Siang menjelang sore mereka berdua habiskan di dalam kamar, alias tepar karena kecapean dalam bermain sehabis pulang sekolah.
Namum yang gak di sangka-sangka ternyata ada yang pengen dateng ke rumah Vino.
Tok.. Tok.. Tok..
Suara ketukan pintu itu terdengar lumayan keras, sehingga bibi yang sedang masak di dapur untuk menyiapkan makan malam itu langsung bergegas menuju ke depan untuk melihat siapa yang bertamu.
"Iya tunggu sebentar!" ujar Bibi sambil berjalan agak cepat menuju ke ruang tamu.
"Hmmm iya ada yang bisa di bantu den?" ujar Bibi menanyakan kepada sosok laki-laki muda berwajah bule yang sekarang sedang berdiri di depan pintu.
Siapa lagi kalau bukan si Bryant.
"Ahh iya, Vino ada?" tanya Bryant sedikit kaku menggunakan bahasa Indo yang agak formal.
"Owh temennya mas Vino, sebentar ya bibi panggilkan!" ujar bibi langsung bergegas tanpa meminta Bryant untuk masuk dan duduk.
Namun beberapa langkah kemudian bibi tersadar.
"Aduh, kok jadi goblok gini sih aku!" ujarnya sambil kembali lagi nyamperin si Bryant.
"Ehh den bisa masuk dulu, silahkan duduk... Oh iya dengan den siapa?" tanya Bibi sambil tersenyum.
"Oh iya makasih Bi, saya Bryant!"
"Okay siap!"
Setelah Bryant duduk di ruang tamu, bibi langsung bergegas menuju ke kamar Vino untuk memberitahu bahwa ada temennya yang nyariin dia.
"Mas? Mas Vino? Ada temenya mas Vino nyariin mas, namanya Bryant!" ujar Bibi sambil mengetuk pintu kamar Vino.
"Mas? Mas?"
"Yaaa Bi ada apa?" sahut Vino dengan malas, karena baru tersadar dari tidur lelapnya bersama dengan kakak tercintanya.
"Itu di ruang tamu ada temenya mas Vino!"
"Temem?? Siapa bi?" tanya Vino sambil masih terbaring di atas ranjang.
"Namanya Bryant mas!"
Detik itu juga Vino langsung melompat dari ranjang dan langsung menyambar pakaian dan mengenakannya. Dia terlihat bingung sambil memegangi kepalanya.
"Aduh, ngapain sih nih anak kemari!" ujar Vino dengan bingung.
"Mas bibi buatin minuman dulu ya!"
"Iya bi!"
Aduh ngapain sih anak kemari, kayak gak ada kerjaan aja. Ngapain juga dia kemari. Duh kan aku jadi bingung mau pakai baju apa?
Aku mondar-mandir sebentar ke kamar memastikan bahwa apa yang akan ku pakai setelah ini gak memalukan baginya.
Aku langsung memutuskan untuk memakai, kaos oblong yang ukurannya agak besar dan pakai celana pendek olahraga di atas lutut.
Sebelum aku keluar aku berkaca terlebih dahulu, merapikan sebentar rambut yang masih acak-acakan. Ku buka pintu perlahan, sambil melihat kak Tristan semoga tidak kebangun, kalau dia bangun bisa perang dunia ke tiga nih!.
Aku menutup pintu dengan perlahan dan kemudian menghampiri Bibi yang sedang membuat minuman di dapur. Aku agak mengintip ke ruang tamu untuk memastikan bahwa Bryant masih berada di sana.
Aku melihat Bryant masih duduk di sana namun aku tidak menunjukkan wajahku karena aku hanya melihat sepatunya saja namun bukan wajahnya, karena aku hanya mengintipnya.
Duh Kenapa sih kok jantung gue jadi dag dig dug ser gini. Kayak mau ujian aja bawaanya.
"Bi, buat apa?"
"Ini lo mas, tak buatin es jeruk aja. Siapa tahu dia suka, soalnya wajahnya bule gitu!" ujar bibi sambil memeras jeruk.
"Bi dia tadi tanya apa aja!?" tanyaku pada bibi sambil melihat ke arah ruang tamu.
"Ndak ada Mas, cuma nanyain si mas Vino nya dimana gitu aja!" jawab Bibi sambil membawa es jeruk yang sudah jadi.
"Eh bi biar Vino aja yang bawa!" pintaku.
"Tapi mas..!"
