Selama dalam perjalanan pulang, tak ada sepatah kata terucap dari semua yang ada di dalam mobil tersebut, hanya bunyi mesin mobil yang terdengar, sementara Kiara pun tak berani bersuara takut membangunkan orang yang duduk disampingnya, walaupun sebenarnya orang tersebut tidak tidur
setelah lama terasa hening, akhirnya lelaki yang sedang menyetir pun mulai bertanya alamat rumah pada Kiara "mbak alamat rumahnya dimana ya?", dan Kiara pun memberikan alamat rumahnya pada sopir tersebut
dalam hati Kiara sempat bingung dan cemas karna sedari tadi ia tak melihat tanda tanda Dinda yang berjanji akan mengikutinya dari belakang
setelah beberapa menit kemudian, sampailah mereka didepan rumah Kiara yang memang tidak terlalu jauh
"apa benar disini rumah mbak ya ?" tanya sopir tersebut saat tiba di depan rumah Kiara
"iya benar pak" jawab Kiara
"kalo begitu biar saya bantu masuk ke dalam ya?" tanya sopir itu
"gak usah pak, terima kasih saya bisa sendiri....bapak sudah bersedia mengantar saya pulang aja saya sangat bersyukur sekali" jawab Kiara dengan sopan takut melukai perasaan orang lain
sementara lelaki yang duduk disebelah Kiara hanya diam saja tak berkomentar apapun dan sepertinya ia tak mau ikut campur masalah Kiara, lalu Kiara pun membuka pintu mobil dan berusaha melangkah keluar dari mobil, tapi baru juga ia akan melangkah tiba tiba "aaawwww, sakit sekali !! rintih Kiara saat berusaha mencoba melangkahkan kakinya
lelaki yang ada disebelahnya pun mengangkat kepalanya dan menoleh kesampingnya
"biar saya bantu ya mbak ?" ucap sopir tersebut mendengar rintihan Kiara
"gak usah pak !!, saya bisa sendiri" jawab Kiara sambil menahan rasa sakit dikakinya, "mana sih Dinda, katanya mau ngikutin aku dari belakang" gumam Kiara dalam hatinya
sedangkan lelaki yang ada disampingnya langsung turun dari mobil mendahului sopirnya, dan langsung menggendong Kiara tanpa menunggu persetujuan dirinya dan sempat membuat sopir tersebut heran melihat bosnya melakukan hal diluar dugaan, begitu pun dengan Kiara yang tak bisa menolaknya seperti pada waktu si sopir menggendongnya ke mobil
"cepat buka pintunya !!!" perintah lelaki itu dengan kasarnya, saat sampai didepan pintu rumah Kiara
"eh...itu...anu...pak...!!", jawab Kiara dengan nada gugup karena ia baru tersadar apa yang sudah dilakukan lelaki itu, dan ia sekarang sudah ada digendongan lelaki itu
sementara lelaki yang menggendong Kiara tak kalah terkejutnya melihat tatapan mata Kiara, ia baru menyadari ternyata gadis yang ada digendongannya adalah gadis yang telah ditabraknya di cafe beberapa hari yang lalu dan buru buru lelaki tersebut menyembunyikan keterkejutannya
"emangnya gak ada orang apa dirumah kamu ?" tanya lelaki itu dengan nada yang sedikit melembut
"anu....itu....saya hanya tinggal sendiri di rumah ini" jawab Kiara yang masih dengan rasa gugupnya
"ya...udah, cepetan buka pintunya !!, emangnya gak capek apa, aku gendong kamu seperti ini" gertak lelaki itu
"itu...kunci rumah saya ada didalam tas yang dibawa teman saya, lebih baik bapak turunkan saya saja, dan bapak bisa pulang sekarang biar saya sendiri menunggu teman saya" jawab Kiara dengan nada sedikit gemetar
belum sampai lelaki itu menurunkan gendongan Kiara, tiba tiba muncul Dinda di dari depan pintu gerbang rumah Kiara
"maafkan aku ya Ki...!!, aku agak lamaan soalnya aku tadi habis isi bensin dulu" ucap Dinda tanpa memperhatikan lelaki yang sedang menggendong Kiara
"iya udah....buruan buka pintunya, kuncinya ads didalam tas aku yang kamu bawa itu" jawab Kiara yang makin merasa gak enak karna dirinya masih dalam gendongan lelaki itu dan membuat perasaannya semakin gak karuan
tiba tiba Dinda menghentikan niatnya untuk membukakan pintu rumah Kiara karna ia menyadari siapa sosok lelaki yang ada didepannya dan sekarang sedang berdiri menggendong sahabatnya, ia pun tak bisa berkata apa apa, ternyata ia sedang berhadapan langsung dengan pengusaha muda Revan Adijaya
"ayo cepat buka pintunya, sebelum sahabatmu ini aku jatuhkan kebawah" ucap Revan yang tiba tiba mengagetkan Dinda, begitu juga dengan Kiara ia merasa makin cemas karna lelaki itu mau menjatuhkan dirinya ke lantai
