ดาวน์โหลดแอป
97.05% Story of My Life / Chapter 33: Leona

บท 33: Leona

Kami menatap lautan luas di hadapan kami.

Ok! Aku putus asa sekarang!

"Isla, kamu beneran minta ke selatan, kan?" Rick memastikan.

"Beneran, Rick," sahut Isla. "Sumpah!"

"Ok. Jadi kita harus bagaimana?" tanyaku.

"Kita harus ke selatan," sahut Avery. "Kalau gitu kita bisa membeli perahu, karena kita gak tau kalau kita nyewa bisa dibalikin atau enggak."

"Gak!" Aku menggeleng.

Semuanya memandangku, bingung.

"Aku enggak mau berlayar dalam kondisi saat ini," ucapku. "Kita istirahat dulu. Jauh lebih aman kalau berlayar ketika matahari udah terbit."

"Aku setuju," Isla mengangguk. "Aku tidak mau terjebak dalam pertempuran di saat sedang tidak konsentrasi. Itu memperbesar presentase matinya."

"Baiklah," desah Avery. "Bangun tenda kalian di balik tebing itu!"

Kami membangun tenda di balik tebing tinggi yang menghalangi pandangan manusia fana yang kepo.

Malam itu, kami bergelung di kantong tidur.

Aku tidur tanpa mimpi dan bangung untuk mandi di kamar mandi umum.

"Aku yakin anak Lust tidak mau mandi di sini," gumamku.

"Kenapa?" Avery menimbrung.

"Kamu membuatku kaget, Dasar Bodoh!" Aku memukulnya (bercanda).

Avery terkekeh dan berjalan masuk ke kamar mandi umum.

"Permisi, apakah ada toko makanan di sini?" tanyaku kepada seorang gadis.

Gadis itu berambut hitam dipotong asal-asalan dan dikepang kecil-kecil. Kulitnya terbakar matahari tidak kontras dengan bola matanya yang biru jernih. Ia memakai celana pendeng seatas lutut berbahan jeans, kaus putih yang didobel kemeja bunga-bunga norak, dan sandal pantai berhias bunga merah besar.

"Ada," Ia mengangguk. "Paman mengelola itu. Ayo ikut denganku, mungkin Paman akan memberikan kamu sesuatu."

"Baiklah," Aku mengangguk ragu. "Siapa namamu?"

"Aku?!" Ia terkekeh. "Leona Mccarthy. Kalau kamu?"

"Azalea Pandora," gumamku singkat.

"Um, kamu tidak kenal dengan ayahku?" tanya Leona ragu.

Aku mengangkat alis, "Apakah ayahnya itu orang terkenal?"

Aku menggeleng ragu.

"Kamu tidak seperti yang lain, aku suka itu," kekeh Leona. "Ayahku Damian Mccarthy, aktor film action yang aneh."

"Ah, aku tau dia," ucapku datar.

Kami berjalan ke sebuah rumah bercat biru-putih.

Pintu kaca berbingkai putihnya menimbulkan bunyi denting indah ketika dibuka.

Jendela-jendela melengkungnya dibuka lebar-lebar.

Meja-meja ditata berjauhan, ditutupi taplak biru laut dan dikelilingi kursi.

Ada estalase kaca panjang dengan pintu di bagian belakang.

"Paman, ada yang butuh makananmu," ucap Leona.

Seorang laki-laki paruh baya berambut hitam bergelombang dengan kulit sawo matang dan bola mata biru laut keluar.

Ia memakai celana selutut, kemeja lengan pendek bunga-bunga dengan 2 kancing atas tidak dikancing, celmek putih lusuh, dan sandal kuno.

"Ah! Selamat datang," Ia tersenyum. "Tapi, baru ada sandwich isi tuna dan telur orak-arik. Minumnya hanya ada sparkling water dan air mineral."

"Tak apa," Aku menggeleng. "Aku pesan menu-menu itu. Masing-masing 4."

Lelaki itu mengangguk.

Ia kembali dengan kantung besar, memberikan kepadaku setelah aku membayar.

Leona melambai.

Entah kenapa, aku tidak suka dengan aura Leona...


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C33
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