ดาวน์โหลดแอป
36.66% Sewaktu Kamu Dewasa / Chapter 22: Menunggunya Dua Tahun

บท 22: Menunggunya Dua Tahun

บรรณาธิการ: Wave Literature

Mengetahui kalau Bai Yan mencium dirinya dengan kuat, sekujur tubuh Ji Xiaonian pun membatu.

Pria... Pria ini, kenapa jadi begini? Batin Ji Xiaonian. Akan tetapi, dia benar-benar menyukai pBai Yan yang menghukumnya dengan cara yang seperti ini. 

Ayolah, lakukan yang lebih kuat dan lebih intens lagi. Ah, tidak. Meskipun aku menyukai hukuman dengan cara yang seperti ini, tapi dia kan tidak menyukaiku. Kalau tidak menyukaiku, untuk apa dia menciumku? Batinnya lagi.

Ji Xiaonian tidak terima kalau dirinya hanya dimanfaatkan saja, dia dicium oleh pria yang tidak bertanggung jawab. Hatinya menjadi sangat marah, lalu dia mengerahkan seluruh tenaganya dan memposisikan kedua tangan kecilnya untuk menekan dada Bai Yan, kemudian mendorongnya menjauh dengan kasar.

Pada sudut bibir Bai Yan masih tertinggal sisa aroma yang berasal dari dalam bibir Ji Xiaonian. Dia benar-benar masih mendapati sisa rasa yang tidak ada habis-habisnya. Setelah mundur dua langkah, dia pun membalikkan badannya dan merasa begitu canggung, dia tidak tahu bagaimana caranya harus berhadapan dengannya..

Sejujurnya, Bai Yan juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Saat kepalanya memanas, dia tiba-tiba saja langsung mencium Ji Xiaonian. Ditambah lagi, rasanya tidak buruk, lembut dan sedikit manis. Lalu secara tidak terduga, membuat orang jadi merasakan perasaan mendamba dan bahagia yang tak terkira. Bahkan sampai bagian bawah perutnya mulai bereaksi.

"Huhu... Bai Yan, dasar berengsek! Aku akan mengadu pada kakakku dan bilang kalau kamu memperlakukanku dengan buruk!" tutur Ji Xiaonian dengan kesal. Kenyataannya, dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukannya setelah ini.

Demi menghindari kecanggungan di antara keduanya, Ji Xiaonian lalu hanya berakting dengan licik. Dia mendudukkan pantatnya di atas lantai dan menangis seperti anak kecil.

Mendengar suara tangisan itu, Bai Yan memalingkan kepalanya dan mendapati Ji Xiaonian duduk di atas lantai dengan sepasang kakinya yang menendang-nendang dan melompat-lompat seperti anak kecil. 

"Huhu... Bai Yan pria berengsek, penjahat yang mencuri ciuman pertamaku dengan paksa. Duh! Bagaimana kalau setelah ini aku hamil? Huhu…"

"..." Hamil? Memangnya setelah dicium bisa hamil? Batin Bai Yan.

Bai Yan lantas menghampiri Ji Xiaonan dengan langkah panjang, menatap ke arahnya, lalu berkata tanpa ekspresi, "Ji Xiaonian, apa kamu tidak punya otak? Kamu itu anak kuliahan, tapi gara-gara dicium jadi takut hamil? Kalau begitu, bagaimana bisa kamu tidak takut hamil gara-gara tidur dengan orang lain?"

"Siapa bilang aku tidur dengan orang lain? Sejak kecil, ibu bilang padaku, kalau dicium bisa membuat hamil. Kamu sudah menciumku dan aku pasti bakal hamil. Aku tidak peduli, kamu harus bertanggung jawab padaku. Kalau tidak, aku akan pergi ke kakakku dan menuntutmu karena sudah menciumku dengan paksa," ujar Ji Xiaonian sambil menangis, dia bahkan menyipitkan matanya untuk melihat reaksi Bai Tan.

