"Namaku adalah...."
Yukina tidak bisa bergerak sedikitpun, ia hanya bisa bernafas.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Cobalah, cari Yui! Yui selalu berada di samping Yukina!" Kata Ardolph.
"Karena Yui anjing, sepertinya akan lebih susah untuk mencarinya..." kata Denzel.
"Junko belum pernah menggambil darah Yui...." kata Junko sedih.
"Aku mungkin bisa memeriksa aura." Kata Kurosa.
Kurosa menerbangkan Yasumi ke langit, langit malam menjadi sedikit lebih gelap.
Kurosa menutup kedua matanya.
"Aura sihir Yui.... aku menemukannya, tetapi Yukina tidak ada." Kata Kurosa.
"Apa? Mana mungkin!" Kejut Ardolph.
"Yui selalu mengikuti Yukina, tidak pernah Yui meninggalkan Yukina sendirian sebelumnya, kecuali jika Yukina memberi perintah pada Yui seperti saat menyelamatkan kakak Katsumi." Kata Junko.
"Bagaimana ini mungkin terjadi...." pikir Ardolph khawatir. Ardolph mengepalkan kedua tangannya.
"Kurosa, di mana Yui?" Tanya Denzel.
"Ia sedang perjalanan ke mari." Kata Kurosa.
"Tapi, di mana Yukina?" Tanya Ardolph.
"Aku tidak bisa merasakannya!" Kata Kurosa khawatir.
"Bagaimana ini?" Tanya Denzel panik.
.
.
"Teman-teman, dari jendela kami melihat bahwa kalian semua kebingungan, ada apa?" Tanya Megan yang tiba-tiba datang ke asrama mereka.
"Yukina menghilang." Kata Kurosa.
"Apa?!" Kejut Megan.
"Megan, apakah di antara teman-temanmu ada yang memiliki sihir pelacak? Atau semacam sihir itu?" Tanya Denzel.
"Sebentar..." kata Megan sambil berpikir.
"Cloud mungkin bisa.... Muddy juga... Evania juga bisa." Kata Megan.
"Panggil mereka! Segera!" Kata Ardolph panik.
"Ardolph, sambil menunggu Megan, cobalah sihirmu." Kata Asuka.
"Baiklah.... earth surface.." kata Ardolph.
Setelah beberapa menit.
"Tidak ada..." kata Ardolph.
"Baiklah, Cloud, Muddy, Evania, carilah Yukina. Yukina adalah gadis berambut merah dengan sihir angin." Kata Megan.
"Duh, dasar.... ini kan urusan kelas A, mengapa kita harus ikut campur? Jangan-jangan mereka terlalu lemah hingga harus mencari bantuan kelas B ya.." kata Cloud.
"Lakukan sekarang, atau kuubah dirimu menjadi carian gumpalan jeli hidup!" Kata Megan.
"Aaaa... baik bu!" Kata Cloud ketakutan.
"Alexa, kamu juga bantu." Kata Denzel.
"Baik." Kata Alexa.
Alexa memeriksa dari kandungan gas karbon dioksida, tetapi ia tidak menemukan Yukina.
"Aku juga bantu!" Kata Ermin.
Ermin mencari Yukina dengan sihir tanah dan angin.
"Tidak ada, mungkin ia berada di suatu ruangan..." kata Ermin.
"Aku tidak menemukannya..." kata Cloud.
"Aku juga tidak." Jawab Muddy, gadis berambut lumpur yang mengalir itu.
"Maaf, aku juga tidak menemukannya... maaf teman-teman..." tangis Evania.
Rippers memeluk Evania,
"Tidak apa-apa, kita sudah berusaha..." kata Rippers.
"Kita harus melaporkan kepada ms. Sheva!" Kata Denzel.
"Baiklah! Biarkan aku saja sebagai ketua kelas ini." Kata Rheinalth.
Rheinalth berlari ke arah sekolah.
Semuanya terlihat cemas, tetapi Ardolph lah yang paling cemas.
.
.
"Kakak!"
"Name, Nomu..." kata Denzel sedih.
"Kakak di mana?" Tanya Name.
"Mengapa semuanya berkumpul di sini?" Tanya Nomu.
"Maaf... ini berita buruk.... Yukina... kakak... menghilang..." kata Denzel.
Name terkejut.
"Aku harus mencarinya!" Kata Name lalu ia berlari keluar, tetapi Ardolph memegang tangannya.
"Pacarnya kakak.... mengapa?" Tanya Name.
"Jangan panggil aku itu.... tapi... ini sudah malam... kita sudah mencarinya dengan sihir-sihir kami... tapi.... kita belum menemukannya..." kata Ardolph.
"Kalau begitu harus dicari kan!" Kata Name.
"Tetapi.... kota ini besar... jadi kita akan berusaha untuk mencarinya secara tidak langsung.... kita juga tidak tahu kenapa ia tidak pulang." Kata Denzel.
