ดาวน์โหลดแอป
93.33% Sewaktu Kamu Dewasa / Chapter 56: Lebih Baik Kamu Membuka Mata Lebar-Lebar

บท 56: Lebih Baik Kamu Membuka Mata Lebar-Lebar

บรรณาธิการ: Wave Literature

Ji Xiaonian berdiri di sebelah tiang bendera yang berada di tengah-tengah area kampus. Tempat itu adalah tempat paling ramai dilewati para mahasiswa yang berlalu lalang di sekitarnya. Pemandangan dirinya yang berdiri di sana benar-benar menarik perhatian beberapa orang yang lewat.

Namun, Ji Xiaonian tampaknya sama sekali tidak menghiraukan beberapa pasang mata yang terlihat tengah mengamat-amatinya itu. Tangannya terlihat sibuk merogoh saku celana untuk meraih ponselnya. Setelah sibuk menekan tombol yang ada di ponselnya, tidak lama kemudian dia berbicara dengan Ji Chen di telepon.

"Kak..." sapa Ji Xiaonian dengan nada lemas dan menyedihkan.

"Ada apa lagi?" Terdengar suara malas Ji Chen di seberang sana​ telepon.

Ji Xiaonian memajukan bibirnya dan terlihat cemberut, sementara kepalanya disandarkan di tiang bendera di sebelahnya. Sambil memain-mainkan kakinya, dia berkata, "Dosenku meminta kamu datang kemari. Kalau tidak, aku tidak akan diizinkan untuk makan siang dan harus tetap berdiri di sini." Rupanya, dia merasa takut jika Ji Chen akan memarahinya karena membuat masalah di sekolah.

"Kamu membuat masalah lagi ya?" tanya Ji Chen yang sepertinya bisa merasakan ekspresi menyedihkan gadis kecil itu di telepon. Dia paling tidak bisa tahan melihat adiknya itu bersedih. Begitu Ji Xiaonian sedih, hatinya seolah menyalahkan dirinya sendiri, menyalahkan dirinya yang tak bisa menjaganya.

Tanpa dia sadari, alam bawah sadar Ji Chen seolah tidak peduli apa pun permintaan adiknya itu saat ini, dia pasti akan menyetujuinya tanpa syarat.

"I… Iya." Ji Xiaonian merespons dengan lambat dan takut-takut. Sudah berada dalam masalah seperti, tentu saja dia hanya dapat mengakuinya.

"Masalah apa yang kamu lakukan kali ini?" tanya Ji Chen menyelidik.

"Memukul orang," jawab Ji Xiaonian dengan singkat dan pelan.

Mendengar hal itu, Ji Chen hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu itu perempuan. Bagaimana mungkin seorang gadis berperilaku seperti lelaki? Siapa orang yang kamu pukul? Apakah kamu memukulnya sampai orang itu sekarat?" tanyanya sambil sedikit bercanda.

"Aku memukul adik angkat Bai Yan. Dia tidak sampai sekarat, namun aku melihat ujung bibirnya sobek dan berdarah," sahut Ji Xiaonian dengan pelan.

Ji Xiaonian sungguh tidak berpikir panjang pada saat itu. Hatinya terbakar oleh api emosi yang menguasai dirinya sehingga seketika itu juga dia tidak lagi bisa mengendalikan kekuatan yang membanjiri tubuhnya dan langsung menarik Fang Miaoling dan memukulnya.

Sialnya, Ji Xiaonian berlagak seperti orang bodoh. Dia sama sekali tidak menyangka jika Fang Miaoling tidak memberikan perlawanan sedikit pun hingga akhirnya hanya dia yang dipanggil ke ruang dosen dan mendapatkan hukuman.

Ji Chen terdiam mendengar perkataan Ji Xiaonian. Setelah hening sejenak, dia mendengus dingin di telepon dan berkata, "Ji Xiaonian, kamu benar-benar mengalami kemajuan. Sekarang kamu sudah berani untuk melawan Bai Yan seperti ini. Aku semakin lama semakin mengagumi keberanianmu," tutur Ji Chen yang terdengar bangga.

Namun di dalam hatinya, Ji Chen tahu dengan jelas, jika selama ini Bai Yan memang tidak memanjakan Ji Xiaonian. Bahkan jika ada 10 orang semacam adiknya sekali pun, tampaknya dia masih saja akan memperlakukannya dengan buruk. Sepertinya pria itu masih mengingat hubungan persahabatan mereka yang sejak dari dulu.

"Kak, kamu itu sebenarnya senang atas keberanianku atau senang di atas penderitaanku sih? Aku sepertinya akan diskors oleh sekolah. Kapan kamu akan datang menjemputku?" rengek Ji Xiaonian.

Sebenarnya Ji Xiaonian merasa lega di dalam hatinya. Walaupun dia telah membuat masalah dan merepotkan kakaknya, namun Ji Chen sama sekali tidak menyalahkan dirinya, apalagi menghabisinya dengan api amarahnya. 

