Mata perempuan itu menatap lekat-lekat lelaki yang tinggal di sebelah apartemennya. Ada apa gerangan sampai ia menyapa setelah setengah tahun pindah ke tempatnya?
"Kenapa kau bengong?" tegurnya.
Perempuan itu mengerjapkan mata sesaat. Sungguh ganjil terperangkap percakapan dengan tetangganya itu.
"Aku tanya, apa kau ada waktu luang akhir pekan ini?"
"Eng... memangnya kenapa?" tanyanya waspada.
"Kau sudah tahu aku, kan? Aku Toshio Wataru. Namamu Misaki, kan? Sejak aku pindah kemari, kurasa kau sudah tahu orang seperti apa aku ini," senyum licik terpasang di wajahnya yang tampan dan dingin. Mata yang terlalu dingin untuk seorang manusia! Misaki bergidik!
"Mau apa kau?" tangannya menarik pintu sedikit, berusaha menjaga jarak agar lelaki itu tak menyerang jika otak mesumnya jalan.
Tak!
Wataru menahan pintu.
"Aku tak tertarik pada tipe sepertimu," lelaki itu mendengus geli. "Kutu buku. Bikin aku alergi saja!"
"Kalau kau alergi, lantas kenapa datang mencariku?"
Misaki memasang tampang galak, kacamata bulatnya melorot sedikit.
"Aku mau minta tolong."
"Apa?"
"Kau tuli, ya?"
"Hooo! Kau alergi pada kutu buku sepertiku tapi masih mau minta tolong?" sudut-sudut bibir Misaki berkedut.
"Aku akan membayarmu. Tenang saja."
"Kau gila, ya! Aku bukan wanita murahan!" Misaki mendorong pintu hingga kepala lelaki itu terbentur.
"Kau ini hewan liar, ya! Aku bilang aku akan bayar, bukan berarti mau 'pakai' kamu!
"Jah*nnam! Pergi kau!"
Mereka berdua beradu tarik-menarik tepian daun pintu apartemen sambil menatap galak satu sama lain.
"Aku hanya mau minta tolong temani aku menghadiri sebuah acara sebagai pendamping. Aku masih punya akal sehat, kau gila, ya? Kau anggap aku apa?"
"Mana ada orang normal minta tolong tapi ngasih bayaran? Caramu minta tolong juga nggak sopan!"
"Kalau aku minta tolong baik-baik sesuai keinginanmu, kamu mau menolongku?" ia menggertakkan gigi, kesal.
"Tergantung sikapmu," katanya cuek.
Lelaki itu melepas tangannya dari pintu, menghela napas sejenak, lalu pandangan seriusnya lurus ke depan.
"Itu sangat tidak nyaman. Kau tahu? Memang kau ini detektif?"
Lelaki itu hanya tersenyum licik, detik berikutnya membungkuk sempurna pada Misaki.
"Aku mohon! Tolonglah aku kali ini! Aku akan mengabulkan apa pun yang kau inginkan."
Misaki bengong.
Terlalu formal! pikir Misaki, merasa tidak enak.
"Ba-bangunlah! Aku akan menolongmu tanpa imbalan apa pun."
"Tidak. Aku pasti akan mengabulkan apa pun yang kau minta selama aku mampu," ia bangkit. "Tak ada hutang budi dalam kamus hidupku."
"Ugh... terserahlah..." Misaki menghindari tatapan serius nan dingin lelaki playboy itu. "Katakan, apa maumu?"
Lelaki itu tersenyum penuh kemenangan.