"Jon,how about club?"Alex,dosen di fakultas hukum,sekaligus sahabat Jonathan tampak mengajak pria yang trngah sibuk dengan laptopnya tersebut.
"Nah,Alex. I am a lot tired"setelah mengatakan itu,Alex segera pergi karena orang-orang lainnya sudah menunggunya.Kini,Jonathan sendirian dikamarnya.Dia sangat lelah.Pekerjaan hari ini bahkan membuatnya tidak punya kesempatan untuk menghubungi Alva.
Ngomong-ngomong tentang Alva ... Jonathan segera mengambil ponselnya,bermaksud menghubungi Alva.Pada deringan ke lima,sambungan telepon terangkat.
"Hello,sir"
DEG
Jonathan terhenyak.Dia sama sekali tidak mendapati suara Alva dari sambungan telepon itu.Namun,dia jelas tahu siapa pemilik suara lembut di seberang.
"Maafkan saya karena lancang mengangkat telepon dari anda.Anda ayah dari Alva,kan? Maaf sebelumnya,tetapi Alva sedang tidur,dia kelelahan.Saya tidak tega membangunkannya."Jonathan tersenyum.Betapa dia merindukan suara ini?
Hening.Tak ada yang berbicara.Hal ini membuat seseorang di seberang sana tampak gelagapan.
" oh sir,bukan seperti yang anda pikirkan! Kami tidak melakukan apa-apa.Sebelumnya, nama saya Olivia,saya teman Alva. Dia kelelahan karena mengantar saya berkeliling New york"
Jonathan tersenyum.Gadis ini masih sama.
"Hello?? Sir??"
Jonathan berdehem seraya menurunkan nada suaranya, "Suruh dia menelponku segera"
Dan setelah mengatakan itu,Jonathan menutup sambungan telponnya.
Jonathan meneguk teh hangatnya seraya menyenderkan tubuhnya di sofa.Ia menghela nafas,mengingat bagaimana ia melihat wajah Oliv hari ini.Rasanya masih seperti mimpi. Namun bedanya,ini bukan mimpi indah yang biasa ia mimpikan.Ia selalu memimpikan Oliv yang akan tersenyum dan berlari untuk memeluknya di pertemuan mereka yang pertama.Lalu,mereka akan membicarakan banyak hal,banyak lelucon,dari hal yang penting sampai tidak penting.Jika saja kejadian itu tidak pernah ada.
Well,namun apa yang harus ia lakukan jika keadaan justru sebaliknya berbanding terbalik dengan apa yang dia impikan? Olivia bahkan tidak menyadari krberadaannya. Atau bahkan .... Oliv memang benar-benar sudah melupakannya.Lebih parahnya,Oliv justru lebih dekat dengan Alva.
Oh shit.
Kenapa Jonathan harus tidak rela jika Oliv dekat dengan anak semata wayangnya?? Bukankah,pria itu sendiri yang berjanji akan mengenalkan mereka berdua?? Bukankah,pria itu sendiri yang berjanji untuk menyatukan mereka sehingga Oliv bisa menjadi anaknya juga??
Jonathan mengambil ponselnya,memperhatikan foto Andrea,mendiang istrinya yang tengah tersenyum manis di pelukannya.Jonathan tersenyum.Dia baru sadar bahwa Oliv benar-benar mirip dengan Andrea.Well,mereka berdua adalah dua individu yang berbeda.Sungguh berbeda.Namun terkadang,bukankah perbedaan itulah yang membuat mereka semakin terlihat mirip?? Itulah yang Jonathan rasakan. Apapun yang Oliv lakukan,selalu mengingatkan Jonathan kepada mendiang istrinya.Seolah Oliv adalah istrinya,Andrea.Jonathan tidak mau siapapun dekat dengannya melebihi kedekatan mereka.
Gila. Jonathan pasti sudah gila.
Deringan ponsel membuat jonathan mengerjapkan matanya. Dilihatnya nama Alva di layar ponsel,membuat pria itu segera menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya di telinga.
"Yo .. dad"Suara Alva memenuhi gendang telinganya. "Ada apa? Kau tidak pulang?"
