บท 98: Sembilan Puluh Delapan

"Lalu apa?" Anala menatap Jaeta tajam mengharapkan suatu jawaban yang bisa membuatnya merasa lebih baik. 

Tatapan mata Anala malah membuat keberanian Jaeta entah lari kemana, ia memilih memalingkan wajahnya. 

"Tinggalkan aku sendiri." Anala memecahkan keheningan dan berbalik tidak ingin melihat Jaeta. 

"Anala..."

"Aku mohon."

"Setidaknya aku antar kamu pulang."

"Aku bisa sendiri, aku bisa lakukan semuanya sendiri."

Diam-diam Jaeta menggepalkan tangannya menahan kekesalan sekaligus kebingungannya. 

Anala terkejut karena mendadak ia merasakan Jaeta memeluknya dari belakang dengan sangat erat, dan kini ia bisa mendengarkan bisikan Jaeta tepat di telinganya, "kenapa selalu saja ada masalah didalam hubungan kita? Padahal kita saling menyayangi bukan? Atau hanya aku yang merasakannya?"