ดาวน์โหลดแอป
77.29% My Teacher My Husband / Chapter 143: Ch. 143

บท 143: Ch. 143

"Nyam... nyam... nyam..." Xukun ya itu, sekalinya makan haram untuk berhenti. Sejak istirahat tadi siang mulutnya tak berhenti mengunyah. Bersyukur jika pria itu tidak bersama Jesper dan Lucas.

Jika bersama Jesper, makanannya melayang di udara. Bukan di buang, bukan. Pria kelebihan kalsium itu mengambil makanannya dan meletakannya di udara. Tau saja jika tinggi Xukun hanya sebatas bahu Jesper. Di bawah itu sedikit malah. Mana bisa Xukun jangkau, jadi hasilnya Xukun hanya akan mengutuk dan menyumpahi Jesper dengan segal bahasa yang ia punya.

Jika bersama Lucas? Lucas itu bukan hanya tinggi badan saja yang berlebih, tapi ukuran mulut juga. Jika sudah terlalu lelah melihat Xukun hanya makan dan makan, maka Lucas akan dengan senang hati menampung makanan pria kecil itu agar lebih cepat habis. Dan Xukun jugs Hanya bisa mengumpat dalam segala bahasa.

"Apa pekerjaanmu hanya makan anak magang?" Xukun melirik pada pria tua dengan perut gemuk yang duduk bersebrangan dengan mejanya.

"Tidak punya kaca? Kau juga hanya makan pak tua. Tidak sadar diri sekali."

Hap.

"Nyam!" Mendelik kesal, Xukun mengambil lagi kentang gorengnya lalu memasukan dengan brutal kedalam mulutnya. Memang punya pangkat apa sehingga bisa mengatur-ngatur Xukun? Cuih!

"Aku akan melaporkanmu pada atasan."

Xukun yang memang dasarnya kebal mana mau tau, terserah saja mau melaporkannya pada atasan atau apa itu namanya. "Aku juga bisa melaporkanmu. Kau hanya makan, duduk, dan makan lagi. Apa yang kau lakukan? Pantas saja perutmu itu membuncit!"

Mati kutu jika sudah seperti itu. Xukun itu manis-manis gula pedas cabe rawit. Lawan lagi, masukan saja wajah dalam tempat sampah.

"Cih, sok berkuasa kau! Nyam!"

The member of Zoo.

Xukun Beruk : Ikan buntal sialan! Dia juga makan kenapa malah protes padaku yang juga makan?!

Lucas Kingkong pt.1 : Kau itu jika makan suka lupa diri! Sudah berapa bungkus kau makan?!

Xukun Beruk : Baru lima bungkus.

Lucas Kingkong pt.1 : Baru lima?! Dimana kau? Biar aku menggetuk kepala kosongmu itu.

Jesper Kingkong pt.2 : Mati saja kau sana!

Xukun Beruk : Siapa yang kau suruh mati?!

Xukun Beruk : Eeiiii sudah mulai rindu? Jangan itu berat. Cukup badanmu saja.

Jesper Kingkong pt.2 : Kau.

Lucas Kungkong pt.1 : Mati saja kau sana!!

Xukun mendengus kesal, tidak berguna sekali punya teman. Buang saja sana ke Sungai Han. Memberatkan bumi saja.

"Terkutuk kalian dan badan besar kalian! Cuih!"

**

"Hanya akan bermain ponsel? Kau di sini untuk magang bukan?"

Hampir saja Lucas mengumpat karena terkejut. Bersyukur saja jika jantungnya tidak lemah. "Santai. Pekerjaanku sudah selesai."

"Sudah selesai? Biarkan aku melihat pekerjaanmu yang sudah selesai itu."

"Kenapa manusia ini keras kepala sekali? Tidak percaya?!" Mengeraskan rahangnya, Lucas memperlihatkan laptopnya yang memang sudah memperlihatkan hasil kerjanya.

"Masih tidak percaya?" Tanya Lucas.

"Kau bisa membantu yang lain bukan?"

Cari masalah si tua ini. "Aku di sini bukan untuk membantu pekerjaan kalian. Sekian. Terima kasih."

Memutar kursi yang ia duduki, Lucas kembali memainkan ponselnya. Masa? Bodoh!

"Kau sungguh tidak sopan anak muda." Lucas tau itu teguran untuknya, tapi ya sekali lagi. Masa bodoh.

"Aku akan melaporkanmu pada atasan."

"Silahkan saja. Sekarang jika perlu. Apa pekerjaanmu sudah selesai? Jika belum selesaikan saja dulu. Baru melapor." Lucas ya masa bodoh. Dan lagi, nilainya ada di ujung pena Sehun sebagai pemilik perusahaan. Bukan karyawan biasa macam mereka ini. Cih!

