"Nona, sepertinya kamu sedang banyak pikiran. Apakah kamu sedang mengalami kesulitan?"
Hati Zhu Haimei pun terharu mendengarnya. Kakek tua ini pasti sudah lama tinggal di sini, ia mungkin tahu di mana tempat yang sedang membutuhkan pekerja. Zhu Haimei lalu mengumpulkan semangatnya lagi dan berkata, "Aku hanya ingin mencari pekerjaan. Aku sudah hampir seharian berkeliling, tetapi masih belum dapat."
Kakek tua tersebut merasa sedikit terkejut lalu bertanya, "Mencari pekerjaan? Pekerjaan seperti apa yang kamu inginkan?"
"Aku belum tahu pasti. Apakah Kakek tahu di mana tempat yang sedang merekrut pekerja?"
Kakek tua itu kelihatannya adalah orang yang memiliki begitu banyak pengalaman hidup. "Jika kamu ingin mencari pekerjaan serabutan, di sini ada. Namun jika kamu mau mencari pekerjaan tetap, itu sulit. Apakah kamu punya keluarga di rumah?" Tanya kakek tua tersebut.
Zhu Haimei lalu menggelengkan kepalanya. Memangnya ia punya siapa di rumah? Shen Dongyuan? Mereka saja tidak akur.
Kakek itu kemudian berkata, "Bagaimana kalau kamu bekerja serabutan saja? Meskipun gajinya tidak banyak, tetapi bisa memenuhi kebutuhan untuk makan."
Zhu Haimei pun tersenyum pahit. Sejak kapan ia bekerja hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan makan? Saat ini perekonomian negara belum berkembang, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan uang. Apalagi yang bisa ia lakukan selain bekerja serabutan? Ia tidak bisa mengandalkan Shen Dongyuan untuk memenuhi kebutuhan makannya. Ia tidak boleh hanya mengandalkan uang dari Shen Dongyuan, benar-benar tidak boleh.
Zhu Haimei sudah duduk sambil mengipasi dirinya sendiri untuk waktu yang lama. Pikirannya kemudian melayang jauh, mengingat hidupnya yang dulu.
Saat pemberitahuan penerimaannya di universitas datang, bibinya menderita penyakit serius dan seluruh biaya hidup bergantung pada pamannya. Ia sendiri tidak punya rencana untuk kuliah, tetapi saat perkuliahan akan dimulai, paman dan bibinya memberinya cukup uang untuk membayar uang sekolahnya. Uang itu pasti hasil pinjaman. Zhu Haimei pun sampai bisa membayangkan bagaimana paman dan bibinya mengemis-ngemis untuk minta bantuan dengan suara memelas.
Pada waktu itu, keadaan ekonomi mereka sangat sulit, tetapi paman dan bibinya tidak pernah menyuruhnya untuk berhenti sekolah. Kemudian ia mengetahui dari kakak perempuannya bahwa bibinya diam-diam menghentikan pengobatannya karena kekurangan biaya hidup. Semua obat yang diminum bibinya adalah obat impor. Satu botolnya seharga 106 yuan dan diminum 3 hari sekali. Bibinya harus mengonsumsi obat tersebut selama dua tahun agar penyakitnya bisa sembuh.
Setelah mengetahui pengorbanan bibinya, Zhu Haimei pun menangis dan meminta kakak kelasnya untuk membantunya menemukan pekerjaan sebagai guru. Meskipun upah menjadi guru tidak seberapa, tetapi setidaknya ia bisa memenuhi kebutuhan makan dan pakaiannya. Lalu dengan mengabaikan rasa malunya, ia pergi ke restoran untuk mencari pekerjaan paruh waktu yang dibayar per jam.
