Darah telah menggenangi lututnya. Di antara nyalinya yang nyaris putus ia terus berpegang pada satu-satunya nyala harapan… Terang Pelangi dalam dirinya itu…
Anbelle terlihat sangat muram. Pelangi itu menghilang. Yang terlihat hanyalah kilauan-kilauan sisanya… Lalu benang hitam dan putih yang terurai di bawah terawang wajah pucat itu.
[Benang hitam dan putih! Ia tahu benang itu! Itu ilmu miliknya!]
Seketika itu Wander menyadarinya! "Sedari awal aku sudah memiliki Luan! Karena itu, aku bisa menarik kekuatan ini! Aku bisa melihat cahaya pelangi juga benang hitam dan putih itu! Tetua Anbelle, aku berhak bukannya tidak berhak! Aku tidak mencuri kekuatan ini melainkan ia datang kepadaku! Aku berhak atas pelajaran untuk mengendalikan apa yang menjadi berkah lahirku!"
Wajah Anbelle berubah. Rautnya lelah, meski teguh dan dipenuhi kesedihan.
"Kau tidak mewarisinya. Kau mencurinya, entah dengan atau tanpa berkahmu. Kau laki-laki dan kau tidak akan bisa mengendalikannya!"