ดาวน์โหลดแอป
90% Sebuah Perjodohan / Chapter 36: 35. Tatapan Berbeda

บท 36: 35. Tatapan Berbeda

Hari merah memang paling membosankan bagi Velda. Ia masih berada di rumah Nando, selama satu hari penuh di rumahnya tak kunjung juga untuk pulang ke rumah sendiri. Orang tuanya saja nggak menghubungi keadaannya. Memang dari waktu dia untuk keluar dan minta izin tidak untuk pulang sama mamanya (Raiya) Velda tidak terlalu memusingkan situasi hubungan keluarga.

Mamanya (Raiya) juga tidak bisa apa-apa kehendak Velda begitu selalu tidak pernah akur hubungan dengan Ibu dan anak. Beda dengan Papanya (Jonathan) selalu mendukung apa pun yang di inginkan anaknya. Tidak ambil pusing, karena percuma melarang putrinya yang sudah beranjak dewasa itu. Apa yang di inginkan Velda serah apa adanya.

Walau pun mamanya selalu melarang Velda untuk tidak bekerja dengan gaji murah. Selalu melarangnya bekerja yang layak dan benar-benar halal yang nyata. Keinginan Velda tidak bisa dilarang tujuan memang terlalu keras. Seberapa pun mamanya melarang dirinya, ia tetap akan melakukan lebih dari sebelumnya hingga mamanya mengerti tujuannya.

"Melamun apa lo? Nanti kesurupan di siang bolong ini, gua mau cari dukun mana di jam begini?" tegur Nando ikut bergabung duduk di halaman depan rumahnya dan membawa es kelapa muda untuk sahabat cantiknya.

"Enak saja, do'ain nggak benar lo, Thanks," ucap Velda menerima pemberian di tangan Nando.

Velda menyeruput minuman es kelapa muda segar banget apalagi di cuaca yang panas ini. Kalau Nando masih tetap hal kegiatannya stalker media sosial kalau nggak main game. Sementara di dalam rumah, Mama Nando sedang menyiapkan masakan untuk keluarga.

"Bosan banget di hari merah nih," seru Velda menyudahi minuman es kelapa muda.

Nando menghentikan kegiatan gadgetnya, lalu ia melirik sahabat cantik itu anak rambutnya menari-nari ria karena angin ringan. Ia menyingkirkan anak rambut menutupi wajahnya. Dan Velda merasa hal itu biasa saja kebiasaan Nando memang selalu membuat perasaan wanita meronta-ronta.

"Rambut lo ini mengganggu pemandangan gua, tau nggak!" cibir Nando menyelipkan anak rambut ke daun telinga Velda.

"Kok elo jadi salahin anak rambut gua sih! Ke mall yuk! Bosan nih!" cicit Velda bukan marah, malah manja.

Velda memang selalu manja banget sama Nando padahal hubungan pun tidak ada. Velda merasa aneh saja dengan perasaan sendiri kadang kala ia bingung memilih.

"Mall? Ngapain? Ah, bentar kayaknya ada film bagus, gua cek dulu." Nando dengan sigap membuka ponselnya dan mencari cinema 21.

Velda kembali meminum es kelapa mudanya sambil mengorek daging kelapa muda yang segar itu. Tak berapa lama kemudian Nando pun menyodorkan ponsel di depan sahabat cantiknya.

"JUMANJI?" tanya Velda lirik Nando, Nando mengangguk.

"Mau nggak? Elo tenang saja, pakai kartu kredit gua dapat diskon kok, habis nonton kita main Timezone. Mau? Gua yang bayar deh, daripada elo bosan di rumah gua sekalian gua juga mau cuci mata lihat barang bagus. Uda bosan gua lihat muka elo," ejek Nando cengiran, Velda nggak mengekspresikan apa pun walau sahabat playboy cap gayung super sengaja mencibir dirinya.

"Benar ya, awas kalau ingkar janji. Ya sudah langsung saja," ucap Velda bangun dari duduknya dan membawa buah kelapa muda untuk buang ke tempat sampah.

Nando sebaliknya juga menyusul tapi buah kelapa mudanya ia masuk kembali ke dalam rumah dan letakkan ke kulkas nanti malam bisa di minum kembali.

