Ayu.
"Ayu ... buruan ini udah jam berapa?" Ibuku yang bernama Diyah memanggil dari lantai bawah.
"Iya Ibu ... Ayu udah siap kok," kataku sambil berlari menuruni anak tangga.
"Astaghfirullah, Nak. Kamu pakai baju macam apa itu? Kenapa cuma separuh? Ini juga pahanya! Ya Allah Gusti! Kenapa roknya cuma sampai bawah pantat?! Kalau duduk bisa kelihatan Nak dalemanmu."
"Yaelah, Ibu. Ini namanya fashion. Masa nggak tau sih? Lagian Ibu tenang aja, masih aku tutupi dengan syal kok."
"Fashion sih fashion, tapi nggak gini juga Ayu! Kalau Ayahmu tahu gimana? Apalagi kalau sampai orang tua Andrew lihat kamu? Bisa malu kita. Lagian ini syal cuma nutup leher nggak nutup punggung kamu yang kebuka. Ganti aja ya, Sayang," bujuk Ibuku.
"Sudah, Ibu tenang aja. Andrew ama keluarganya nggak bisa dateng, Bu. Mereka 'kan lagi di Bangkok. Sudah yuk, berangkat. Entar besan keburu nungguin," ujarku mengajak Ibu.
Lagi pula, aku 'kan sudah janjian dengan Mbak Bella, Bosku. Mau diajak main ke Club. Bosku itu desainer terkenal yang sedang naik daun lho ...! Dan entah memang kebetulan atau apa, tapi ternyata Hotel tempat resepsi pernikahan adikku, Sandra, berada satu lokasi dengan Club favorite Mbak Bella.
Aku ini anak rumahan jadi mana pernah tahu yang namanya Club. Bisa digoreng kalau sampai orang tuaku tahu aku masuk Club. Makanya, ini kesempatan emas buatku. Mumpung tunangan-ku sedang tidak ada, plus Mbak Bella yang sudah pengalaman, mengajak-ku ke sana. Akhirnya aku akan memasuki yang namanya Club malam. Yang terpenting adalah orang tuaku tidak bakal tau aku menghilang dan pergi ke Club. Karena sekarang acara resepsi pernikahan adikku. Sehingga aku yakin mereka pasti sibuk ngobrol dengan rekan-rekan bisnis mereka.
Sebenarnya aku punya seorang Kakak, yang diusir Ayah gara-gara menolak perjodohan dengan anak rekan bisnisnya. Nama Kakakku Calvin Ramadhan Brawijaya. Tapi karena Ibu selalu memanggilnya David, akhirnya kami semua memanggilnya David juga. Enggak nyambung ya?
Aku dan Andrew, tunanganku, juga dijodohkan. Bedanya, aku dan Andrew tidak terburu-buru untuk menikah. Karena kebetulan Andrew memiliki ambisi menjadi CEO di perusahaan Ayahnya sebelum menikah dan dia mengizinkanku merasakan dulu bangku kuliah sekaligus dunia kerja, sebelum menjadi Ibu rumah tangga nanti. Duh, Pengertian sekali kekasihku itu.
Sekarang, di sinilah aku. Menghadiri resepsi adikku yang terkesan dadakan. Kelihatannya calon suami adikku itu sudah tidak tahan, hingga setelah pertemuan pertama dalam satu bulan ini, adikku itu langsung dinikahi. Kebelet banget kesannya. Tapi aku sungguh tak menyangka, kalau ternyata dari kami bertiga, justru adikku yang menikah lebih dulu. Dan pernikahan Sandra juga terkesan singkat karena biasanya akad nikah dilakukan pagi dan resepsi di malam hari. Justru, di pernikahan adikku itu, akad nikah dan resepsi dilakukan dalam satu waktu. Yaitu malam ini! Kelihatan banget ya, kalau Suami adikku itu benar-benar tidak mau ribet. Padahal dia seorang pengusaha sukses. Adik dan Ibunya, adalah model terkenal. Tapi resepsi pernikahan ini terkesan adem ayem. Alias tidak mewah layaknya selebriti pada umumnya, yang suka pamer berapa M, untuk menghabiskan gelaran sebuah pesta. Dan hebatnya lagi, tak terlihat satupun wartawan yang berhasil masuk, untuk sekedar mendapat foto atau pun meliput berita pernikahan CEO DRACO GRUP.
