Part belum di revisi.
Typo bertebaran.
Happy reading.
***
Ruangan putih itu terlihat pengap dengan bau obat yang kuat. Setelah satu hari lamanya, Ellina akhirnya membuka matanya. Sudut ruangan yang asing membuat matanya menyipit. Ia melihat selang infus yang menggantung dan terhubung dengan nadinya. Tak jauh dari tangannya, seorang pria tertidur dengan sangat pulas. Bahkan ia bisa melihat, bulu mata lentik yang menyatu terlihat tebal dan menawan.
Saat pintu ruangan terbuka, Ellina menoleh pelan. Itu Zacheo, terlihat sedikit kaget dari ekspresi wajahnya. Langkahnya mundur dengan menutup pintu ruangan. Membuat Ellina mengernyitkan keningnya. Tak lama pintu terbuka lagi, di belakang Zacheo seorang dokter masuk. Mulai memeriksanya hingga membuat pria yang tidur itu terbangun.
"Permataku," ucapnya kaget dan berdiri. Membuat Ellina tak mengerti. "Oh, bagaimana keadaannya?" tanyanya pada dokter yang memeriksa Ellina.
"Nona telah pulih. Tak ada kendala lain. Dia bisa pulang dua hari kedepan." terang Dokter dengan tersenyum.
Zacheo yang mendengar itu menbalikkan badannya. Mengelus dadanya pelan dengan penuh rasa syukur. Ya Tuhan, hampir saja. Jika keadaan Nona buruk, maka rumah sakit ini akan benar-benar rata.
Sudut bibir Ernest tertarik pelan. Pandangannya jatuh pada wajah Ellina yang pucat. Saat pintu ruangan tertutup dengan dokter yang telah undur diri, satu tangan Ernest melambai. Zacheo yang melihat itu langsung menyerahkan sebuah dokumen di tangannya.
"Baca, dan tanda tangani," perintah Ernest tanpa membiarkan Ellina duduk.
Ellina terlihat tak begitu tertarik. Namun dj bawah pandangan Ernest dan Zacheo ia membuka dokumen itu. Matanya menyipit melihat begitu banyak kata. Ia menaruh dokumen itu di atas perutnya. "Aku tak akan," katanya jelas. "Bukankah ini kau membuatku menjadi seperti boneka?"
Ernest duduk dan mengangkat tangannya ke dagu. Lalu ia mendekatkan wajahnya pada wajah Ellina. "Aku akan membiarkanmu berada di sekitarku. Dengan semua kemewahan yang menjanjikan. Bukankah itu hadiah yang besar?"
Ellina tertawa. "Aku tak tertarik pada dirimu ataupun kemewahan. Aku ingin hidup dengan caraku."
Zacheo yang mendengar itu bertepuk tangan ringan. Wah, benar-benar hebat. Menolak Tuan Muda dengan tegas.
Pandangan Ernerst beralih pada Zacheo. Zacheo yang melihat itu menghentikan tangannya. "Ada nyamuk, Tuan." kilahnya lalu terdiam.
Ernest kembali menatap Ellina dan menjauh. Duduk dengan nyaman namun matanya masih menatap Ellina. "Kau tak inginkan itu? Kau benar-benar tak ingin berada di sekitarku? Aku Ernest E.V. Putra Muda dari keluarga E. V. "
Saat Ellina mendengar itu matanya berkedip. E. V? Kenapa aku bisa berurusan dengannya? Tapi, bukankah dia orang yang kuat? Tidak, keluarga mereka bahkan juga sangat berpengaruh di kota ini. Dan dia menawarkan ini semua padaku? Bukan suatu hal yang buruk,
"Aku bukan barang! Aku bukan tawanan!"
Ernest terkesiap. Senyumnya terukir pelan. "Kau satu-satunya wanita yang berani menolakku. Kau benar-benar seperti harapanku. Baiklah, atur semua seperti yang kau mau. Kau bebas, tapi aku hanya ingin kau menjadi salah satu orangku."
