy lolos sensor.
" Mau aku kenalin ga?"
" Hah. Serius?? Kamu kenal??"
Tak kujawab pertanyaan heboh Nita.
Kulambaikan tangan kearah Rudy yang makan sendiri disana.
Nita bahkan sampai tes bau mulut nya segala sebelum Rudy mendekat.
" Hallo Pak Rudy... Gabung disini yuk." Kata ku formal biar Nita ga curiga.
" Saya nyo- em mba Alena?"
" Iya duduk disini nih. Masih kosong! Oh ya Pak Rudy! Kenalin nih teman saya. Nama nya Anita.. "
Kuarahkan ia dengan Nita yang disana langsung menjadi sok imut dan pendiam rasanya perut ku jadi mules melihat kejaiman Nita.
" Siang Pak Rudy! Saya Anita" Kata Nita disana mengulurman tangan.
Rudy nampak ragu. Kayak ga pernah ketemu cewek aja. Dilihatnya kearah ku, aku langsung melototinya dan dengan cepat Rudy menerima uluran tangan Nita.
" Rudy..
Salaman mereka lama dan benar benar bikin gemes.
Ehemm.
Kedua nya langsung melepas dengan suasana canggung.
" Eh Pak Rudy.. Saya pikir tadi boyband dari korea lho. Rambut bapak cool banged. Jadi mirip sama G-dragon bigbang itu.. Mirip banged!!
Bla bla bla..
Rasakan itu Rudy. Nita sudah mulai mengeluarkan jurus seribu bacot!
Senyum ku lebar pada Rudy yang merasa sial bertemu dengan ku siang ini di sana.
Aku pun sengaja meninggalkan mereka berdua disana. Alasan nya mau ke toilet saja. Walau sebenarnya balik ke kubikel mau melanjutkan kerjaan ku yang segunung lagi oleh BuTut.
Di lift aku malah ketemu dengan Pak Nathan....