ดาวน์โหลดแอป
23.4% PARTNER IN CRIME : FRIENDZONE / Chapter 22: 21. Sikap Manis Cakhra [Modus]

บท 22: 21. Sikap Manis Cakhra [Modus]

Partner in crime, sebuah hubungan yang mereka jalani. Hanya sebatas sahabat tapi terkadang melebihi kekasih. Chakra adalah moodboster Lova, selalu jadi tempat bercerita saat dia senang, sandaran saat dia bersedih. Chakra selalu mengusahakan bahwa apapun keadaannya, dia harus bisa berada di samping Lova saat gadis itu membutuhkannya. Pria itu selalu menyediakan bahu untuk tempat bersandar, jari untuk menghapus airmatanya, dan tangan yang senantiasa menggenggamnya kemanapun mereka pergi.

Bagi Chakra, Lova memiliki tempat tersendiri di hatinya. Bukan sebatas sahabat namun juga bukan sebagai kekasih. Meskipun banyak orang yang bilang hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan itu tidak lepas dari yang namanya love and lust….

***********

Senin pagi, Chakra yang sudah mengenakan baju seragamnya langsung memasuki kamar Lova tanpa mengetuk pintu kamar terlebih dahulu. Setelah mengetahui kabar sakitnya Lova dari Mama Chakra, pria itu langsung meluncur ke sini tanpa peduli waktu yang sudah menunjukan pukul 07.40 wib.

Otomatis hari ini Chakra akan membolos sekolah, menurutnya percuma juga masuk sekolah kalau pikirannya hanya terpatri pada Lova. Sinta hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak sahabatnya itu.

"Bi!" teriak Chakra nyaring. "Bi, kata nyokap gue lo sakit ya? Kok lo nggak bilang ke gue sih!" Pria itu menyerbu Lova yang tengah berbaring di atas ranjang lantaran suhu badannya yang mencapai 38,5 derajat celcius.

"Aduh, Cumi!" Suara Lova terdengar serak tak bertenaga. "Lo gangguin tidur gue aja sih. Kalau lo tau gue sakit, nggak sopan banget lo teriak-teriak di rumah gue. Bukannya sembuh, gue nanti malah tambah sakit karena teriakan super lo," keluh Lova semakin mengeratkan selimut yang menutupinya.

"Ma'af, Bi," oceh Chakra tidak enak. "Lo sakit apaan sih?" tanya Chakra seraya menaruh telapak tangannya di kening maupun leher Lova.

"Lo apaan sih grepeh-grepeh gue? Nyari kesempatan aja! Mau gue lempar ke kutub utara lo!" geram Lova sadis.

"Ya elah, Bi. Lo udah sakit gini masih aja hobby marahin gue. Gue 'kan cuma khawatir sama lo. Gue mau balas budi karena kemarin pas gue sakit, lo 'kan ngurus gue dengan baik," keluh Chakra dengan nada serius.

"Nggak usah sok baik deh. Lo pasti ada niat terselubung. Pasti ada udang dibalik..."

"Bakwan!" seru Chakra memotong ucapan Lova.

Lova hanya mendengkus sementara Chakra cengengesan.

"Sumpah demi apapun, gue nggak ada niat buruk, Bi. Gue cuma khawatir sama Lo," ucap Chakra menatap Lova dengan ekspresi khawatirnya.

Lova menilai sejenak. "Iya, iya... Gue cuma bercanda," ocehnya kemudian.

 Chakra tak mengacuhkan nada ketus Lova. "Panas lo over banget, Bi. Lo udah ke dokter? Udah makan belum? Udah minum obat? Eh, kok lo selimutan sih! Nggak baik kalau orang panas terus selimutan, ntar bisa step. Lo sakit gini karena kemarin malam kehujanan pas pulang dari Mall, 'kan? Lo tuh ceroboh banget sih, lo 'kan tau kalau lo nggak bisa kena hujan. Jadi sakit kayak gini, 'kan? Terus sekarang siapa yang repot? Bikin gue panik sampai sampai harus bolos sekolah kayak gini! Lo…bla…bla…bla…."

Serantetan kalimat omelan keluar dari mulut Chakra tanpa sepatah kata pun yang diterima oleh Lova karena gadis itu mulai mengantuk. Membiarkan pria itu terus mengomel dan melanjutkan tidurnya.