Mendengar itu sudut bibir Ellina terangkat. Senyumnya terukir tipis. "Aku akan selalu pulang, bukankah kau mengatakan ingin menjadikanku burung?"
Ernest mengangguk. "Tak buruk. Aku akan mengingatnya. Jika kau menghianati perjanjian ini, maka kematianmu akan jauh lebih tragis. Kau tahu bukan? Tak ada yang kutakuti di negara ini,"
Ellina berpikir sesaat. Pria di hadapannya juga sangat berbahaya. Tapi dia telah memilih. "Tentu," jawabnya dengan tersenyum. "Aku akan menjadi burung yang baik,
Tersenyum puas, Ernest melambaikan tangannya pada Zacheo. Zacheo yang tahu lalu menyerahkan sebuah laptop pada Ernest.
"Karena kau setuju, sekarang tunjukkan padaku. Aku tak ingin merekrut barang cacat."
Ellina menatap tangannya yang telah refleks menerima laptop dari Ernest. Ekspresinya datar. Ini sudah sangat lama rasanya. Ia tak pernah bersentuhan dengan laptop. Tidak, awalnya ia tak mengerti kenapa Tuan Muda dari keluarga E. V. ingin dirinya di bawah kendalinya. Tapi ia tak juga pernah ingin tahu alasannya.
Senyum Ellina terkembang. Saat tahu bahwa hal yang diinginkan Tuan Muda keluarga E. V. sangatlah sederhana. Tangannya membuka laptop itu lalu mulai bermain di atas keyboard.
"Kau benar-benar white fox?" tanya Ernest mendekat ingin tahu. Nadanya melembut, seperti mereka telah bersama sejak lama.
Ellina mengangguk. "Aku sudah sangat lama tak menggerakkan tanganku. Kupikir akan sedikit melambat. Kau ingin aku melakukan apa?"
Mata Ernest berbinar. "Tunjukkan kemampuan meretasmu. Aku sangat penasaran,"
Jari-jari tangan Ellina terhenti. Ia menatap Ernest sesaat. "Kau membeliku untuk ini?"
Ernest mengangguk. "Dalam tiga bulan kedepan, E. V. Company akan meluaskan sayap dengan perangkat lunak mobile. Lalu dua bulan mendatang, perusahaan L. V. Technology akan datang ke Kota Z untuk mencari mitra kerjasama. Aku inginkan kerja sama itu. Dan kau harus mendapatkannya untukku."
Ellina tertegun. Ia tak menyangka, akan bekerja dengan kemampuan yang tak pernah ia gunakan dalam kehidupan lalu. Termenung, ia menatap Ernest dan berkata. "Berikan aku buku programer tingkat tinggi. Kau tahu, aku lama tak mengikuti teknologi. Jadi kurasa aku harus mengejar ketertinggalanku."
"Zacheo," seru Ernest sebagai jawaban. Zacheo mengangguk dan undur diri. "Kau akan mendapatkannya."
"Lalu," ucap Ellina menggantung. "Karena aku bekerja di bawahmu, aku ingin villa yang biasa kutempati atas namaku." lanjut Ellina ragu. Ia tahu permintaannya sangat besar.
Mata Ernest menyipit. Tertawa kecil dan menatap Ellina tajam. "Kau, apa yang kau minta?"
Ellina tak berkutik. Alih-alih menjawab ia lebih suka mengalihkan pembicaraan. "Kau tahu, aku dapat bekerja sesuka hatiku. Meretas dan uang. Itu sangat mudah untukku. Lupakan semua ini. Kau hanya perlu menulis hutangku karena telah merawatku selama ini."
Mendengar ini, wajah Ernest berubah. Gadis di depannya tengah mengancamnya. Tak hanya memiliki permintaan yang tak masuk akal, gadis di depannya juga tak patuh aturan. Dia menepukkan tangannya, lalu berkata, "Kau akan dapatkan."