"Gak papa bi, bibi siapin makan malam aja ya, tambahin satu porsi ya bi kalau dia mau makan malam disini!" ujarku sambil berjalan meninggalkan dapur.
"Siap Mas!"
Aku tidak menjawab bibi, namun hanya memberikan isyarat jempol padanya.
Aku berjalan dengan perlahan menuju ke ruang tamu memastikan bahwa aku berjalan dengan cool.
Pada saat aku memasuki ruang tamu, dan aku melihat dia duduk rapi di ruang tamu. Detik itu juga membuat tanganku yang sebelumnya biasa aja, jadi gemetar gak karuan.
Dan detik yang sama juga pada saat dia menyadari bahwa aku datang menghampirinya mata kami langsung terkunci detik itu juga.
"Ehh!"
"Awas!"
Njir hampir aja gue jatuh, tapi untungnya gak sampai jatuh cuman kepeleset dikit.
"Kamu gak papa?" tanya Bryant sambil mendekat ke arahku.
"Hei, is okay. Aku gak papa kok!" jawabku sedikit kaku. Niat banget dia berdiri gara-gara lihat gue hampir kepeleset.
Aku menaruh es jeruk ke atas meja, sembari duduk di sofa namun agak ujung dan berhadapan dengan Bryant.
Terjadi keheningan sesaat di antara kami berdua. Aku gak tahu apa yang akan aku obrolkan karna aku juga bingung, mau memulainya dengan cara seperti apa.
"Oh iya!"
Njir ngapain kok bisa barengan gini sih.
"Kamu duluan aja!" ujarku
"Kamu aja gak papa!" tukas Bryant.
Malah lempar-lemparan gini sih!
Ya udah deh gue beraniin buat nanya ke dia.
"Hmmm, btw ada perlu apa kamu kesini?" tanyaku pada Bryant, duh itu pertanyaan kasar gak sih? Kok aku kurang nyaman gitu ya.
"Ahh iya, aku hanya mau memastikan bahwa kamu sudah di rumah aja!" jawabnya sambil tersenyum padaku.
Njir bangsat kan, aku langsung salting sendiri gara-gara dia.
Aduh cuma di senyumin dikit aja bisa melayang njir. Dan aduh ngapain juga dia sok perhatian banget sama gue.
"Ahh kenapa begitu?" tanyaku sok sok goblok sama dia.
"Ah iya, soalnya tadi kan kamu gak ada di kelas waktu jam terakhir!" ujarnya
"Ahh, umm itu!" aku langsung mati kutu bingung mau jawab bagaimana, karena aku pulang awal kan hanya demi memuaskan nafsu doang sama kakak gue. Aduh mau jawab apa ini?
"Iya?" potongnya lagi.
"Ahh iya aku agak gak enak badan aja jadi aku pulang duluan!" jawabku dengan agak mengarang ya semoga dia percaya dengan apa yang aku katakan.
"Hah sakit, kamu sedang sakit... Sakit apa? Udah makan? Minum obat?" tanyanya tiba-tiba langsung berbondong banyak dan mendekatkan duduknya ke arahku.
Aduh itu kan rasanya gue salah bikin topik ini, sehingga Bryant malah jadi khawatir sama aku. Dia mendekatkan duduknya ke arahku sambil memegangi dahiku mengecek suhu tubuhku.
Harum banget parfumnya.
Aku sampai bisa mencium aroma tubuhnya, saking dekatnya dia denganku. Sehingga itu yang langsung membuatku terbungkam seketika.
"Ahh iya kamu agak panas!" ujarnya sambil melepas jaketnya dan kemudian di pakaikan ke aku.
"Kamu pakai dulu aja ya gak papa, ini hangat kok!" ujarnya sambil merapikan jaket yang dia pakaikan ke aku.
Jujur aku gak bisa berkata-kata pada saat itu, aku hanya bisa diam membiarkan dia beraksi dalam memanjakanku. Entah mengapa aku hanya bisa diam membiarkan dia melakukan itu semua kepadaku.
Astaga jangan bilang ini gue beneran suka sama dia?
Aduhh jangan Ya Tuhan, terus mau di kemanakan si Kak Tristan kalau sampai aku suka sama ni bocah.
Aduhh, gimana ini!!!
.
.
.
Gimana nih guys? Mau nambah lagi? Komen dan Riview ya.
