ดาวน์โหลดแอป
78.27% Kannoya Academy / Chapter 352: Double strike

บท 352: Double strike

Albern dan Denzel tergeletak bersebelahan.

.

.

.

.

Junko mulai mengayunkan cambuknya, tetapi semua serangannya tidak ada yang mengenai Antares.

"Sudah Junko baca semua pikiran Antares, termasuk gadis yang Antares sukai, tetapi mengapa tidak bisa Junko baca gerakan pertarungannya?" Pikir Junko.

Junko memutarkan tubuhnya secara vertikal sambil melompat, cambuknya juga ikut berputar, tetapi Antares dapat menghindar dengan mudah.

.

.

Junko kembali berdiri lagi, dan dilihat bahwa Antares sudah tidak ada. Junko berusaha untuk melacaknya dengan sihirnya. Junko segera mengangkat kaki kanannya, Antares rupanya hendak mematahkan kaki kanannya.

Junko menyobek sedikit dari kulit tumit kanannya, darah mengalir dan membentuk pisau tajam. Junko berusaha untuk menancapkan pisau darah itu pada punggung Antares, tetapi Antares sangatlah cepat. Junko memasukkan darah yang ada di tumit kaki kanannya kembali kepada kakinya.

Junko sangat kesulitan.

.

.

.

"Albern... ini adalah kesempatan yang baik jika kamu mau bekerjasama dengan kami." Kata Denzel.

"Kerja sama? Apa itu?" Tanya Albern.

"Albern.. jangan begitu dong.. ayo kita saling membantu!" Kata Denzel.

"Aku tahu niat jahatmu! Kamu akan membujukku untuk bekerjasama denganmu, lalu kamu akan memanfaatkan semua sihir dan kepintaranku agar kamu dapat lulus dari sekolah jelek itu dan menjadi pahlawan yang palsu, yang buruk, dan melupakan diriku. Ini semua demi keuntunganmu!" Kata Albern.

"Apa?" Kejut Denzel yang amarahnya hampir meluap, untungnya ia segera tersadar lalu kembali tenang.

"Kamu belum paham? Baiklah! A-K-U T-I-D-A-K A-K-A-N M-E-M-B-A-N-T-U K-A-L-I-A-N! Bodoh!" Kata Albern.

Denzel menghela nafasnya dalam-dalam.

"Albern... aku tahu... kamu sangat ingin menjadi pahlawan." Kata Denzel dengan lembut.

"Tentu saja kamu tahu, karena kamu berusaha untuk memperdayaiku." Kata Albern kesal.

"Tetapi.. pahlawan tidak memperdayai satu dengan yang lainnya." Kata Denzel.

"Itulah sebabnya aku menyebutmu sebagai pahlawan palsu." Kata Albern.

Denzel tersenyum.

"Sepertinya, kamu pasti tahu betul pahlawan yang baik itu seperti apa." Kata Denzel.

Albern diam saja.

"Setahuku... pahlawan yang baik itu saling membantu dan bekerjasama... dan juga mereka bersatu untuk menyelamatkan rakyat." Kata Denzel.

"Tidak masuk akal..." jawab Albern.

.

.

.

.

.

"Stars." Kata Antares.

Junko segera mengarahkan kedua tangannya ke atas dengan menyilang, ia merobek kedua kulit tangannya. Darah keluar dari kedua tangannya, lalu berubah menjadi sebuah perisai yang melindungi Junko.

Bintang-bintang di langit-langit bercahaya, lalu menjatuhkan sinarnya kepada Junko. Junko dapat bertahan, tetapi hanya bertahan. Ia kesulitan saat menyerang Antares.

.

.

.

.

.

.

.

"Memangnya para pahlawan bersatu? Bukannya mereka saling bersaing?" Tanya Albern.

Denzel tersenyum,

"Tidak mungkin mereka saling bersaing.. lihatlah Night Hero dan Sun Hero, pahlawan kembar yang sudah wafat sebulan yang lalu. Mereka tidak saling bersaing untuk mendapatkan peringkat tertinggi." Kata Denzel.

"Tetapi mereka wafat, jadi menurutku kerja sama itu... jika itu bukan tipuan, itu hanya akan melemahkan satu dengan yang lain. Lihat, jika aku fokus sendiri aku dapat menyerang lelaki itu. Jika kamu fokus sendiri dan tidak memperhatikan gadis berambut merah muda itu, kamu juga akan dapat menyerang lelaki itu." Kata Albern.

"Peduli satu dengan yang lainnya akan membawa kerugian!" Kata Albern yang lalu memalingkan mukanya dari Denzel.

Denzel merasakan sesuatu.

"Apakah kamu... pernah dikhianati?" Tanya Denzel.

Albern menahan nafasnya.

"Ternyata benar ya.." jawab Denzel.

Albern diam saja.

"... pengkhianat... itu membuatmu takut dikhianati lagi." Kata Denzel.

Denzel melihat ke arah langit-langit.

