Beno hanya memandangi burung itu yang kelihatan sangat senang memandangi Andre. Burung itu mengepak-ngepakkan sayapnya. Dan tanpa sengaja, Beno melihat tulisan 3204 dibalik sayapnya itu.
'3204?', tanya Beno dalam hatinya sambil terus menatapi merpati itu.
" Dre? Kamu tahu perihal angka 3204 yang kukatakan padamu waktu memperbaiki kalungmu?", tanya Beno tiba-tiba.
" Iya, aku melihatnya juga di earphone yang dipasang di telinga Max. Dan di dalam tulisan yang digenggam kaki merpati ini. Bisa jadi Max yang memasangnya waktu itu", jelas Andre sambil mengelus-elus kepala merpati putih.
Beno diam tak berkutik setelah mendengar jawaban itu dari mulut Andre. Dalam diamnya, ia tengah memikirkan sesuatu. Apa burung ini juga buatan Max? Dan Max sengaja membuatnya agar bisa mengawasi Beno dan Andre? Apa yang ada dalam pikiran Beno itu benar? Kalau misalkan benar, berarti selama ini mereka terus diawasi Max?
'Aku harus selidiki ini. Kalau dia tahu, nanti rencana kita selanjutnya bisa gagal', cetus Beno dalam pikirnya.
Malam semakin larut, Andre menenggerkan merpati itu di meja tempatnya bertengger tadi. Kemudian ia tidur. Beno pun mengikuti jejak Andre yang sudah terlelap.
Keesokan harinya, mereka melakukan kegiatan seperti biasanya. Bangun pagi, membersihkan diri, naik lift menuju ruang makan, lalu makan, kemudian masuk ke ruangan masing-masing.
" Dahh.. Ben", ucap Andre yang meninggalkan lift menuju ruangannya sambil melambaikan tangan pada Beno.
Beno kembali menutup pintu lift dan menuju ke lantai paling atas. Setelah tiba, ia mendapati seekor burung merpati yang serupa bertengger di pagar besi penghalang tempat Max yang ada di lantai dua ruangan itu.
'Burung itu ada disini. Apa dia mengikutiku? Atau Max menciptakannya banyak? Aku harus berhati-hati' ,ucap batin Beno.
Dia terus melangkah untuk kemudian duduk di kursi yang disediakan Max untuknya. Ada meja juga dihadapannya. Karena tugasnya sudah selesai, jadi kini ia hanya memantau. Meja yang ada dihadapan Beno, bukan meja biasa yang terbuat dari kayu. Meja ini transparan. Seperti terbuat dari kaca. Tapi sebenarnya, ini adalah sebuah layar yang juga bisa mengendalikan. Beno membuatnya tidak serta merta bisa diakses oleh semua orang. Hanya dirinya yang bisa membukanya. Bahkan sebenarnya, hanya dia yang bisa membuka kunci untuk mengakses pengendali pengendali di ruangan itu. Sidik jarinya lah kuncinya. Max tak pernah tahu itu. Ia terlanjur percaya pada Beno.
Beno mencoba mendekati merpati yang bertengger di pagar besi itu sekalian akan menemui Max di ruangannya.
" Max? Apa kamu tahu merpati itu milik siapa?", tanya Beno seolah baru mengetahuinya.
Max yang tengah sibuk dengan laptop dihadapannya, ia hanya mengangkat bahunya untuk membalas pertanyaan Beno. Beno terus menceritakan kejadian-kejadian sebelumnya tentang merpati yang ada di kamarnya. Beno harus tahu siapa yang mengirimnya.
" Tapi sepertinya, dia sedang mengawasi kita", celetuk Beno.
" Masa sih? Dia seperti merpati biasa ah", ucap Max setelah mengamati merpati itu beberapa saat.
Kemudian Beno mendekat ke meja Max. Apa sih yang dikerjakan Max dengan laptopnya, kelihatannya sibuk sekali. Tapi ia juga jangan sampai membuatnya curiga. Beno berencana, ia akan..
Bruk..tiba-tiba ia hampir terjatuh. Untung saja dia menahan dirinya dengan tangan yang ia tempelkan pada rak penuh buku di belakang kursi kerja Max.
" Ahh..Ben kamu kenapa?", tanya Max khawatir. Dan dengan sigapnya, ia menutup laptop dengan tangan kanannya dan tangan kirinya segera menahan Beno juga.