Makasih buat yang selalu Setia nunggu, dan selalu Setia Ngasih Power Stone... Semoga Masa Karantina ini bisa nemani kalian.
Aku hanya bisa diam membeku pada saat Bryant memakaikan jaketnya padaku. Karena aku tidak tahu dia pakai sihir apa sehingga aku bisa mati kutu tidak bisa berkutik sama sekali, pada saat dia melakukan hal itu.
Dan yang jelas, kalau sampai kak Tristan bangun dan melihat aku dan Bryant dengan posisi seperti yang saat ini... Mati aku.
Dia melingkarkan tangannya di pundakku sambil memijit pelan pundakku. Siapa aja pasti akan hanya diam kalau yang melakukan itu adalah cowok bule idaman seluruh cewek di sekolahku.
"Ah aku gak papa kok!" aku pecahkan keheningan yang terjadi dan menggeser dudukku agak menjauh darinya.
"Ehem, okay!" seru Bryant sambil menjauh dariku dan duduk di tempat semula sembari meminum es jeruk yang di bikinin oleh bibi.
"Wow, so fresh. I like it. Did you make it by your self!" seru Bryant dengan ekspresi terheran-heran.
Gila apa itu buatan gue, yang bikin bibi lah. Masa iya aku bisa bikin minuman seseger itu.
"Ahh bukan, itu.."
"Ahh is okay, gak usah malu gak papa. Aku suka banget" potong Bryant sambil memberikan senyuman hangatnya padaku.
Njir belum juga aku ngomong udah di potong sama dia, maksa lagi kalau yang bikin itu aku. Ya elah, terserah deh... Biarin aja, asal dia gak minta gue buat bikin ya gak akan terjadi apa apa wkwkwk.
Yang aku takutkan sekarang adalah kalau, kak Tristan tiba-tiba udah bangun terus apa yang bakalan aku sampaikan ke dia?
Ahhh tiba-tiba gak tahu kenapa ni kepala encer banget dah, ada ide yang agak muslihat jadinya...
Semoga si Bryant mau aku ajak ngibulin kakak.
"Eh, Bryant boleh ngomong?" tanyaku sok imut pada saat dia sedang asyik main sama hp nya.
"Ah iya, silahkan!" jawabnya cepet banget dan langsung menaruh hp nya di atas meja sembari tatapan cogannya itu langsung terpapah ke arahku.
Anjir, jadi gak kuat kan. Aduh, vino nyebut harus kuat. Eluhku sambil mengelus dadaku.
Kuambil nafas dalam-dalam untuk mempersiapkan ngomong ke dia.
"Huhh Bryant kalau nanti kakak tiba-tiba bangun dan ke ruang tamu, dan nanyain kamu kenapa kok bisa disini! Kamu jawab aja ya kalau kamu mau ngerjain kerja kelompok bahasa Indonesia sama aku, ok!" jelasku sambil memastikan bahwa dia mengerti apa yang aku maksud.
Dia kemudian diam sejenak dan memutar kedua bola matanya. Aku rasa dia sedang berpikir deh ngapain aku minta dia kayak gitu. Hmmm jadi ragu kalau dia mau dengan rencanaku...
"Kan habis ini juga jam makan malam, jadi sekalian aja makan disini!" tambahku.
Vino mencoba membuat agar Bryant mau menyetujui rencananya, karena kalau Bryant tidak mau dan tiba-tiba Tristan keluar maka akan berantakan semuanya.
Hmmm ini kesempatan yang Bagus nih untuk lebih dekat dengan Vino, dan waktu yang tepat juga untuk menyelidiki mereka berdua. Gumam Bryant dalam hati.
"Ahh okay, I Agree... Aku setuju, lagian aku juga belum makan!" seru Bryant seolah benar-benar menyetujui apa yang telah di rencanakan oleh Vino.
"Wahhh yes, thanks Bryant!" ujar Vino dengan memberikan ekspresi lucunya, yang pastinya membuat siapapun yang melihatnya maka akan jatuh hati detik itu pula.
Dan salah satu korbannya adalah si Bryant.
Suasana malam yang agak dingin itu berubah menjadi hangat karena obrolan yang mereka bincangkan juga membuat suasana menjadi cair. Bryant semakin lama semakin jatuh hati kepada cowok cantik di hadapannya sekarang. Dimana sejak pertama kali bertemu rasa yang dimiliki oleh Bryant tidak kunjung luntur, malah sebaliknya perasaan yang pernah di ucapkannya dulu itu semakin lama semakin menjadi dan mendarah daging dalam diri Bryant.