Ia bekerja dari jam lima sore hingga jam sepuluh malam dengan upah 5 yuan per jam. Setiap malam saat kembali ke asrama, ia merasa lelah seperti mau mati. Keesokan harinya, ia harus bangun dan pergi ke kelas seperti biasa. Ketika orang lain sedang makan siang, ia sibuk mengerjakan PR nya. Karena jika ia tidak menyelesaikan PR nya di siang hari, maka waktu kerjanya akan terganggu.
Kelas biasanya mengadakan tamasya atau kegiatan bersama-sama, tetapi Zhu Haimei tidak pernah ikut. Bahkan semua teman se-asramanya mengatakan bahwa ia tidak mau bergaul dengan orang lain. Bagaimana orang lain bisa memahami kepahitan yang sedang ia alami? Setiap orang harus membayar iuran sampai belasan yuan untuk ikut acara kelas. Jika Zhu Haimei mengorbankan uang sebanyak itu, ia mungkin tidak dapat mengumpulkan biaya kuliah untuk semester berikutnya.
Setelah itu, Zhu Haimei berhenti bekerja di restoran. Selama liburan musim dingin dan musim panas, ia mulai bekerja di sebuah perusahaan periklanan. Ia biasanya mengambil pekerjaan pribadi, karena itulah ia sudah memiliki banyak pengalaman meskipun belum lulus kuliah. Sesaat sebelum lulus, ia berhasil menandatangani sebuah kontrak dengan perusahaan periklanan terkenal. Zhu Haimei berhasil mendapatkan pekerjaan yang paling cocok untuknya.
Empat tahun belajar di universitas terasa sangat sulit, tetapi Zhu Haimei berhasil menjalaninya. Karena itulah, ia tidak boleh menyerah pada keadaan. Ia percaya bahwa semua orang tidak akan terus terjebak dalam situasi yang sulit. Selama ia ingin berubah, ia pasti bisa berubah.
Perkembangan ekonomi saat ini memang lamban dan persaingan bisnis belum terlalu ketat seperti di masa depan. Mungkin ia dapat mencoba melakukan bisnis kecil. Kenapa ia tidak mencobanya saat ia memahami tentang arah pembangunan di masa depan? Tentu saja, menjadi wanita yang kuat bukanlah impiannya, tetapi ia harus mendapatkan cukup uang untuk bertahan hidup dan menjadikan hidupnya lebih bermakna.
Sejak dulu, Zhu Haimei adalah orang yang sangat optimis. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya hatinya pun mulai gembira.
Kata orang, penampilan setiap orang itu tergantung suasana hatinya. Zhu Haimei yang tadinya masih mengerutkan keningnya, kini akhirnya bisa tersenyum juga. Kakek menerima kipas yang dikembalikan Zhu Haimei dengan bingung, lalu wanita itu pun bergegas pergi dari hadapannya.
Zhu Haimei hanya menyisakan 0.2 yuan untuk pulang naik bus. Sisa uang empat yuan sebelumnya, sudah ia habiskan untuk membeli lima kilogram tepung, setumpuk bumbu penyedap rasa dan sepotong daging berukuran kecil. Zhu Haimei benar-benar tidak menyangka kalau ia bisa membeli begitu banyak barang hanya dengan uang empat yuan.
Bus yang ditumpanginya masih berada di pasar Jinjiang. Udara di dalam bus masih terasa panas meskipun hari sudah malam. Zhu Haimei mendapatkan tatapan tidak menyenangkan dari orang yang duduk di sampingnya, karena ia membawa terlalu banyak barang apalagi ia bertubuh gemuk, benar-benar membuat orang tersebut merasa tidak nyaman karena terhimpit. Akhirnya Zhu Haimei pun pindah dan berdiri di tengah bus. Ia meletakkan barang-barangnya di bawah kakinya dan berusaha tidak menghiraukan tatapan orang-orang yang ada disekitarnya, meskipun sebenarnya ia merasa canggung.
"Hei, kamu keluar untuk membeli banyak barang ya? Apa kamu tidak takut akan bertengkar dengan Kapten Shen?" Tanya Zhong Yan.