Aku memang tidak punya otak. Kalau punya, bagaimana mungkin aku berakting dengan licik agar dia bertanggung jawab? Kalau dia tidak bertanggung jawab, bagaimana mungkin aku bisa mewujudkan mimpiku, menjadikan pria ini menjadi milikku! Pikir Ji Xiaonian.

"....."

Bai Tan hanya menatap Ji Xiaonian yang masih saja duduk di lantai. Mendengar perkataan soal 'tidak tidur dengan orang lain' yang keluar dari mulutnya, perasaannya pun berubah menjadi senang dan sukar dijelaskan. Dia membalikkan tubuhnya dan tanpa sengaja muncul sebuah senyuman di matanya.

Akan tetapi, hal itu langsung berlalu dengan begitu cepat, lalu Bai Yan membalikkan badannya lagi untuk menatap Ji Xiaonian. Masih tanpa ekspresi, dia pun bertanya dengan suara dingin, "Kamu ingin aku bertanggung jawab? Baiklah kalau begitu. Menurutmu, aku harus bertanggung jawab kepadamu dengan cara seperti apa?"

Mendengarnya, Ji Xiaonian cepat-cepat menyeka air matanya dan bangkit berdiri. Dia menatap Bai Yan dengan tatapan yang seolah mengeluarkan emoji hati.

"Jadilah pacarku!"

"..." Bai Yan membeku sambil menatap Ji Xiaonian dengan sepasang matanya yang pucat dan kosong.

Ji Xiaonian pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, lalu bergegas berlari menghampiri dan memeluk lengan Bai Yan. Dia mengerucutkan bibir kecilnya dengan menggemaskan, lalu berkata sambil terisak-isak, "Ciuman pertamaku sudah dicuri olehmu dan pastinya setelah ini tidak akan ada pria yang mau denganku. Aku tidak peduli, pokoknya kamu harus bertanggung jawab. Kalau tidak, aku akan melompat dari gedung bertingkat ini. Dan setelah aku mati, aku akan berubah jadi arwah jahat yang tidak akan melepaskanmu."

Setelah selesai mengatakannya, mata Ji Xiaonian pun dipenuhi oleh air mata. Dia memandang lurus pada Bai Yan dengan tatapan yang penuh harapan. Sebenarnya, dia sangat takut kalau pria itu akan kembali mengatakan kata-kata yang mempermalukannya. Kalau ternyata benar-benar seperti itu, kelihatannya setelah ini dia tidak akan berani menempel padanya seolah tak tahu malu. Kalau hal itu terjadi, dia akan menyerah dan menjamin tidak akan berharap lagi.

"Ji Xiaonian..." ucap Bai Yan dengan wajah yang tampak kosong dan pucat.

"Hmm?"

"Apa kamu tahu kalau aku sembilan tahun lebih tua darimu?" tanya Bai Yan dengan ekspresi yang tiba-tiba berubah jadi sangat serius.

Ji Xiaonian pun balik menatapnya, tiba-tiba saja, dia seolah mendapatkan firasat yang bagus.

"Aku... Tentu saja aku tahu kalau kamu lebih tua sembilan tahun dariku. Tapi memangnya kenapa? Aku... Aku menyukaimu yang seperti itu. Semakin tua, semakin dapat diandalkan."

"..." Semakin tua, semakin dapat diandalkan? Gumam Bai Yan. Rasa-rasanya, ucapan Ji Xiaonian selalu membuatnya kesal setiap saat. Gadis itu memang benar-benar sebuah penderitaan.

Perasaan Bai Yan menjadi suram, dia lalu berkata dengan dingin, "Tapi aku tidak menyukai kamu yang masih kecil seperti ini.

Perkataan itu benar-benar dimaksudkan untuk mengomeli Ji Xiaonian karena sudah menyebutnya tua. Apa aku benar-benar sudah tua? Aku kan cuma lebih tua beberapa tahun saja darinya, tapi sudah dibilang tua, batinnya.

"..."

Mendapati Bai yan yang berkata dengan serius, dada Ji Xiaonian jadi terasa sesak. Dia mengerutkan wajah kecilnya, mengerucutkan bibir kecilnya dan tampak ingin menangis lagi.