Name terlihat sedih.
"Baiklah, kita akan terus mencarinya, mungkin besok aku ijin tidak sekolah, Ermin." Kata Denzel.
"Denzel? Apa yang kamu lakukan?" Tanya Ermin.
"Bergadang." Jawab Denzel.
"Junko ikut membantu Denzel!" Kata Junko.
"Aah... kalian ijin dahulu." Kata Ermin.
"Sudah, barusan." Kata Denzel.
"Aaaah... ya sudahlah.... semoga beruntung." Kata Ermin.
.
.
"Ramai sekali."
"Odelia." Kejut Denzel.
"Ada apa sih? Ramai begini." Keluh Odelia.
"Yukina tidak ditemukan..." kata Denzel.
"Begitu, bukannya itu salahnya sendiri jika nanti ia tidak lulus?" Tanya Odelia.
Ardolph mulai geram, tetapi Name membuka mulut terlebih dahulu.
"Apa maksud kakak?! Kakak tidak pernah tahu kak Yukina itu seperti apa!" Teriak Name.
"Memangnya seperti apa? Berkorban demi teman-teman? Menolong teman-teman? Ikut bertarung demi teman-teman? Aku tahu semuanya, kakakmu itu sangat kekanak-kanakan! Teman, teman, teman, teman, teman, teman, teman melulu yang ia pikirkan! Memangnya dunia ini seperti pada kartun kuda-kuda poni itu? Ajarilah kakakmu untuk lebih dewasa dan mengetahui persaingan dunia ini!" Kata Odelia.
Name semakin geram, ia marah sekali, lalu menangis.
"KAMU TIDAK TAHU APAPUN!" Teriak Name.
"KAKAK TIDAK KEKANAK-KANAKAN! KAKAK ITU KUAT! IA BERKORBAN DEMI TEMAN-TEMANNYA DAN AKU DAN KAKAK! JANGAN HINA DIRINYA!" Teriak Name lagi.
"Dasar... anak kecil mana tahu..." kata Odelia.
"AKU BUKAN ANAK KECIL LAGI!" Teriak Name.
"SUDAH CUKUP! HENTIKAN SEMUA KATA-KATA KEKANAK-KANAKAN YANG PERNAH DIAJARKAN OLEH KAKAKMU ITU!" Teriak Odelia.
"APA?! KEKANAK-KANAKAN?! KAMU YANG KEKANAK-KANAKAN!" Teriak Name.
"SUDAH SEMUANYA, DIAM!" Teriak Ardolph dengan sangat keras. Semuanya diam. Ardolph menghela nafasnya berkali-kali.
Ardolph melihat ke arah Odelia.
"Mungkin memang kamu menganggap Yukina dan kami semua ini kekanak-kanakan.... tidak apa-apa... karena itulah kami... sifat kami... memang kita memiliki ikatan pertemanan yang mungkin belum kamu pahami.... jika kamu tidak memahaminya, diamlah!" Kata Ardolph.
Ardolph melihat ke arah Name,
"Name, jangan bikin suasana menjadi keruh. Biarlah dia berkata apapun tentang Yukina. Jika kamu marah, nanti suasananya akan mengganggu Denzel." Kata Ardolph.
Name terdiam.
.
.
"Odelia... maukah kamu membantu? Kudengar sihirmu adalah kabel maka mungkin kamu bisa---" kata Denzel.
"Tidak mau! Buat apa aku membantu rivalku?" Tanya Odelia.
Odelia kembali ke kamarnya.
"Ada apa dengan kakak itu..." keluh Nomu.
"Tidak apa-apa, dia memang begitu, ia belum bisa memahami pertemanan kita." Kata Ermin.
.
.
"Ini akan sulit..." kata Denzel.
Denzel melihat ke arah teman-temannya.
"Kalian boleh tidur dulu kok." Kata Denzel.
"Junko akan tidur jika Denzel tidur, Junko akan bangun jika Denzel bangun!" Kata Junko.
"Yah... baiklah..." jawab Denzel sambil tersenyum.
.
.
"Aku sudah melapor pada ms. Sheva dan ms. Sheva sudah melapor kepada salah satu pahlawan." Kata Rheinalth saat datang kembali kepada asramanya.
"Baiklah, terimakasih Rheinalth.." kata Denzel.
.
.
"Yukina... ayolah... dimana kamu..." pikir Denzel.
"Yukina... kami semua mencarimu..." pikir Junko.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Namaku adalah Deadman, selamat menikmati hari-harimu di tempat kediaman 'dead peace'." Kata orang itu.
Lalu Yukina terpukul oleh sesuatu nan keras sekali. Yukina terjatuh tidak sadar.
Waktu kembali berjalan, tetapi Yukina sudah tidak ada (saat inilah waktu di mana teman-teman Yukina mencari Yukina dan hanya menemukan Yui).