"Aku memang belum pernah dikhianati, jadi aku kurang tahu rasanya, tetapi aku yakin.... itu sangat sakit.. sekecil apapun pengkhianat itu." Kata Denzel yang berusaha untuk memahami sebab-akibat dari sifat dingin dan kasar milik Albern.

.

.

"Kamu memang hebat, Albern. Kamu lincah, pertahananmu juga bagus, kamu sangat pintar, jujur aku mengangumimu.." kata Denzel.

Albern hanya diam saja.

"Apakah kamu menganggap semua pujianku sebagai bujukan?" Tanya Denzel.

"Bodoh." Jawab Albern.

Denzel tertawa kecil.

"Mengapa kamu sok peduli terhadapku? Sudah kubilang, bujukan busukmu itu tidak akan mempan!" Kata Albern.

"Yah... aku tidak membujukmu kok. Awalnya memang aku membujukmu, tetapi... semuanya tetap terserah padamu. Aku juga bukannya sok peduli, aku memang penasaran. Aku penasaran apa yang telah terjadi padamu dahulu... dan jika aku bisa memahaminya.. mungkin aku bisa mencegah anak-anak lainnya agar mereka tidak mengalami masa lalumu yang kelam itu. Masa lalu memang membentuk orang, tetapi yang membentuk orang itu menjadi lebih baik atau buruk itu adalah dari diri sendiri dan pandanganmu pada dirimu..... Junko dapat mengetahui semua masa lalu orang dengan membaca memori mereka lewat sihir darahnya. Sudah jelas jika Junko dapat memahami lebih dalam. Tetapi... aku juga ingin memahaminya." Kata Denzel.

Albern diam saja.

"Yah... aku bisa melihat perbedaan Yukina dan Odelia sangat jauh. Yukina dahulu selalu dibilang lemah... dan saat sihirnya tiba-tiba menyerang semua orang dan ia tidak dapat mengendalikannya... ia melarikan diri dan memutuskan untuk menyakiti dan membunuh dirinya. Ia merasa tidak berguna, bahkan ia merasa bahwa ia adalah kutukan. Aku rasa itu karena semua orang berkata padanya bahwa ia tidak berguna. Tanpa disadari ia menyerap semuanya itu, dan memandang dirinya sebagai suatu sosok yang tidak berguna. Jika Odelia yang mengalami itu... aku rasa... dia akan marah dan membenci orang yang meledeknya dan ingin membuktikan bahwa ia lebih kuat.. ini hanya misal ya, aku kurang tahu Odelia seperti apa soalnya. Mungkin, saat ia tak sengaja membunuh yang lainnya, Odelia akan merasa senang dan merasa bahwa ia dapat membalas dendamnya. Lalu ia membunuh semua orang yang meledeknya... dan itu bisa membuatnya sebagai.... penjahat." Kata Denzel.

Albern masih diam.

"Tetapi jika itu terjadi pada Kurosa, kurasa... dia tetap akan menghindar dari orang lain, tetapi setahuku Kurosa mencintai dirinya dan memandang dirinya sebagai putri kesayangan ayahnya, jadi agar tidak menyakiti perasaan ayahnya, ia tidak akan membenci dirinya. Saat sihirnya tidak terkontrol dan tak sengaja ia membunuh orang lain, ia mungkin akan menghindar, tetapi ia tidak akan menyakiti dirinya. Ia akan berusaha untuk tetap tersenyum dan ia juga akan berlatih agar ia tidak membunuh orang lain tanpa sengaja. Kurosa adalah tipe orang yang mudah move on bagiku.... dan hal itu membuatnya menjadi pahlawan yang baik kedepannya. Ia akan berusaha untuk membantu anak-anak yang terkena khasus tidak bisa mengendalikan sihirnya. Aku yakin, itu yang akan terjadi." Kata Denzel.

Albern diam.

"Menurutmu... kamu yang mana? Yukina? Odelia? Atau Kurosa? Sebenarnya itu tidak penting, yang penting adalah, kamu mau menjadi seperti siapa dari dalam cerita ini, apakah kamu ingin menjadi Yukina, Odelia, atau Kurosa?" Tanya Denzel.

Albern diam saja.

Denzel tersenyum.

"Jika kamu sudah memutuskan... pikirkanlah hal itu baik-baik, dan capailah." Kata Denzel.

Albern masih diam saja.

"Jadilah... seperti siapa yang kamu inginkan... jangan ingat orang yang menyakitimu... jangan merasa sakit akan hal itu... karena... justru kamu bisa menjadi sepertinya... seperti orang yang kamu benci... tidak masuk akal kan? Aku sendiri juga bingung, tetapi itu benar." Kata Denzel.

Albern diam saja.

"Jika kamu membenci dan mendengki orang yang mengkhianatimu, kamu bisa saja mengkhianati teman-temanmu nantinya... pikirkanlah." Kata Denzel.

Albern diam saja.

Denzel melihat ke arah Junko.