"Kalau kamu tidak suka aku yang sekecil ini, kenapa kamu menciumku? Kalau kulihat-lihat, kamu cuma tidak mau bertanggung jawab padaku saja, kan? Bai Yan, kamu bukan seorang pria. Berani melakukan, tapi tidak berani bertanggung jawab. Aku benar-benar jijik denganmu, aku jijik, aku membencimu, aku…"

"Boleh."

"Hah?" Mendengar kata itu terucap dari bibir Bai Yan, Ji Xiaonian langsung kehabisan kata-kata dan juga penasaran. Sepasang matanya yang besar dan berkilauan karena cucuran air mata itu menatapnya sambil berkedip-kedip.

Mengetahui kalau Ji Xiaonian tidak memahami maksudnya, Bai Yan membalikkan badannya dan membelakanginya.. Dia lalu berkata dengan perasaan yang benar-benar malu, "Boleh berhubungan, tapi tunggu aku dulu selama 3 tahun untuk menyelesaikan tugas jadi pengajar pengganti."

Saat ini aku adalah seorang pengajar dan bagaimana mungkin aku menjalin cinta dengan muridnya sendiri? Pikir Bai Yan. Kalau hal itu terjadi, nantinya akan melanggar etika dan mungkin saja Ji Xiaonian tidak bisa lulus. Sebenarnya, dia tidak peduli, tapi dia tidak ingin membuatnya dijauhi oleh teman-temannya.

"Kamu... Kamu bilang apa?"

Mendengar perkataan Bai Yan, Ji Xiaonian berpikir kalau telinganya bermasalah. Dia berpikir kalau dirinya sedang bermimpi, dia berpikir kalau semuanya adalah ilusi dan tidak nyata.

Barusan, Bai Yan mengatakan apa? Mengatakan boleh menjalin hubungan dengannya? Tapi harus menunggu pria itu untuk menyelesaikan tugasnya mengajar dulu selama tiga tahun? Gumam Ji Xiaonian.

Bai Yan sudah mengajar selama hampir setahun, jadi masih ada sisa dua tahun lagi. Bukan, bukan, bukan, bukan itu poinnya. Poinnya adalah... Bai Yan akhirnya setuju? Dia benar-benar tidak salah dengar, kan? Batinnya lagi.

"Kalau tidak mendengarnya, lupakan saja. Kamu pulang dulu sana. Aku mau menyiapkan pelajaran," ucap Bai Yan. Daripada harus mengatakan hal yang seperti itu sekali lagi, lebih baik dia mati saja. Beberapa saat kemudian, dia kembali lagi menjadi seorang pria macho yang begitu dingin dan arogan.

Mendapati Bai Yan yang menjadi canggung, tanpa ditanya lagi, hati Ji Xiaonian serasa ingin berteriak dan melompat bahagia. Tapi dia menahan dirinya untuk melompat karena rasa antusias, kemudian berkata dengan serius, "Masih harus menunggu dirimu dua tahun? Itu adalah waktu yang begitu panjang, tapi tidak apa-apa, aku bersedia menunggu. Menunggu sampai masa mengajarmu berakhir, dan setelah itu kita…"

Selangkah demi selangkah, Ji Xiaonian berjalan ke sebelah Bai Yan. Dia lalu berjinjit dan memanfaatkan keadaan saat pria itu sedang tidak memperhatikan, kemudian tiba-tiba saja mendaratkan ciuman di wajah tampannya.

Itu hanyalah sebuah ciuman yang ringan. Lalu, karena takut kalau-kalau Bai Yan menarik kembali kata-katanya, Ji Xiaonian lantas cepat-cepat pergi menjauh dan berlari kabur. Dia berlari hingga sampai ke ambang pintu kantor, lalu menolehkan kepalanya ke arahnya dan tersenyum menggoda, "Kak Yan, aku benar-benar menyukai sikap canggung dan aroganmu itu. Imut sekali."

Setelah melemparkan perkataan itu, Ji Xiaonian lantas menarik pintu dan membukanya dengan terburu-buru, dia pun segera pergi.


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C22
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพของการแปล
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