ดาวน์โหลดแอป
25.8% SERENDIPITY (Jimin BTS) / Chapter 8: CHAPTER 8

บท 8: CHAPTER 8

Seul Gi menatap pantulan dirinya dikaca. Ia kini bekerja paruh waktu disebuah minimarket sebagai kasir untuk shift malam. Seul Gi sedih karena harus membohongi Eomma mengenai ini. Ia tahu ibunya akan marah kalau ia bekerja menjadi kasir.

Ibunya tidak pernah ingin Seul Gi membanting tulang untuk membantu ekonomi keluarganya. Namun ia senang ketika Seul Gi bekerja di club lantara ia tahu betapa Seul Gi memiliki hobi dan bakat untuk menari. Ia tidak ingin menghentikan langkah kaki Seul Gi lagi dalam menari.

Saat keluarga mereka bangkrut, itu adalah titik dimana Seul Gi menghentikan aktivitasnya disanggar tari. Bahkan ia tidak mengeluhkan hal itu.

Namun Seul Gi sadar bahwa menari bukanlah hobinya lagi melainkan pekerjaan dan sekarang ia pun harus mengurungkan hal itu karena para Noonanya berkata bahwa club mereka akan diawasi lebih ketat karena keseringan dimasukin oleh anak yang berusia dibawah umur.

Seul Gi mendapatkan pekerjaan ini juga dari Jin Shim Noona yang sangat mengerti dirinya dalam hal ini.

Seul Gi menguncir rambutnya dan mulai menjalankan pekerjaannya. Ia masih belajar oleh seniornya namun sudah mulai terbiasa menggunakan mesin kasir.

"anyeong donsaeng", sapa Jin Shim sembari membawa satu botol kaleng. Ia datang bersana Sunny.

Pemilik minimarket ini adalah lelaki yang menyukai Jin Shim sehingga ia sangat senang saat Jin Shim datang untuk melihat Seul Gi dan lelaki itu memberikan Seul Gi waktu untuk mengobrol bersama Jin Shim dan Sunny.

"noona, aku tidak enak dengan Ahjussi".

"tidak usah pedulikan. Biarkan saja. Kami sangat rindu denganmu. Bagaimana bekerja disini? apa menyulitkan?".

Seul Gi menggeleng, "Ahjussi sangat baik dan para seniorku yang berganti shift juga baik".

"bagaimana dengan ibumu? apa ia tahu?", tanya Sunny sembari mengintip mie instannya.

"belum. Aku tidak akan memberitahunya".

"sampai kapan?".

"entahlah", Seul Gi teringat dengan club, "bagaimana perfomance kalian berdua?".

Oh Jin Shim menelan ludahnya, "sebenarnya kami tidak berdua. Tapi sudah berlima".

Seul Gi terkejut dengan jawaban Jin Shim, "berarti posisiku sudah digantikan?".

Sunny menggenggam tangan Seul Gi, "tapi mereka berjanji akan memanggilmu kalau keadaannya sudah pulih lagi".

Entah mengapa Seul Gi merasa sesak, ia tidak nyaman menunjukkannya kepada Noonanya dan ia pula tidak dapat mengakui perasaannya sendiri.

"lebih baik aku kembali bekerja", Seul Gi berdiri dan pergi meninggalkan meja yang ada diluar itu dan masuk kedalam mini market.

"kau ini kenapa harus jujur sih?", Sunny memukul pundak Jin Shim.

"aku tidak ingin ia berharap. Kita tahu bagaimana Seul Gi selalu bersemangat dengan pekerjaan ini walaupun ia dibully satu sekolah dan dipandang sebelah mata oleh teman seumurannya".

Sunny jadi tidak selera makan, "ayo kita pulang".

Merekapun beranjak dengan perasaan sedih.

"dimana Jin Shim?", tanya Gong Yoo pada Seul Gi namun ternyata meja dan bangku yang tadi mereka tempati sudah kosong, "ada apa denganmu?", ia menyadari bahwa Seul Gi menundukkan kepalanya dan tidak menjawab pertanyaannya.

"tidak apa-apa".

Bunyi bel pintu berbunyi menandakan seseorang masuk kedalam mini market.

"Kang Seul Gi?", panggil seseorang yang suaranya tidak asing dan Seul Gi tidak menoleh karena ia masih menangis.

"apa yang kau lakukan?", tanya orang itu sepertinya untuk Gong Yoo Ahjussi dengan nada menuduh.

"bukan karenaku. Seul Gi, ada apa?", Gong Yoo panik dituduh dengan anak lelaki yang memiliki tatapan sangat tajam walaupun matanya kecil.

Seul Gi mengelap matanya dan mengatur nafas, benar dugaannya bahwa Jiminlah yang datang.

"lebih baik kau pulang", ucap Gong Yoo Ahjussi.

"Aku akan antar. Dan kau, lebih baik bersikap baik saat mempekerjakan anak dibawah umur", ujar Jimin dengan tatapan memperingati.