Memang bagaimanapun juga, kakak kandung adalah yang terbaik. Tidak peduli apa saja yang dia lakukan, Ji Chen tetap akan membelanya. Ji Xiaonian tahu bahwa kakaknya itu tidak akan bertindak seperti lelaki berdarah dingin dan kejam seperti Bai Yan.

"Aku mengerti. Tetapi aku masih tidak bisa ke sana sekarang. Aku akan memanggil seseorang untuk mengurusnya untukmu segera. Kamu jangan terlalu khawatir. Pergilah makan saat jam makan tiba nanti. Jangan sampai kelaparan, oke?" ucap Ji Chen lembut pada adiknya itu.

Ji Xiaonian adalah adik kesayangannya satu-satunya. Jika gadis itu mati kelaparan, bagaimana Ji Chen dapat bertanggung jawab pada orang tuanya yang sudah meninggal. Hingga hembusan napas terakhir orang tuanya, dia masih teringat jelas bagaimana mereka tidak henti-hentinya berpesan untuk menjaga gadis kecil itu dengan baik. Bahkan mungkin jika Ji Xiaonian benar-benar membunuh seseorang, dia masih akan tetap membela adiknya itu.

"Kak, kenapa kamu tidak menanyakan alasanku sampai memukul gadis itu?" tanya Ji Xiaonian bingung. Bukannya menanyakan alasannya, Ji Chen malah dengan lembut mengkhawatirkan keadaannya saat ini. 

Ji Xiaonian sungguh merasa tersentuh atas perhatian Ji Chen. Selama ini, tidak peduli apakah dia benar atau salah, kakaknya itu selalu tidak banyak bertanya dan langsung membereskan masalah untuknya terlebih dahulu.

"Aku percaya gadis kecilku tidak akan memukul seseorang tanpa alasan. Kalau sudah tidak ada yang kamu perlukan lagi, aku akan menutup telepon terlebih dahulu. Masih ada yang harus aku kerjakan. Sudah kamu jangan khawatir, aku akan mengirim seseorang menyelesaikan masalah ini untukmu," ujar Ji Chen berusaha menenangkan adiknya itu.

"Oh, baiklah, Kak," sahut Ji Xiaonian.

Belum sempat menanyakan mengenai permasalahan Lu Yifei, Ji Chen sudah terlebih dahulu memutus sambungan teleponnya. Dengan enggan Ji Xiaonian pun meletakkan ponselnya dan menunggu dosennya itu untuk mencabut hukumannya.

***

Saat yang bersamaan di perusahaan Shengtian.

Di kantor CEO, ponsel pribadi Bai Yan yang diletakkan dengan manis di atas meja tiba-tiba berbunyi. Dai yang tadinya terhanyut di dalam pekerjaannya, mengangkat kepala dan melihat ponselnya. Dilihatnya nama Ji Chen muncul di layar ponselnya. Tanpa pikir panjang, dia langsung menjawab panggilan itu.

"Ada apa?" ucap Bai Yan dengan ketus. Dapat jelas terdengar tidak ada kehangatan sedikit pun dari nada bicaranya.

Ji Chen berkata dengan setengah menggoda, "Suaramu terdengar ketus sekali. Ada apa? Siapa lagi yang membuatmu kesal?"

"Katakan saja apa yang ingin kamu katakan. Aku tidak punya banyak waktu untuk melayanimu," ujar Bai Yan dingin. Suasana hatinya benar-benar sedang sangat buruk saat ini. Ji Chen telah meneleponnya di waktu yang tidak tepat saat ini, namun dia tidak punya pilihan lain selain harus menghadapi temannya itu.

"Baiklah. Aku menelepon untuk membicarakan masalah serius. Jadi masalahnya, aku baru saja ditelepon oleh Xiaonian. Dia meneleponku dengan sangat sedih, mengatakan bahwa dia sedang dihukum oleh dosennya saat ini. Dia bilang, jika aku tidak datang ke sekolah, dosen itu tidak akan membiarkannya pergi makan. Kau tahu kan, adik kecilku itu sudah kurus kecil seperti itu. Jika dia tidak diperbolehkan makan, bisa-bisa tubuhnya hanya tersisa tulang belulang saja nantinya," tutur Ji Chen yang terdengar sedih.

Bai Yan hanya terdiam mendengar perkataan temannya itu.

"Karena kamu adalah pengajar di Universitas Ning Da, maka akan sangat bagus jika kamu yang pergi menggantikanku untuk menyelesaikan masalah Xiaonian. Cepat pergi ke kampus dan selamatkan adikku itu dari kelaparan," imbuh Ji Chen lagi.

Bai Yan benar-benar dibuat tidak bisa berkata-kata mendengar perkataan Ji Chen. Setelah terdiam beberapa saat, dia bertanya dengan ketus, "Apalagi yang diperbuatnya?"