"Cari masalah saja."

**

Jesper sudah mati-matian menahan tangannya agar tidak melayang pada salah satu karyawan ayahnya. Tapi sungguh, mereka itu mencari masalah saja dengan Jesper.

Yang ini yang itu. Semuanya di protes, memang mereka bisa? Omong saja yang besar otak kosong.

"Jesper, oh kau salah print. Bukan yang itu, tapi ini." Baru saja Jesper rasa pekerjaannya akan selesai. Wanita ini datang dan mengatakan kata-kata barusan. Apa? Salah cetak? Pria tua brengsek itu pasti sengaja. Bathin Jesper.

"Bukan yang ini? Tapi pria sialan itu memberikan file yang ini." Masih dengan nada datar tapi dengan tangan yang mengepal erat.

"Dia itu bodoh, jangan percaya. Buang saja yang itu, biar aku printkan yang benarnya." Jesper ya hanya mengangguk saja. Sudah di tawarkan bantuan itu, terima saja.

"Kau melakukan ini karena aku anak Oh Sehun?" Tanya Jesper to the point. Dia tidak suka basa-basi ingat?

"Aku tau kau anak Oh Sehun, tapi... yang harus kau tau aku melakukan ini karena memang aku mau. Enyah kau!"

Dahi Jesper mengeryit heran, kenapa tiba-tiba wanita ini malah mengamuk begitu? Aneh saja bukan? Punya dua kepribadian mungkin?

"Ya sudah, terima kasih."

"Hm."

"Waw aku bertemu maung."

**

Chanyeol baru saja menginjakan kakinya di perusahaan Sehun dan apa yang dia lihat? Si sulung Jesper yang tengah membawa beberapa berkas.

"Mereka magang di sini?" Gumam Chanyeol. Jika Jesper iya maka dua bongkah lagi pasti iya juga.

Niat Chanyeol hanya datang untuk membicarakan beberapa hal penting tentang produk baru mereka dan malah mendapat bahan bullyan. Lumayan membully si sulung.

Tok... tok... tok...

"Masuk." Suruh Sehun. Mengalihkan pandangannya dari laporan perusahaan dan mendapati Chanyeol yang sudah berdiri di depannya.

"Waktunya membicarakan hal penting Tuan Sehun." Ujar Chanyeol. Melirik pada sofa di ujung ruangan sana.

"Oke."

Dan seperti yang kalian tau, topik itu benar-benar membosankan. Bahkan waktu tiga jam setengah saja masih kurang.

Chanyeol menghela nafas, kepalanya benar-benar pusing sekarang. Sangat pusing.

"Okeeey mari kita hentikan ini sejenak." Pinta Chanyeol. Menyandarkan tubuhnya pada sofa dan menghela nafas berat. Hidupnya benar-benar terasa berat sekarang.

"Mereka bertiga magang di sini?" Tanya Chanyeol pada akhirnya, hampir saja pria bertelinga peri itu lupa dengan yang satu ini.

"Seperti yang kau lihat." Jawab Sehun. Melonggarkan ikatan dasinya dan menatap langit-langit ruangannya. Lelah juga menghadapi Chanyeol yang dalam mode direktur ini.

"Bukannya kau tidak menerima yang namanya Mahasiswa magang?" Dahi Chanyeol mengeryit heran. Tumben sekali, ada apa dengan si kutub berjalan ini?

"Aku bukannya tidak menerima, hanya saja dari tahun-tahun yang lalu. Mereka yang akan magang cenderung memiliki sifat penurut. Terlalu penurut." Ujar Sehun. Memejamkan matanya karena apa? Dia benar-benar lelah.

"Jadi?"

"Aku tidak suka yang terlalu penurut. Mereka bertiga itu pembangkang dan cocok untuk menaikan si makhluk tak berguna ke permukaan." Jelas Sehun.

Nah jika seperti ini baru Chanyeol paham. Kesimpulan Chanyeol ya itu, jika tidak pembangkang tidak akan masuk dalam perusahaan Sehun. Hanya bibit-bibit unggul saja sepertinya.

"Jika seperti itu Jiyeon dan Baekhyun cocok. Sangat cocok." Gumam Chanyeol entah pada siapa.

"Aku akan dengan senang hati membiarkan mereka bergabung di dalam perusahaanku."

"Tapi ya itu, sayang."

"Iya sayang?"

Chanyeol melongo. Sialan! Sehun kurang belaian sekali sepertinya. Kata-katanya yang mana yang salah tata? "Sehun, kau aman?"

"Aku aman, tapi jika yang seperti Baekhyun aku bisa saja belok haluan."

"MATI KAU BEDEBAAAH!"

TBC.

SEE U NEXT CHAP.

THANK U.

DNDYP.


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C143
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