"Well,aku baru sempat memberitahumu bahwa aku di California untuk seminggu ke depan." ucap Jonathan.
"Wah,cukup lama,ya?"balas Alva dengan tertawa.Membuat alis Jonathan terangkat secara spontan, "Why are you so happy?"
Alva tertawa, "Tidak,dad. Apakah aku terdengar begitu senang?"
Jonathan berdehem, "Alva."
"Ya?"
"Siapa gadis yang mengangkat teleponnya tadi?"tanya Jonathan,membuat Alva lagi-lagi tertawa, "Dia ... gadis yang ku ceritakan kemarin,dad."
Tepat sekali.
"Alva,berhentilah bermain-main,"Jonathan menghela nafas panjang. "Kau sudah dewasa.Cobalah untuk serius."
"Dad?"panggil Alva,kini,tidak ada lagi nada lelucon dalam suaranya.
"Apa yang sedang kau bicarakan? Dan ... Mengapa kau harus peduli tentang 'mainanku'?"
Jonathan menggeram marah ketika mendengar apa yang Alva katakan.Apakah pria itu baru saja mengatakan Oliv sebagai mainan?
"Alva!"bentak Jonathan marah, "Berhentilah main-main!"
"Why dad? Kenapa kau begitu marah? Kau bahkan mengatakan bahwa di umurku yang sekarang,bermain-main itu wajar.Bukankah kau bilang begitu?"
Tangan Jonathan mengepal, "Jika mereka jalang-jalang yang kau temui di club malam,aku tidak akan peduli." Jonathan menghela nafas, "Tapi gadis itu,dia berbeda."
"Daddy? Apakah kau begitu mengenal Oliv? Kau terdengar seperti seorang pria yang sedang membela mati-matian kekasihnya di depan keluargamu." ucap Alva sarkastis,membuat Jonathan memejamkan matanya sejenak, "Jaga bicaramu."
"Then, what,dad? gadis-gadis yang ku dekati,tidak ada urusannya denganmu!"tegas Alva.Pria itu kembali berbicara, "Dengar,dad.Aku memang seorang player,aku tak bisa menolaknya.Tentang apa yang akan ku lakukan kepada Oliv nantinya,aku tak tahu. Aku tidak tahu apakah aku akan benar-benar mencintainya,atau akan membuangnya ketika tantanganku selesai.Tapi,satu hal yang akan ku lakukan saat ini."
Alva menghela nafas, "Aku akan membuatnya jatuh cinta kepadaku."
Jonathan tersenyum sinis, "Dengarkan aku,Alva."
Pria itu berkata dengan nada yang serius, "Sebagai seorang ayah,aku akan melindungimu dari berbagai macam bahaya.Sebagai seorang ayah,aku akan membunuh siapapun yang berusaha menyakitimu,"Jonathan terdiam sejenak sebelum kembali meneruskan perkataannya, "Tetapi sebagai seorang pria,aku akan membunuhmu,jika kau berani menyentuh dan meretakkan sedikit saja hati gadis itu."
Alva terdiam di seberang sana.
"Aku benar-benar serius dengan ucapanku."
Alva mendengus,"Apa kau sedang mengancamku hanya karena gadis asing yang bahkan,kau sendiri balum pernah mengenalnya?!"
* Kau salah Alva. Kau salah. Aku begitu mengenal gadis itu.Gadis itu akan membuatku tidak bisa tidur jika sedang merindukannya. Gadis itu akan membuatku melupakan pekerjaan jika sedang berbicara dengannya. Gadis itu akan membuatku berfantasi liar jika sedang menatap matanya. Gadis itu akan membuatku berniat membunuh siapapun yang menyakitinya jika sedang melihatnya menangis.*
"Aku tidak mengancammu.Aku memperingatimu,"Jonathan menghela nafas sekali lagi,ia mulai melunakkan suaranya, "Dia itu gadis pintar yang sedang dipercaya oleh orang tuanya untuk belajar di negeri orang. Jika kau hanya berniat bermain-main,lebih baik,cari wanita jalang."
Alva tertawa ketika mengetahui alasan Jonathan begitu marah, "Tidak perlu khawatir tentang itu,Dad."