"Oh jadi kau menikah tapi belum resmi?" ulang Emi seraya mengunyah snack yang baru dia beli di toko dekat kampus mereka. Keduanya berencana membeli beberapa barang, menggunakan waktu sebelum kelas dimulai.
"Iya aku nantinya akan membuat keputusan apakah aku mempertahankannya atau tidak," sahut Asia.
"Lalu kau sudah membuat keputusan?" Dia langsung menggeleng.
"Kenapa? Kau bilang sendiri dari tadi kau sudah memberikan segalanya sama suamimu dan jika aku perhatikan, dia sangat baik jadi tak ada salahnya kalau kau mempertahankan pernikahan kalian," Emi memberi komentar.
Tidak ada balasan dari Asia yang kini tengah berpikir keras. Perkataan sang sahabat ada benarnya namun gadis itu tak mengerti kenapa firasatnya tak enak.
Dia masih sangsi akan ketulusan Alexi seakan Asia tahu akan ada sesuatu buruk terjadi dan sekarang mendadak perasaannya tak enak.
"Asia!" seruan Emi mengejutkannya. Dengan tampang melongo, dia menoleh.
"Tak apa-apa jika kau masih bingung, pertimbangkan dengan baik keputusanmu sebagai teman dekat aku akan mendukungmu," lanjutnya dengan memulas senyum simpul.
Asia tersenyum tipis, mengangguk sesaat. "Ayo kita harus bergegas, kelas pertamaku akan dimulai setengah jam lagi." Emi melangkah lebih dulu meninggalkan istri Alexi itu sendiri.
Dia lalu mengeluarkan smartphone dan mencari kontak suaminya. Ingin sekali menghubungi tapi di waktu seperti ini pasti Alexi sibuk.
"Asia!" panggil Emi nyaring. "Ayo!" Kali ini Asia bergegas mendekat dan berjalan beriringan dengan sang sahabat.
❤❤❤❤
Tak terasa hari telah sore, kesibukan Asia di kelas sekaligus beberapa pertemuan membuat wanita itu sedikit lelah. Dengan langkah gontai, dia berjalan menuju gerbang namun ada yang mengganjal.
Mobil Alexi akan terparkir setia menunggu kedatangan Asia tapi hari itu dia tak datang menimbulkan pertanyaan sekaligus rasa gelisah. Lantas Asia segera menelepon sang suami dan tidak butuh waktu lama, Alexi mengangkat panggilannya.
"Halo," sapa Alexi dari balik telepon.
"Kau ada di mana? Aku sudah pulang kuliah," sahut Asia.
"Oh, maaf sayang aku sedang punya banyak pekerjaan dan mungkin akan lembur, kau bisa, kan pulang sendiri?" Hati Asia terasa sakit dan entah kenapa kecemasan muncul begitu saja.
"Baiklah, aku bisa naik angkutan umum. Jam berapa kau akan pulang?"
"Entahlah tapi kalau aku pulang aku akan menelepon. Oh ya Asia, hari ini aku bekerja bersama Nandini sebab Adya ada urusan lain tidak apa-apa, kan?" Asia masih diam. Mencerna setiap kata Alexi yang membuat raut wajah kesal dari wajah itu.
"Ok, tapi tetap jaga jarak." balas Asia singkat. Baginya Nandini adalah virus, sedikit saja lengah maka dia akan menjangkiti badan.
"Sipp, hati-hati di jalan dan istirahatlah suaramu terdengar lelah." Asia menggumam singkat sebagai sahutan kemudian menutup telepon.
Wanita itu merasa agak tenang sebentar sebab sudah mendengar suara sang suami dan juga tak menutupi apa pun dari Asia. Ia tak menyadari jika sesuatu yang buruk di antara Asia serta Alexi.
❤❤❤❤
Jam tujuh malam, Asia dan Tisa baru saja selesai makan malam. Keduanya bahu membahu saling membantu dalam mengurus dapur.
"Nyonya, Tuan sedang lembur?" tanya Tisa. Tangannya terus bergerak mengelap piring yang basah.
"Iya, katanya banyak pekerjaan di kantor," balas Asia sekenanya.
"Apa sebaiknya nanti saya panaskan makanan sisa jika Tuan datang?"
"Tak perlu repot Bibi, aku bisa melakukannya sendiri toh besok aku tidak punya kelas jadi Bibi malam ini boleh beristirahat." Tisa menanggapi dengan mengangguk.
Setelah menyelesaikan segala pekerjaan rumah, Tisa undur diri agar beristirahat di kamar sementara Asia menyibukkan diri dengan menonton tv.
Malam semakin larut. Asia berkali-kali menguap, matanya yang terasa berat dikedipkan agar terbangun namun tidak memiliki dampak kuat. Wanita itu lalu melihat jam di dinding.
Jam 11 malam tapi Alexi belum juga pulang. Sekali lagi Asia resah terutama mengingat jika yang bersama Alexi adalah Nandini. Dia lalu mengirim beberapa chat sin
gkat di whatsapp.
Hasilnya nihil. Jangankan di balas, read saja tidak. Hal ini memicu kekesalan dalam diri wanita berusia 18 tahun tersebut.
"Awas saja nanti kalau dia pulang aku akan suruh dia tidur di luar." Pada akhirnya Asia tidak bisa menahan kantuk. Dia menguap sekali lagi dan membaringkan diri lalu perlahan sepasang mata miliknya terpejam.
❤❤❤❤
"Nyonya ... bangun," sayup-sayup Asia mendengarkan suara seorang wanita. Perlahan mata terbuka, sesekali mengerjap supaya kesadaran meningkat.
"Bibi," ucap Asia masih setengah sadar.
"Nyonya semalaman berjaga?" Asia tak menjawab. Ia melihat jam di layar ponsel dan langsung melotot. "Bibi, Alexi sudah pulang?"
"Belum Nyonya." Debaran jantung Asia makin cepat. Hal-hal negatif sekarang berada di benak Nyonya muda itu. Ditepisnya dengan mencoba meyakini sang suami.
Setiap kata romantis juga tingkah manis. Tidak mungkin Alexi bersama Nandini, kan? Itulah pertanyaan yang muncul dari pikiran Asia.
Chat whatsapp sama sekali tidak dibaca menambah frustasi wanita itu. Dia lekas menelepon, berharap masuk. Asia menahan napas saat mendengar keheningan dalam teleponnya.
Barulah bernapas lega tatkala mendengar suara masuk namun setelahnya jantungnya mendadak nyeri sebab bukan Alexi yang mengangkat melainkan seorang wanita.
"Halo." Baru satu kalimat keluar dari mulut Nandini, Asia langsung panas.
"Kenapa kau yang mengangkat telepon suamiku? Di mana Alexi?" Tawa Nandini makin menjengkelkannya.
"Tentu dia bersamaku, dia sedang mandi," jawabnya enteng.
"Jadi selama ini dia bersamamu semalaman?"
"Tentu, kami menghabiskan waktu berdua dengan menggairahkan." Napas Asia memburu, tangannya terkepal kuat.
"Kau dan suamiku ada di mana sekarang?" Tanpa beban Nandini memberitahu alamat mereka sedetil mungkin dan segera ditutup.
"Wanita jalang, tunggu saja! Kau pikir hanya karena aku masih muda, aku tak akan melakukan apa-apa?! Kau melawan orang yang salah!" geram Asia. Masih memaki Nandini, wanita itu menghubungi seseorang.
"Halo, kau ada di mana? Pokoknya datang ke rumah aku ingin ke suatu tempat!" hardik wanita itu kepada lawan bicaranya di telepon.
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!