Begitu tiba di Hotel tempat resepsi berlangsung, aku menghampiri Sandra, dan mengucapkan selamat serta beberapa kata untuk menggodanya. Tapi aku tak mau berlama-lama, karena antrian tamu yang sudah mengular di belakangku. Aku bisa menggodanya lebih banyak besok saja. Kalau segelnya sudah di tembus suaminya itu.
Setelah berbasa basi sebentar dengan sanak saudara, aku langsung bergabung dengan temanku yang lain. Saat sedang asik berbincang-bincang, sudut mataku seperti melihat orang yang sangat kukenal. Apa aku tak salah lihat?, pikirku. Tapi, karena penasaran, akhirnya aku berusaha mengikuti orang itu hingga sampailah dia di bangku ujung terjauh dari para undangan. Seolah-olah dia sengaja menyendiri.
Aku berjalan menghampirinya, lalu kutepuk pundaknya dari belakang.
"Mas David?" panggil-ku memastikan.
Laki-laki itu berbalik dan seketika rahangku seperti jatuh ke bawah saking kagetnya. Kakakku yang menghilang selama tujuh tahun, sekarang ada di hadapanku.
"Ayu? Apa kabar?" tanya Mas David. Ia langsung memelukku erat.
"Mas David ke mana aja? Ayu kangen." ucapku manja. Tak terasa, air mata haru pun menetes.
"Hey! Sejak kapan kamu jadi cengeng? Cup cup ... Mas David baik-baik aja, kok. Udah, jangan nagis lagi," hibur Mas David sambil mengelus punggungku.
"Astaga!!! Kamu pake baju apaan, Dek?" protes Mas David begitu melihat pakaianku yang lumayan terbuka.
"Kamu mau menghadiri acara resepsi pernikahan, atau mangkal, hah?" lanjut Mas David menyindirku.
Aku mengerucutkan bibirku kesal. Lalu kucubit perutnya yang ternyata keras itu. "Wadaw!! Apaan sih, Dek?!"
"Habisnya Mas jahat. Nyindir gak kira-kira. Trus gak usah ngelak, selama ini Mas di mana? Lama banget gak pernah kasih kabar!!" protesku dengan tangis menjadi-jadi. Karena aku benar-benar merindukannya. Mas David langsung memelukku lagi saat tau tangisku belum berhenti.
"Maafin, Mas, ya! Bukan Mas gak mau kasih kabar. Hanya saja Mas belum siap kalau nanti ketemu sama tua bangka itu."
Kupukul lengan Mas David keras, karena menyebut Tua Bangka pada Ayahnya sendiri. "Tua bangka itu Ayahmu sendiri, bego!" Protesku.
"Ck ... ck ... nggak usah diingetin. Bikin gak mood aja." Mas David berujar. Seolah membahas Ayah sama seperti membahas najis mugholadhoh.
Drttttttttt... Drtttttt… Baru aku ingin memukulnya lagi, tetapi getaran ponsel membuyarkan percakapan kami. Nama Mbak Bella muncul di layar.
" Iya Mbak?"
" ... "
"Oh … ok. Aku segera ke sana," kataku dan langsung mematikan ponsel.
Kupandang Mas David sayang, takut dia akan pergi jika aku meninggalkannya di sini. Tapi rasa penasaranku pada Club malam lebih mendominasi. Maka dengan berat hati, aku berpamitan pada Kakakku. "Mas, Ayu pergi dulu. Sudah ditunggu temen."
"Cowok apa cewek?" Ia bertanya dengan keposesifan seorang Kakak yang tidak berubah.
"Sama cewek kok, Mas."
"Oh … ya sudah kalau begitu. Ini kartu namaku. Kapan-kapan ketemuan lagi. Oke?"
"Oke, Boss!" Jawabku sambil memberikan hormat.
"Tapi jangan bilang siapa-siapa kalau kita udah pernah ketemu. Terutama Sandra. Karena rencananya, aku bakal buat kejutan buat dia."
"Sip!!" Aku menyahut, diakhiri dengan mengecup kedua pipinya sebelum melenggang pergi.
TBC
Awal pertemuan tidak harus manis. Tapi, harus berkesan agar tidak dilupakan.
Cleo Petra