Seul Gi membungkuk berterima kasih dan melepas rompi kasirnya dan berlari keluar. Jimin mengejarnya namun Seul Gi tidak berhenti.

Jimin menarik tangan Seul Gi, "apa yang dia lakukan? aku akan memberinya pelajaran".

"Jangan ikut campur! Ini tidak seperti yang kau fikirkan".

"Lalu apa? aku tidak suka melihat lelaki berlaku kasar".

"lalu sekarang apa yang kau lakukan? kau menarik tanganku dan memaksaku untuk memberitahumu bukan?", Seul Gi menumpahhkan amarahnya dan ia menyesali sedetik kemudian. Seul Gi menutup wajahnya dan menangis. Ia kecewa sekali dengan dirinya.

"jangan menangis. Ada apa? katakan padaku?", Suara Jimin turun satu nada, ia benar-benar khawatir. Ia tidak menyukai perempuan menangis didepan matanya apalagi karena lelaki.

Jimin mendekatkan dirinya dan meraih tangan Seul Gi yang menutupi wajahnya dengan lembut.

"Aku janji tidak akan kasar. Ayo kita ke mobilku dan menenangkan dirimu".

Seul Gi mengangguk dan mengikuti arahan Jimin.

Sudah beberapa menit setelah mereka duduk didalam mobil tanpa berkata apa-apa dan hanya Seul Gi menangis. Sekarang Seul Gi mengambil tissue terakhirnya. Tangisannya sudah berhenti, membuat matanya sembab.

"gomawo", ujarnya.

"iya tapi apa kau tidak akan memberitahuku apa yang terjadi?"

"yang jelas bukan karena bosku. Dia orang yang sangat baik dan kau harus meminta maaf padanya".

Jimin berdeham, "kaulah yang harusnya meminta maaf. kau membuatku panik sehingga aku berteriak seperti itu".

Seul Gi tersenyum mendengar jawaban Jimin yang tidak mau disalahkan, "karena kau sudah menemaniku. Baiklah besok aku akan meminta maaf padanya atas namamu".

"oh ya, sekarang kau bekerja disana? Tapi inikan hari rabu? kau sudah berhenti dari club?".

Seul Gi menatap Jimin dengan kesal, kenapa ia harus menanyakan itu namun Jimin tidak tahu. Seul Gi mendesah. Ia harus mengakui bahwa sekali lagi ia kecewa karena harus berhenti dari menari. Ternyata ia sadar, bukan uanglah yang ingin membuatnya menari di club itu tapi karena hatinya. Karena itu membuatnya bahagia.

"hei, jangan melamun", Suara Jimin menyadarkan Seul Gi dari lamunannya.

Jimin melihat jam tangannya dan masih menunjukkan jam 8 malam, "Apa kau ingin ikut denganku?".

"kemana?".

"ketempat biasa aku berkumpul dengan teman-temanku".

"ha? untuk apa aku ikut? aku akan turun dihalte bis"

Jimin tiba-tiba terfikir untuk membuat Seul Gi terpukau dengan dance. Sepertinya ia tetap harus membawa Seul Gi mumpung perempuan itu sedang tidak bekerja di club.

"Sudahlah kau harus ikut. Kau pasti suka", ia menjalankan mobilnya dengan semangat.

Mereka sampai disebuah cafe yang sepertinya sangat ramai karena sudah terlihat dari luar. Seul Gi benar-benar tidak percaya bahwa Jimin mengajaknya ke tempat dimana ia berkumpul bersama teman-temannya. Ini sudah sangat jelas bahwa pria itu menyukai dirinya. Tapi Seul Gi sadar bahwa pakaiannya sangat tidak sepadan. Ia melihat orang-orang yang bergaya trendy dan juga fashionista.

"ayo".

Seul Gi menggeleng, "aku tidak mau turun".

"ada apa?".

"kau tidak lihat aku hanya memakai kaos dan celana jeans. Aku tidak mau terlihat seperti orang bodoh didalam sana".

Jimin dengan cekatan menarik bahu Seul Gi agar menghadapnya, ia menarik keluar kaos Seul Gi yang memang besar dari celananya.

"hei apa yang mau kau lakukan?", Bentak Seul Gi.

Jimin menoyor kepala Seul Gi, "jangan berfikiran macam-macam", ia melanjutkan pekerjaannya, ternyata ia mengikat kaos Seul Gi. Sekarang Jimin mengambil Silet dari dashboard mobilnya.

Ia sibuk merobek celana Seul Gi dibagian lutut dengan hati-hati agar Seul Gi tidak terluka.

"jangan bergerak kalau kau tidak mau lecet".

Akhirnya beres, Seul Gi bingung harus merasa berterima kasih atau kesal pada Jimin karena ini celana hitam baru yang ia turunkan dari lemari tapi melihat keadaan diluar, sepertinya ia sudah nanggung untuk pulang. Jadi Seul Gi mengucapkan terima kasih dan mereka keluar dari mobil.