" Sepertinya aku kurang enak badan, aku kembali dulu ke mejaku, ya?", rintih Beno sembari memegang kepalanya. Berjalan sempoyongan menuruni tangga.
Dan kemudian duduk di kursi nyaman belakang meja. Mata jahat yang tampak menyeramkan terlukis di wajahnya. 'Sebentar lagi, aku akan tahu apa yang sedang kamu lakukan', cetus hatinya.
Segera Beno keluarkan semacam disk kecil, kira-kira 0,5 cm dari balik jam tangannya. Jadi jam yang dikenakan Beno adalah jam yang bisa dibuka tutup bagian atasnya, jam itu hasil modifikasinya. Lalu, ia memasangkan disk itu ke lubang usb di mejanya.
Dan..
Tap...
Ya! Dia berhasil. Rencananya bekerja dengan baik. Ia bisa mengawasi Max dari kejauhan. Berkat aksi pura-pura jatuhnya tadi. Dia menempelkan cctv kecil saat tangannya mendarat di rak buku belakang Max.
Tapi,, sepertinya dia tak melakukan apa-apa di laptopnya, hanya data-data dalam excel dan word seperti biasa.
Lalu merpati itu? Angka itu? Earphone Max? Dan kenapa mereka mengikuti aku dan Andre?
Tapi, tiba-tiba Max membuka tab lain di laptopnya, dia membuka hasil intaian semacam intaian cctv. Itu.. sepertinya intaian merpati itu.
" Dre, aku ke ruanganmu sekarang, ya?", ucap Beno dalam telepon yang tersambung pada Andre.
Beno segera menutup semua akses di mejanya. Lalu pergi menuju lift. Dan tring...pintu terbuka kemudian melangkahlah kaki Beno ke arah meja Andre.
Saat tiba di depan meja Andre yang sedang sibuk tak berdalih. Beno kembali melihat merpati sedang mengelih. Meski ia belum tahu merpati itu milik siapa dia tetap harus berhati-hati saat bertingkah.
Pengawas misterius itu bisa mengikutinya kemana pun mereka melangkah.
" Dre, kita ke bagian konstruksi yu! Katanya Max punya bangunan lagi yang lagi dibangun", ajak Beno saat ia tahu ada sebuah bangunan yang sedang dibangun oleh Max dari pembicaraan para pekerja lain.
" Sekarang? ", tanya Andre keheranan, tak biasanya Beno seperti ini. "Ya udah ayuk!".
Beno mengiyakan pertanyaan Andre. Sengaja ia mengajak Andre pergi dari tempat itu. Ke tempat yang mungkin akan sangat bising. Agar merpati pengawas itu tak dapat mendengar apa yang hendak mereka bicarakan.
Kemudian Beno dan Andre hendak menuju bangunan setengah jadi yang berada kira-kira 3 kilometer dari bunker itu. Hanya untuk menghindari merpati pengawas yang bisa mendengar mereka dan senantiasa mengikuti mereka kemanapun dan kapanpun mereka pergi.
Andre menghela napas panjang sebelum kemudian ia menjawab dengan semangat, " Yok!!". Kunci mobil yang di fasilitasi Max tak lupa Andre bawa. Mobil sport mewah terparkir di garasi bunker.
Broomm...
broomm..
Dan...Ciusss..
Mereka meluncur menuju tempat itu. Baru beberapa ratus meter saja, Beno melihat burung itu dari kaca spion, burung itu membuntuti mobil mereka.
' Dia benar-benar mengikuti kita', geram Beno dalam batinnya.
" Dre, hayoo ngebut lagi!!", teriak Beno.
Jalanan yang hanya beralaskan padang pasir.
Menimbulkan pasir-pasir beterbangan membuat merpati terusir. Ditambah suara mobil yang mereka tumpangi begitu berdesir-desir. Luasnya padang pasir itu sudah setengahnya mereka sisir. Saking ngebutnya ditambah licinnya pasir. Membuat mobil yang dikendarai Andre hampir tergelincir. Untung saja rem dipijak sesuai dengan apa yang Andre taksir.
Mohon maaf bila ada salah kata terukir. Saya hanya manusia yang kurang berpikir. Bilamana ada koreksi bolehlah dilampir. Di bagian komentar halaman akhir. Boleh juga vote dan batu kuasa digulir.