"Ah? Apalagi kalau bukan masalah dia memukul Fang Miaoling itu, masa kamu tidak tahu?" tanya Ji Chen kebingungan.

Mendengar hal itu, Bai Yan kembali terdiam. Sementara Ji Chen yang sadar akan keheningan yang ada langsung dengan cepat berusaha mencairkan suasana yang ada. 

"Haha, baiklah. Kebetulan, kamu juga dapat pergi melihat keadaan adikmu itu, kan? Tapi Bai Yan, bisakah kamu menyelesaikannya secara baik-baik? Kamu juga tahu kalau adikku itu bahkan tidak tega untuk menginjak seekor semut, jadi menurutku tidak mungkin jika dia memukul Fang Miaoling tanpa alasan. Kamu sebaiknya membuka matamu lebar-lebar," kata Ji Chen berusaha mengingatkan Bai Yan.

"Aku mengerti," jawab Bai Yan dengan singkat, lalu begitu saja menutup sambungan telepon tersebut.

Bai Yan benar-benar tidak mengerti mengapa Ji Xiaonian sangat sering bermasalah dengan Fang Miaoling. Dia berpikir, apakah gadis itu sebegitu tidak sukanya pada adik angkatnya tersebut. Tanpa banyak berpikir lagi, dia segera bangkit untuk mengambil mantelnya dan pergi keluar dari ruangannya.

Begitu Bai Yan keluar, sekretarisnya segera memanggilnya, "CEO Bai Yan, rapat akan segera dimulai pada jam 10 nanti."

"Tunda saja. Saya ada urusan penting sekarang," ucap Bai Yan singkat sebelum berjalan meninggalkan sekretarisnya itu.

"Ta… Tapi…" Sekretaris itu membisu seketika. Namun, ketika dia melihat bahwa Bai Yan telah pergi jauh, dia hanya bisa menuruti perintah bosnya itu.

***

Bai Yan pun pergi ke Universitas Ning Da tanpa pergi menemui Ji Xiaonian. Tentu saja dia tidak berniat untuk pergi menemui gadis itu secara langsung. Dia menelepon dan meminta pada dosen yang bertanggung jawab untuk mencabut hukumannya. Segera sesudah itu, dia segera pergi menuju ke asrama wanita untuk melihat keadaan Fang Miaoling.

Saat itu, Fang Miaoling tengah duduk di ranjangnya sambil menangis tersedu-sedu. Dia ditemani oleh kedua teman sekamarnya yang terus-menerus menghiburnya. Darah di bibirnya kini sudah terlihat mengering.

Tiba-tiba, terdengar pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Sontak ketiga gadis itu menoleh ke arah pintu dan mendapati Bai Yan sedang berdiri di sana. Seketika itu juga, mereka semua bangkit berdiri dan berteriak bersamaan, "Profesor Bai…"

Bai Yan pun terlihat samar-samar mengiyakan. Dia kini terlihat berjalan masuk, lalu menarik kursi dan duduk di sana. Dia kemudian bertanya pada Fang Miaoling yang menangis semakin tersedu-sedu saat ini. 

"Bagaimana bisa dia sampai memukulmu? Apakah sebelumnya terjadi konflik di antara kalian berdua?" tanya Bai Yan berusaha mencari tahu.

Fang Miaoling mengangkat pandangan matanya dengan isak tangis. Dia memandang Bai Yan dan menangis semakin tersedu-sedu, lalu berkata, "Aku tidak tahu mengapa dia begitu tidak menyukaiku. Sebelumnya hubungan antara kami berdua sangat baik. Setelah keluargamu mengadopsiku, dia malah langsung tidak menyukaiku."

"Aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi padanya. Tanpa mengatakan apa pun dia tiba-tiba menggigitku begitu saja. Awalnya aku tanpa sengaja bertemu dengannya di kampus, tiba-tiba dia menarik tanganku dan langsung memukuliku begitu saja. Kedua teman sekamarku adalah saksinya. Kak Bai Yan, aku benar-benar tidak tahu di mana letak kesalahanku," jelas Fang Miaoling yang berpura-pura.

Bai Yan melirik sekilas dua orang teman sekamar Fang Miaoling yang duduk di sebelahnya, Tang Caiqi dan Xiao Xiao. Keduanya terlihat mengangguk-angguk mengiyakan perkataan adik angkatnya itu barusan.

Bai Yan pun terdiam sejenak. Dia kini memusatkan pandangan matanya pada Fang Miaoling, entah mengapa dia merasa gadis itu menyembunyikan sesuatu. Tidak tahu apakah itu karena merasa bersalah, namun gadis itu terlihat sibuk menghindari tatapan matanya. Tangannya juga terlihat digenggam dan terus bergerak-gerak.


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C56
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพของการแปล
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