"aku tidak memakai make up", bisik Seul Gi saat mereka berjalan diparkiran.

Jimin menoleh, "kau sudah cantik kok".

Seul Gi melotot, Jimin selalu memujinya dengan mudahnya. Ada apa sih dengan lelaki itu. Tapi Seul Gi merasa pujian Jimin membuatnya nyaman kali ini.

Seul Gi mengikuti kemanapun Jimin melangkah dan berkenalan dengan teman-temannya. Mereka sangat ceria dan welcome pada Seul Gi dan membuatnya mudah mengobrol. Seul Gi terpukau dengan keadaan di cafe ini. Ini sangat berbeda dengan di club. Tidak sumpek namun sangat asyik.

Seul Gi melihat kearah yang semua orang lihat yaitu kearah sebuah area. Seul Gi terkejut saat MC mengumumkan bahwa ada battle dance hari ini. Ia menoleh ke arah Jimin yang sekarang sedang duduk tepat dibelakangnya dan kakinya menjulur melewati Seul Gi.

Jimin tersenyum dan memberikan kode agar Seul Gi menonton. Ia tahu pasti Seul Gi akan menikmati pertunjukan ini.

Jimin ingat bahwa pemenang minggu lalu adalah group dance Nam Joon dan benar Nam Joon bersama teman-teman sudah memasuki arena.

"itu Nam Joon? Wow aku tidak menyangka dia bisa menari", ujar Seul Gi.

Seul Gi tidak menyangka Nam Joon memiliki bakat menari. Tariannya benar-benar keren dan juga berbeda dengan imagenya selama ini di sekolah. Mungkin hanya Seul Gi yang tidak mengetahui hal ini karena tidak ada yang ingin bergaul dengannya.

"kau tidak pernah tahu bahwa dia bisa dance?", tanya Jimin. Ia benar-benar mendekatkan wajahnya ke telinga Seul Gi yang merasa sedikit tidak nyaman. Jimin tidak menyadarinya karena memang suara musik disini kencang.

Mereka berdua tidak menyadari bahwa Nam Joon memperhatikan mereka apalagi saat Jimin berbisik dengan posisi mereka yang sangat dekat. Perasaan Nam Joon benar-benar sakit. Ia berbisik pada temannya.

"aku tidak bisa melanjutkan".

Temannya mengangguk dan mengerti. Nam Joon keluar dari arena dan menghampiri dimana Seul Gi dan Jimin masih bercakap-cakap dengan posisi yang membuatnya panas. Dengan refleks ia menarik Seul Gi dari duduknya. Jimin menatapnya tajam. Ia menarik Seul Gi yang berlari-lari mengikuti langkahnya menuju keluar cafe.

"Kim Nam Joon!!!", Seul Gi sudah tidak tahan mengikuti Nam Joon.

Nam Joon menghentikan langkahnya dan berbalik melihat ke arah Seul Gi, "apa kalian pacaran?".

Seul Gi menggeleng.

"apa kalian sedang pedekate?".

"tidak".

"lalu kenapa kalian sedekat tadi? kenapa kau bisa berdua dengannya?".

Seul Gi melepaskan tangannya dari genggaman Nam Joon, "apa urusannya denganmu?".

Nam Joon benar-benar merasa kesal sekarang, "karena aku menyukaimu Kang Seul Gi!!! Harus berapa kali ku bilang".

"lalu? apa aku harus menerima perasaanmu ketika aku tidak menyukaimu?".

Nam Joon terdiam. Ia pun sebenarnya tidak tahu harus bagaimana dengan perasaannya.

"Lebih baik kau fokus dengan dirimu lebih dulu Nam Joon. Aku tidak tertarik padamu ataupun orang lain. Maafkan aku", Seul Gi berbalik dan masuk lagi kedalam. Belum sempat ia masuk, Jimin sudah keluar dari cafe.

"kita pulang saja", ucap Jimin dan mereka pun pergi menuju parkiran.

Nam Joon hanya dapat melihat ke arah mereka berdua berjalan. Ia benar-benar tidak menyukai kedekatan Seul Gi dan anak baru itu. Selama ini ia tidak pernah merasa takut karena Seul Gi selalu sendirian di sekolah. Tidak ada lelaki yang mau mendekatinya karena takut bahwa Seul Gi yang perempuan malam pasti hanya mau dengan harta. Hanya Nam Joon yang tidak percaya itu karena sikap kasar Seul Gi padanya yang berani untuk menolaknya. Tapi apa namanya kalau bukan suka, Seul Gi tidak pernah menolak Jimin secara terang-terangan dan bahkan mereka keluar bersama.

Nam Joon memilih untuk pulang malam ini dan tidak melanjutkan aktifitasnya.

❤❤❤


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C8
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