Zhong Yan ini benar-benar musuh yang tak bisa dihindarinya.
Zhu Haimei tidak ingin meresponnya, tetapi apa yang wanita itu katakan sangat tidak enak didengar. Apalagi di dalam hatinya masih ada suara jiwa sang pemilik tubuh asli yang sedang menangis. Ia lalu mengambil nafas dalam demi menahan amarahnya. "Apakah karena guru Zhong biasanya sudah terbiasa dalam mengurusi siswa, jadi guru Zhong bahkan juga mengurusi urusan keluarga orang lain?"
Orang-orang yang ada di dalam bus tertawa setelah mendengar ucapan Zhu Haimei barusan. Sementar Zhong Yan menjadi sangat malu dan akhirnya menyeletuk, "Tubuh se-gemuk itu ternyata masih bisa makan banyak ya."
Zhu Haimei pun mendengus kesal dan berkata, "Kalau dilihat dari pendapatmu, berarti orang gemuk harus mati kelaparan begitu?"
Orang-orang yang ada di dalam bus kembali tertawa. Sebenarnya mereka tidak tertawa terbahak-bahak, hanya tertawa karena merasa apa yang mereka dengar itu lucu. Zhu Haimei tidak ambil pusing dengan tawa orang-orang tersebut, berbeda dengan Zhong Yan yang kini menjadi sangat malu. Zhong Yan adalah gadis yang menawan sejak kecil, apalagi sekarang ia adalah seorang guru. Wanita itu hanya bisa menundukkan kepala saat air matanya mengalir dengan deras, bahkan air matanya tidak bisa berhenti setelah turun dari bus.
Hal tersebut membuat Zhu Haimei tiba-tiba merasa bersalah. Ketika Zhong Yan turun dari bus, ia masih bisa mendengar orang-orang yang menertawakannya. Ia tiba-tiba berbalik dan berkata dengan keras. "Kamu, tunggu saja pembalasanku."
Zhu Haimei pun bingung. Zhong Yan yang terlebih dahulu membuat gara-gara dengannya, tetapi ia juga yang yang ingin melakukan pembalasan padanya. Zhu Haimei tidak tahu apakah ia harus tertawa atau menangis setelah mendengar ucapan barusan. Lalu tiba-tiba ada sebuah kalimat yang terlintas di pikirannya. 'Kenapa seorang wanita harus menyulitkan wanita yang lain? Kenapa tidak bisa berteman baik saja?'
Zhu Haimei lalu membawa barang-barangnya melewati ladang. Ia menyempatkan diri untuk mencabut beberapa bok choy, meskipun mereka masih berukuran kecil. Setelah sampai di rumah, ia cepat-cepat meletakkan barang-barangnya. Ia kemudian mandi dan mengganti pakaian lalu bersantai sebentar. Ia menelan ludah saat melihat daging kecil yang ada di dapur. Ia ingin makan daging dan semua jenis makanan.
Daging berukuran kecil tersebut hampir semua bagiannya adalah lemak. Karena ia tidak bisa membeli minyak nabati yang terlalu mahal, sehingga ia sengaja membeli daging berlemak untuk dijadikan minyak.
Zhu Haimei mengumpulkan semangatnya lalu menyendok tepung. Ia berencana untuk memasak liangpi atau mie dingin yang cocok disantap saat cuaca sedang panas. Akan tetapi ia perlu menyimpan air pencuci adonan mie untuk membuat liangpi. Sebaiknya malam ini ia membuat gluten. Ia perlahan-lahan menambahkan air ke dalam tepung, lalu mengaduknya menjadi adonan yang lembut. Setelah itu, ia meletakkan adonan tersebut di baskom dan mendiamkannya beberapa saat. Lalu ia mulai memanaskan minyak.
(Gluten adalah salah satu makanan berbahan dasar tepung.)