Reina baru saja memberi salam setelah sholat Isya, saat ia mendengar suara mobil Nathan suaminya memasuki garasi.
"Nathan baru pulang rupanya", bisik Reina pada dirinya sendiri.
Reina lalu membereskan mukena dan perlengkapan sholat nya, dia melihat ke bawah dari jendela kamarnya dan Reina melihat Nathan keluar dari mobilnya.
Reina keluar kamarnya dan berjalan turun ke bawah. Dia lalu membuka kunci pintu rumah dan menunggu Nathan melepaskan sepatunya di depan pintu dan menaruhnya di rak sepatu. Nathan sangat apik dalam menjaga semua barangnya.
Reina lalu mencium punggung tangan suaminya dan mengikuti suaminya masuk ke rumah. Nathan berjalan ke ruang tengah dan duduk di sofa sambil menyetel TV.
"Kok baru pulang si? Emang kamu ada kuliah sore ya?", ujar Reina sambil membuatkan teh hangat untuk Nathan.
"Itu tadi aku ketemu sama Pras engga sengaja jadinya malah ngobrol dulu", ujar Nathan datar.
Saat nama Pras di sebut, darah Reina seakan berhenti beredar, tapi kemudian dia berusaha menutupi rasa kagetnya.
"Kamu Uda sholat? Mau sholat dimana biar aku gelar sajadahnya", ujar Reina.
"Aku sholat di kamar aja sekalian mau ganti baju, mau mandi sekalian", jawab Nathan sambil berjalan menuju ke kamarnya di lantai atas.
"Kamu Uda makan belum? Kalau belum aku siapkan", teriak Reina melihat Nathan sudah melangkah sampai ke pertengahan tangga naik.
"Uda, kamu makan aja", ujar Nathan langsung naik.
Reina lalu berjalan ke arah kulkas dan mengambil salad buah yang tadi sempat ia buat dan membawanya ke depan TV. Ia duduk di lantai dengan matanya melihat ke arah Novel yang baru ia beli sedang kan tangannya memegang sendok dan menyendokkan saladnya. Lalu Reina meletakkan sendok saladnya dan memilih tiduran di atas sofa sambil membaca Novel.
Tak terasa, Reina malah tertidur di atas sofa. Saat Nathan turun dari kamarnya, dia tersenyum melihat istrinya tertidur di sofa. Nathan mendekati dan mencium kening istrinya.
"Cape banget ya", bisiknya.
Lalu ia mematikan TV dan mengunci semua pintu. Kemudian dia membawa Reina ke pelukannya dan membopongnya naik ke kamarnya.
Saat Nathan telah meletakkan tubuh Reina diatas kasur, dia tidak bisa melangkah pergi karena kemejanya ditahan tangan Reina.
"Tidurlah disampingku", ujar Reina lalu menggeser tubuhnya. Nathan hanya tersenyum melihat tingkah istrinya lalu ia merebahkan badannya di samping Reina.
"Aku perlu pelukan mu", bisik Reina lagi sambil merapatkan tubuhnya ke tubuh Nathan dan memeluk suaminya dalam keadaan mata terpejam. Tak lama Nathan merasakan air hangat di dadanya, Reina menangis dalam diamnya.
"Kamu kenapa sayang? Kok malah menangis?", tanya Nathan lembut sambil mengusap rambut Reina.
"Aku lelah. Pelukanmu membuatku nyaman", bisik Reina.
"Maafkan aku belum bisa memberikan hak mu dan memenuhi kewajiban ku", ujar Reina lagi pelan.
"Aku sudah bilang sama kamu sebelum menikah. Aku menikahi kamu bukan karena nafsu, aku menikahi kamu karena aku cinta kamu. Jadi, take your time. Aku akan selalu menunggumu sampai kamu siap", ujar Nathan pelan dengan tetap mengusap rambut Reina dalam pelukannya.
"Aku tahu", jawab Reina.
Tak lama telah terdengar nafas teratur Reina, rupanya setelah lelah menangis seharian ini, ia tertidur dalam pelukan Nathan. Nathan hanya menarik nafas panjang, dia berusaha menenangkan dirinya agar tidak merusak janjinya kepada Reina, janji untuk tidak meminta haknya sebagai suami terhadap Reina.
Untuk menghilangkan kegundahannya, ia hanya melakukan zikir dalam hatinya dan tak lama kemudian Nathan pun tertidur dalam keadaan memeluk Reina.