****

Keributan di rumah Kalandra, Arka dengan seru main game PS di layar televisi. Sementara orang tua Arka sedang keluar kota. Menghadirkan acara pernikahan dari saudara jauh. Arka tidak menyukai acara pernikahan seperti itu karena ia bosan setiap menghadirkan acara dengan kedua orang tuanya. Selalu di pertanyaan "BAGAIMANA SUDAH MENIKAH?" Itu mulu di pertanyakan.

Ia memilih untuk dirumah alias jaga rumah dan bersantai-santai. Bukan bersantai malahan ia di ganggu oleh sahabat menyebalkan tiba-tiba datang tak diundang ini. Dava dengan seenak jidat mengobrak-abrik rumah Kalandra.

Dava lagi sibuk membongkar mainan milik Arka yang sudah lama tidak ia sentuh. Kadang Arka paling sebal, setelah di bongkar Dava tidak pernah menyusun kembali. Itu buat Arka kesal dengannya.

"Wah ... Sudah siang, nih. Elo kagak ada makanan atau cemilan yang bisa di isi perut? Gua lapar nih, elo kagak kasihan sama sahabat lo kelaparan?" sewot Dava merengek di manjain.

"Kalau elo lapar, pesan saja gojek food atau gofood, nggak usah sok manja sama gua! Gua itu bukan mamamu!" ketus Arka masih sibuk dengan permainan game.

Dava bukan tersinggung ia malah mengambil ponsel milik Arka dan mengobrak-abrik privasinya. Kemudian iklan muncul di media sosialnya.

"Bro, bro, nonton saja yuk!" Di tepuk-tepuk pundak Arka yang seru-serunya dengan game berantem itu.

"Apaan sih! Nonton sendiri saja sana, kalau nggak bawa pacar lo nonton jangan bawa gua. Gua nggak mau di bilang homo," ucap Arka datar kedua tangannya pun masih sibuk dengan tombol stick game.

Dava bukannya menyinggung ia malah asyik meng-stalker privasi ponsel Arka dan entah ide darimana datang buat Arka geram dengan tingkah sahabat kekanak-kanakan ini.

"Homo atau bukan, elo pikir nonton bioskop itu harus mesti sama pacar? Gua mau sama elo, sekalian buang penat. Elo juga pasti penat mikirin masalah calon jodoh lo," cicit Dava mematikan permainan game Arka.

Arka menatap tajam ingin banget membunuh sahabat nya itu. Tapi bagi Dava ia tidak pernah takut dengan tatapan Arka. Ia tetap akan menarik Arka untuk keluar dengannya.

Beberapa menit kemudian akhirnya Dava dan Arka sampai di mall. Ramai pastinya kalau nggak ramai, kuburan namanya. Saat masuk ke mall lirikan dua pasang mata memperhatikan dua lelaki yang cakep itu.

Dava malah tebar senyuman ke arah seluruh mall. Dava sudah hal biasa selalu cari perhatian kalau sudah di mall. Kalau Arka muka dingin melangkah mencari tempat bersantai.

Sisi lain, Velda dan Nando juga sampai di mall tersebut, dan Nando sudah memesan tiket untuk nonton. Sekarang mereka sedang mencari tempat untuk bersantai dulu sebelum filmnya di mulai.

"Kita ke gramedia dulu yuk!" ajak Velda mengusulkan.

"Ngapain? Memang elo suka baca novel?" Nando bertanya soalnya yang ia tau Velda itu bukan tipe suka baca begituan.

"Baca-baca doang, bukannya tadi sebelum kesini sudah makan? Jangan bilang elo lapar lagi. Perut gua sama perut elo itu tidak sebanding," jawab Velda protes dan mulai menggomel.

Nando mengangguk dan tidak mungkin membantah permintaan sahabat baiknya. Ia sih ikut saja. "Nggak kok, ya sudah, let's go!" seru Nando.

Dua pria yang melangkah kaki tak tau arah akhirnya mereka tiba di salah tempat bikin Arka kesal. Ia sudah tau isi otak sahabatnya. Katanya bilang mau nonton ternyata ke mall hanya mampir di toko buku.

"Ada sesuatu yang mau gua beli," ucap Dava beranjak meninggalkan Arka seorang diri di luar.

"Bisa nggak sih elo kalau mau ke mana-mana, nggak harus ke sini juga ..." protes Arka saat melangkah untuk menyusul Dava.

Arka tidak sengaja berpapasan dengan seseorang yang ikut masuk ke toko buku itu. Sebaliknya dua pasang mata itu turut menatap sosok yang sama.

****


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C36
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