"i...iya..pa...pak !!" jawab Dinda dengan gugup dan langsung membukakan pintunya
maka Revan pun segera membawa Kiara masuk dan mendudukkannya diatas kursi ruang tamu rumah Kiara yang menurutnya sangatlah sederhama
"terima kasih pak !" ucap Kiara dengan polosnya, meskipun tanpa ada jawaban apapun dari Revan
"kamu tinggal sendiri disini ?" tanya Revan dengan nada datarnya
"iya pak....orang tua saya sudah lama meninggal, hanya Dinda dan keluarganya yang saya punya dan sudah saya anggap seperti keluarga saya sendiri" jawab Kiara dengan sedikit menyembunyikan rasa bersedihnya, yang membuat Revan tak enak hati melihat gadis di depannya bersedih
"sini biar aku obati kaki kamu" ucap Dinda yang tiba tiba muncul dengan membawa kotak obat
"iya....makasih Din" jawab Kiara
"oh ya Ki....kenapa tamunya gak disuruh duduk"
"eh...iya aku lupa....." jawab Kiara sambil tersenyum malu
"iya, gak apa apa" ucap Revan singkat
"silahkan duduk pak Revan, maaf saya tinggal kebelakang sebentar, buat minuman" Dinda pun segera melangkah masuk ke dapur sambil membawa kotak obat yang ada ditangannya, sedangkan Kiara hanya memandangi sahabatnya dan ia heran dari mana Dinda tau nama lelaki tersebut
"aawww...!!!" tiba tiba rintih Kiara yang sempat membuat lelaki yang duduk didepannya menatap ke arah mukanya
"sini biar aku obatin kakinya" ucap Revan yang sudah mensejajarkan duduknya, sambil mengambil salep yang ada ditangan Kiara
Kiara terkejut dengan perlakuan Revan yang secara tiba tiba, ia berfikir tadi tiba tiba lelaki itu menggendongnya dan sekarang tiba ingin mengobati kakinya, apa memag hidup.laki laki ini semuanya penuh dengan tiba tiba gumam Kiara dalam hati
"gak usah pak !, biar say sendiri saja" jawab Kiara dan berusaha mengambil kembali salep yang ada di tangan Revan, tapi usahanya sia sia, karna Revan dengan segera mengangkat kaki Kiara dan meletakkannya diatas pangkuan kaki Revan, sedangkan Frans sopir Revan hanya bisa heran melihat kelakuan tuan mudanya yang tidak seperti biasanya
"aaawww....aduh sakit !!, pelan pelan sedikit !" rintih Kiara saat Revan memegang kakinya dan berusaha mengobatinya
"maaf !!" jawab Revan singkat
"eeheeemmm.....silahkan diminum tehnya pak Revan" ucap Dinda yang tiba tiba nongol tanpa disadari oleh Kiara dan Revan, yang sempat membuat wajah Kiara memerah karna malu, dan Dinda pun segera meletakkan minumannya diatas meja dan mempersilahkan Revan dan juga Frans untuk meminumnya
"sini pak, biar kaki sahabat saya, saya obatin sendiri, karna ia gak biasa dekat dekat dan disentuh oleh lelaki" ucap Dinda dan sempat mendapat pelototan mata dari Kiara karna Dinda terlalu berkata jujur pada lelaki itu
"Ki....entar biar aku temani kamu tidur ya ?, aku gak tega membiarkan kamu tidur sendiri dengan keadaan kamu seperti ini" ucap Dinda
"iya makasih ya Din" jawab Kiara
"maaf !!, sudah membuat kaki kamu cidera" ucap Revan dengan nada datarnya, yang sempat membuat kedua gadis tersebut menoleh ke arah lelaki itu, terutama Dinda yang sempat heran, seorang Revan Adijaya yang terkenal sombing dan dingin sekarang mengucapkan kata maaf didepan dirinya dan sahabatnya
"iya gak apa apa pak !, nntar juga sembuh sendiri kalo diobati" ucap Kiara yang hanya mendapat tatapan dari Revan yang sempat membuat Kiara semakin gugup, sementara Dinda hanya tersenyum memandang ke arah sahabatnya yang semakin salah tingkah
didalam hati kiara bergumam, kenapa dengan dadaku seperti ada getaran aneh saat mendapat tatapan dari seorang Revan Adijaya, sementara Kiara sendiri tak menyadari kalo ternyata lelaki itu adalah lelaki yang telah ditabraknya di kafe beberapa hari yang lalu, karna memang ia hanya sekilas melihat lelaki itu saat kejadian di kafe
"baiklah, kalo begitu saya permisi pulang dulu, nanti kalo ada apa apa bisa hubungi saya" ucap Revan sambil menyodorkan kartu namanya ke pada Dinda
"terima kasih pak !!, sudah repot repot mengantarkan saya pulang" ucap Kiara yang hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Revan