"Yah.. sebagai teman Junko, aku merasa aku telah mengkhianatinya karena aku hanya bersantai-santai di sini... baiklah... yosh.. biar aku coba." Kata Denzel sambil menyeret dirinya mendekat kepada Junko yang sedang bertarung jauh di depannya.

Albern mulai memikirkan apa yang telah Denzel omongkan dari tadi.

.

.

"Jika dikhianati.... lalu membenci dan mendengki orang itu... tanpa disadari kamu juga akan mengkhianati.... sebagai teman Junkl, aku merasa aku telah mengkhianatinya karena aku bersantai-santai...."

Albern terus memikirkannya.

"Aku memang tidak menganggap mereka sebagai teman... semuanya kuanggap sebagai rival... tetapi..." pikir Albern.

Albern melihat ke arah Denzel.

"Dia tidak memikirkanku seperti apa yang kupikirkan tentangnya..." pikir Albern.

.

.

"Jika aku tidak membantunya, tidak apa-apa kan.." pikir Albern.

Tetapi ia mulai berpikir lagi,

"Jika dia menganggapku sebagai teman.. jika aku tidak membantunya... dia akan merasa dikhianati? Bukannya... aku tidak tahu ia pernah mengkhianati atau tidak... jika ia tidak pernah dikhianati... ia tidak layak untuk merasa dikhianati." Pikir Albern.

"Jika aku diam saja... sama saja aku telah mengkhianati dia... semua kata-katanya benar... aku selalu membenci seseorang yang telah mengkhianatiku.... dan jika tanpa kusadari aku telah mengkhianatinya... padahal ia tidak pantas menerimanya... bukannya aku ini... keterlaluan? Aku...." pikir Albern.

"Jika dia merasa dikhianati... apakah... ia akan sepertiku? Terus membenci dan tanpa disadari dia akan mengkhianati orang lain?" Pikir Albern.

Albern mulai berpikir lebih dalam lagi.

"Jika seperti ini.. namanya aku bukan pahlawan lagi, tetapi jika hal ini terjadi... aku akan disebut sebagai penebar kebencian... bukan perdamaian...." pikir Albern.

.

.

.

.

.

.

Denzel sudah sedikit lebih dekat dari Junko, tetapi rupanya mereka bertarung sangat seru hingga mereka selalu berpindah-pindah lokasi dan membuat Denzel kesusahan untuk menyusulnya.

"Baiklah, dari sini sepertinya bisa.." pikir Denzel.

Junko terkena suatu serangan.

"Star fall!"

Semua bintang-bintang yang berada di langit-langit itu menjatuhkan diri pada Junko dengan kencang dan kuat. Junko kesakitan, lalu ia terjatuh ke belakang, ke arah Denzel tergeletak.

Junko terjatuh di depan Denzel.

Denzel memegang tangan kanan Junko.

"Junko.. maaf... aku terlalu lemah hingga tidak dapat membantumu." Kata Denzel.

"Tidak... Denzel... ini bukan karena... Denzel... Denzel... itu kuat... Denzel... itu mengagumkan...." kata Junko.

Denzel memegang tangan kanan Junko lebih erat lagi.

"Junko... jangan pergi dariku lagi... nanti aku akan lepas kendali." Kata Denzel.

"Denzel...." kata Junko dengan matanya yang berbinar-binar... ia merasa senang. Junko tersenyum.

Denzel memejamkan kedua matanya.

"Pokoknya, jangan pergi dariku... aku tidak akan tenang." Kata Denzel.

Junko merasa senang,

"Denzel... Junko sangat senang." Kata Junko perlahan.

"Jadi, oleh karena itu... bertahanlah... maafkan aku yang lemah ini." Kata Denzel setelah membuka kedua matanya.

Junko tersenyum.

"Junko tidak akan pergi dari Denzel... tidak akan pernah." Kata Junko.

.

.

"Technology.." kata Denzel.

Dari tangan kanan Junko, tangannya mulai dilapisi oleh mesin-mesin milik Denzel.

"Junko... mesin ini bagus untuk menyerang, tetapi sangat buruk untuk bertahan dan menghindar.. jadi, hati-hati." Kata Denzel.

Junko melihat tubuhnya, tubuhnya sudah dilapisi oleh mesin-mesin milik Denzel.

"Terimakasih... Denzel..." kata Junko.

.

.

"Sekarang mesin itu tidak lemah lagi dalam pertahanan dan kelincahan."

Denzel dan Junko terkejut. Mesin-mesin itu dilapisi oleh mesin-mesin lainnya.

Denzel melihat ke belakangnya, Denzel merasa lega dan bahagia.

Albern menyalurkan sihirnya pada Junko juga.

"Denzel... terimakasih... sekarang aku paham." kata Albern.

Denzel tersenyum,

"Tidak apa-apa... kita kan teman." Kata Denzel.

Albern tersenyum kembali,

"Benar... terimakasih sekali." Kata Albern.

.

.

.

Junko kembali berdiri.

"Aku tidak boleh menyia-nyiakan perjuangan teman-temanku ini..." pikir Junko.


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C352
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