"Dasar cerewet," gumam Lova masih dengan kedua mata yang tertutup rapat. "Lo kalau mau tetap disini, mending lo tutup mulut lo deh. Supaya gue nggak tambah sakit," ucapnya kemudian membuat Chakra seketika berhenti mengomel.

"Iya, gue diem," oceh Chakra. "Lo istirahat gih, gue jagain. Tadi Tante Sinta udah titipin lo ke gue."

"Mama udah berangkat ke Surabaya?" tanya Lova lirih.

"Udah. Tadi ketemu di gerbang depan. Makanya, kalau lo butuh apa-apa, bilang aja ke gue. Pasti gue turutin, Bi, mumpung lo lagi sakit gini," ucap Chakra sembari tiduran di samping Lova dengan kepala bertumpu pada lengan kanannya serta tangan kirinya membelai rambut Lova.

Karena tidak punya banyak tenaga, kali ini Lova membiarkan pria itu tiduran di sampingnya. Bahkan saat tangan Chakra membelai rambutnya, gadis itu hanya diam saja. Kalau saja ia tidak sakit, Chakra sudah ia tendang sejauh-jauhnya.

*****

Sore hari Chakra tengah nonton Tv di ruang tamu saat seseorang membunyikan bel rumah Lova. Pembantu Lova langsung mengecek siapa yang datang bertamu.

"Siapa, Bik?" tanya Chakra setelah Bi Surti kembali dari ruang depan.

"Teman-temannya Mbak Lova, Mas," jawab Bi Surti sebelum melipir ke belakang.

Chakra beranjak ke depan untuk menghampiri teman-teman Lova yang duduk di ruang tamu. Sampai di ruang tamu, ia meliha dua orang teman sekolah Lova duduk manis di sofa. Chakra tersenyum geli saat melihat raut kaget di wajah mereka.

"Mau jenguk Lova?" tanya Cakhra basa-basi.

"I-iya, hari ini dia nggak masuk sekolah," sahut Sana agak terbata.

"Dia lagi di kamarnya. Yuk! Gue antar ke sana," celoteh Chakra berjalan lebih dulu.

Sana dan juga Winta saling berpandangan. Merasa aneh saat Chakra terlalu santai di rumah Lova. Meski begitu mereka tetap mengikuti kemana perginya Chakra. Sampai di depan pintu kayu warna coklat, Chakra berhenti. Ia menegok ke belakang dan mempersilahkan mereka berdua masuk ke dalam.

"Kalian ngobrol aja, gue tinggal ke bawah," pamit Chakra berlalu pergi.

Winta segera membuka pintu dan mereka masuk ke dalam. Ia melihat Lova tiduran di atas kasur, sepertinya gadis itu baru bangun tidur. Mata milik Lova menyipit saat melihat kedatangan dua sahabatnya.

"Kalian kapan datangnya?" tanya Lova bangkit duduk.

"Baru aja," sahut Winta.

"Yak! Chakra seakrab itu sampai main di rumah lo. Kalian udah bener-bener jadi sahabat?" ceriwis Sana duduk di pinggir tempat tidur.

"Yaa, begitulah." Lova mengangkat bahunya tak acuh.

"Kalian nggak friendzone, 'kan?" tanya Sana menyelidik.

"Ya enggaklah!" sahut Lova cepat.

Salah seorang di ruangan itu mendesah lega mendengar ucapan Lova barusan. Ia masih punya peluang untuk mendekati Chakra.

*****

Jangan lupa guys! Komen dan juga kasih review yaa..

Jangan lupa mampir ke cerita saya yang lainnya.

1. Not a CLassic Wedding

2. Jodoh [Aku yang Memilihmu], Partner In Crime [Sequel Jodoh [Aku yang Memilihmu]]

3. Black Tears

4. Selingkuhan

5. Merakit Perasaan

6. Cinderella Scandal's : I'am CEO, Bitch!

Dukung terus anak anak saya yaa....

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semuanya yang sudah mengikuti cerita ini sampai sejauh ini. Nunggu upnya luama banget, jangan lupa tab love terus komen ya guys. Biar anak saya rankingnya semakin naik. Saya jadi tambah semangat buat nulis kalau rangkingnya naik. wkwkwkwk

PYE! PYE!

Note : Saya akan lebih sering up lagi lho, stay tune....


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C22
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