Entah bagaimana suatu hari apakah perasaannya akan terjawab dan menjadi nyata? Atau hanya sebuah rasa yang tinggal sementara.
"Mas, makan malamnya udah siap di ruang makan" ujar Bibi Inah sembari membawa gelas yang sudah kosong di meja ruang tamu.
"Ah okay Bi, makasih... Oh iya Bi kak Tristan udah bangun belum?" tanya Vino penasaran.
"Hmmm belum mas, tadi saya lihat di kamarnya gak ada'i apakah di kamarnya mas Vino? Mas Tristannya!" jawab Bi Inah yang langsung membuat suasana di ruang tamu menjadi hening seketika.
Aduh, Bi Inah kenapa langsung nyeplos sih kalau kakak gue lagi tidur di kamar aku. Waduh si Bryant mikir aneh-aneh gak ya? Aduh gimana nih...
Batin Vino sambil mengigit bibir bawahnya.
Sedangkan Bryant hanya diam dengan pandangan kosong ke lantai.
Di kamarnya si Vino? Ngapain dia ada di sana? Apakah mereka berdua memang tidur sekamar? Duh Bryant positif thinking dong, gak mungkin kalau mereka ada hubungan yang lainnya. Mereka kan kaka adik gak mungkin ada sesuatu hal yang di luar hubungan antara saudara lah...
Ya mungkin aja mereka memang satu kamar, please pikiran positif thinking ya...
Batin Bryant mencoba mengontrol pemikirannya yang udah mulai aneh-aneh.
"Mas mau langsung makan? Atau gimana?" tanya Bi Inah lagi yang membuat mereka berdua langsung kaget secara bersamaan.
"Ah iya Bi!"
Lagi-lagi jawaban yang di ucapkan mereka berdua bersamaan.
"Ah, Bi tolong bangunkan kak Tristan dulu ya Bi, ajak buat makan malam... Soalnya dia tadi ketiduran di kamar Vino!" ujar Vino sambil beranjak berdiri mengajak Bryant menuju ke ruang makan.
"Okay, siap Mas!" jawab Bi Inah dan langsung bergegas menuju ke kamar Vino.
Dan detik yang sama pula di saat Bi Inah hendak membuka pintu kamar Vino... vino teringat sesuatu hal.
Astaga kan kita habis begituan, kan kak Tristan belum pakai apa-apa.
Gawat...
"BI INAH, GAK USAH... JANGAN!!!" Teriak Vino sambil berlari menuju ke arah pintu dan bergegas dengan cepat memegang gagang pintu dan menutupnya kembali dengan rapat.
BRAKKK
"Loh kenapa mas?" tanya Bi Inah dengan bingung.
Dengan gelagapan Vino mencoba mencari sebuah alasan untuk menjawab sebuah pertanyaan yang akan di jawab untuk Bi Inah dan juga Bryant.
Karena sekarang Bryant berada di ruang makan dan melihat ke arah Vino dan Bi Inah dengan aneh dan tentunya penasaran.
"Ahh itu Bi, jangan aaa.. Akku lupa kalau kak Tristan tadi lagi gak enak badan, dia tadi pesen jangan di ganggu dulu... Jadi takutnya kalau bibu bangunin nanti dianya malah marah-marah sama bibi, jadi gak usah ya bi!" Ujar Vino sambil ngos-ngosan menata caranya berbicara.
"Owalah iya Mas, gak papa... Ya udah Bibi buatkan bubur buat Mas Tristan dulu ya!" ujar Bi Inah sembari tersenyum meninggalkan Vino yang masih memegang erat pintu kamarnya itu.
"Huhhh hampir aja...!"
Desah lega Vino.
"Hampir apa?"
Tanya Bryant yang detik itu mengagetkan Vino seketika.
.
.
.
Bagaimana? seru gak?
Komen Dong, Jangan Lupa Reviews Juga.
Thanks.
ความคิดเห็นย่อย
คุณลักษณะความคิดเห็นย่อหน้าอยู่ในขณะนี้บนเว็บ! เลื่อนเมาส์ไปที่ย่อหน้าใดก็ได้แล้วคลิกไอคอนเพื่อเพิ่มความคิดเห็นของคุณ
นอกจากนี้คุณสามารถปิด / เปิดได้ตลอดเวลาในการตั้งค่า
เข้าใจแล้ว