Satu alis Ellina naik dengan senyum tipis. "Aku akan membayarnya dengan sangat cepat. Kau tak perlu khawatir."
Ernest terdiam. Ia tahu bahwa saat ini ia hanya mengertak. Tapi siapa yang menyangka, gadis di depannya begitu memahami kata-katanya. Namun permintaan villa itu, itu sangat sulit untuknya. Villa itu ia bangun dengan kerja kerasnya untuk menguasai seluruh perusahaan E. V. Tapi saat ini, gadis itu memintanya dengan sangat mudah. Seakan ia dapat membalikkan dunia dan mengenggamnya. Keinginan yang seperti itu, itu sangat akrab untuknya.
Ellina tak menunggu, permintaannya taj di setujui. Karena pria di depannya memperlakukannya dengan sangat baik, ia tahu nilai dirinya. Jika tidak ia tak akan mungkin menyelamatkan dan memberikan hal yang terbaik. Mengenai itu, ia sama sekali tak ingin berhutang pada siapapun. Ia akan membayarnya. Hidupnya, tak boleh bergantung pada siapapun. Tapi ia bertekat untuk membangun dunianya. Memiliki semua hal yang orang inginkan. Dan membuat semua orang yang membuatnya menderita bertekuk lutut di bawah kakinya.
Jari-jari tangannya bermain dengan sangat cepat. Matanya fokus pada hal yang ia lihat. Pikirannya mulai menyatu, dengan satu tujuan. Seakan dunia yang ia bangun hanya ada dirinya dan pertarungan. Hal yang ia harus tahu adalah kemenangan. Ia butuh uang saat ini. Setidaknya untuk menjauh dari pria di hadapannya dan membayar semua hutangnya.
Ernest melirik itu semua. Kecepatan tangan Ellina yang sangat lihai begitu mempesona. Pandangannya mengunci layar, menyaksikan angka-angka yang berganti dengan sangat cepat. Lalu saat satu jari Ellina menekan enter, semua telah selesai. Di iringi bunyi 'ding' sebuah pemberitahuan tentang hadiah telah masuk ke akunnya. Itu cukup besar. Dan Ernest menoleh menatap Ellina.
Bagaimana bisa? Ia melakukan itu dengan sangat cepat dan hanya dalam hitungan menit semua telah usai.
"Jadi Tuan muda E. V. bisa kau berikan total hutangku selama ini? Aku bisa pergi hari ini, dan kau tak perlu khawatir lagi padaku. Aku akan membayarnya setiap bulan lengkap dengan bunganya."
Suara lembut itu menyapa. Ernest tersadar dan menoleh. Tidak. Aku tak bisa kehilangannya. Jika dia bekerja pada orang lain, maka semua usai. Aku telah bersusah payah setahun ini. Dan saat ini, aku tak bisa membiarkannya pergi.
"Akan kuberikan, permintaanmu."
Wajah Ellina terangkat. Senyumnya melebar. Menatap pria di hadapannya.
"Setelah kau berhasil membuat kerja sama dengan L. V. Technology."
Ellina mengulurkan tangannya. Dan saat Ernest menjabatnya, ia bersuka cita. "Senang bekerja sama denganmu, Tuan Muda E. V."
Lebih dari pada itu, wajah Ernest terlihat tak senang. Namun ia meremas tangan yang bersalaman dengannya. "Jika kau tak mendapatkannya untukku, maka kau akan bekerja selama tiga tahun gratis tanpa biaya apapun."
Ellina mengangguk. "Tak masalah,"
Ellina tersenyum puas. Langkah pertama usai. Memiliki tempat tinggal dan sebuah dukungan. Ia sangat tahu, jika berniat melawan Lexsi, maka ia juga harus melawan keluarga Reegan. Dan ia butuh orang yang sama kejam dan terpandang. Tapi saat ini, ia mendapatkannya dengan mudah.
***