Reno Sanjaya pov
Setelah Lina meninggalkannya dimall sebenarnya Reno ingin sekali mengejarnya untuk meminta maaf,tapi Reno terlalu malu untuk berhadapan kembali dengan Lina yang tau semua tentang kehidupannya bahkan Ia tau tentang Laras wanita dimasa lalunya.
"Tolong cek Lina pulang ke apartemen apa nggak.."perintah Reno akan seseorang yang ia telpon sebelum beranjak pergi dari tempatnya duduk sedari tadi.
Reno berjalan keluar dari mall dengan menjinjing tas belanjaan yang Lina ambil tadi,sebenarnya ia bingung harus ia apakan tas tas mahal yang ia jinjing sekarang.Bukan uangnya yang ia sayangkan tapi ia sayangkan perbutannya yang telah menyakiti Lina secara langsung.
"Brukk...."Reno melempar tas belanjaannya dengan serapah kearah sofa diruangan kerjanya.Dia membuka jas yang membalut badannya dan merebahkan diri disofa dengan kasar.
"Ugghhh...."Reno mengacak rambutnya frustasi mengingat apa yang ia lakukan hari ini.
"Kenapa...."tanya Leo yang muncul dari arah pintu.Reno tak bergeming malah ia mencoba menutup mata. seakan ia berharap sedang bermimpi.
"Puas sama hasilnya...."Leo bertanya seakan ia tak tau,padahal ia sangat tau karna telihat jelas dari keadaan Reno yang sekarang.Reno sebenarnya orang yang baik sebagai pria bisa dibilang dia belum pernah merasakan apa itu cinta lebih tepatnya cinta yang tulus.
Dulu sebelum dia bertemu wanita yang dapat mematahkan hatinya,dia selalu terobsesi dengan yang namanya cinta dari seorang perempuan yang bisa mencintainya dengan tulus,tapi begitu hatinya dipatahkan oleh wanita yang kenyataannya tak pernah tulus mencintainya Reno menjadi orang yang tak peduli dengan cinta ataupun wanita.
"Dia tau semuanya Le..."ucap Reno setelah beberapa saat terdiam.
"Dia tau semua tentang gue,dia tau tentang Laras..."sambunh Reno lagi yang menempatkan dirinya untuk lebih rileks dengan duduk disofanya.
"Ya gue gak heran sih dia tau,secara dia itu deket banget sama ibu loe.."Leo tak terkejut mendengar apa yang Reno ceritakan.
"Gue malu Le,gue malu sama Lina gue malu sama diri gue sendiri yang tak pernah bisa percaya sama wanita bahkan wanita yang baik seperti Lina.."sungguh terdengar jelas nada penyesalan dalam kata kata Reno.
Reno memang bukan tipe orang yang mudah percaya akan seseorang wanita apalagi dengan kejadian yang menimpanya membuat dia semakin susah untuk membuka diri.
"Ya setidaknya sekarang loe bisa mencoba kan,mencoba untuk percaya.Lina itu perempuan baik baik Ren gue bisa jamin itu.Terlepas dari uang yang ia minta dari kontrak itu gue yakin uang itupun bukan semata mata ia dapatkan untuk berfoya-foya..."Leo kembali memberi nasehati ,sungguh dia tak pernah bosan untuk menasehati sang bos yang sudah banyak berbuat baik untuknya.
"Lagipula loe gak taukan sebenarnya uang itu akan dipake untuk apa oleh Lina,..."sambung Leo yang membuat Reno semakin merasa bersalah.
"Apa perlu gue cari tau..."ucap Reno yang terdengar bodoh ditelinga Leo.
"Ya perlu lah,kalo loe anggep dia sebagai istri tapi kalo loe anggep dia cuma pekerja kontrak sebaiknya loe cerain dia sekarang."saran Leo dengan tegas.
"Kayaknya loe berharap banget gue cerai sama Lina,jangan jangan...."Reno menunjukan ketidaksukaan nya pada Leo karna selalu memberi saran yang sama.
"Jangan jangan apa...? gue cuma kasian sama Lina ya Re.Dan gue lebih senang kalo Lina sama penggemar rahasianya itu dari pada sama loe yang jelas jelas gak tau apapun tentang dia tapi loe memperlakukan terlalu jahat..."sulut Leo karna sungguh ia pikir Lina berhak untuk bahagia.
"Gak ini bukan waktu yang tepat untuk gue ngelakuin itu..."protes Reno tak suka dengan saran Leo.
"Kenapa.., loe masih mikirin alasan yang tepat untuk loe sampaikan kekeluarga loe..."Leo tak suka karna Reno selalu beralasan yang sama.
Drrt...drrtt..
Suara telpon Reno menghentikan sejenak perdebatan diantara keduanya.
"Iya gimana...."tanya Reno untuk mendengar laporan tentang Lina yang pulang ke apartemen atau tidak.
"Ya udah kalo gitu..."Reno langsung menutup telponnnya begitu ia tau Lina pulang ke apartemen mereka dan kini tengah berada ditaman.
"Gue saranin kalo loe belum mau ngelepas dia loe harus berubah,loe harus memperlakukan dia dengan baik dan cobalah buka hati untuk dia walaupun hanya sekedar untuk menjadi teman.Gue pergi dulu..."Leo pamit begitu sudah memberi saran pada Reno untuk yang kesekian kalinya.
"Akhhhh...."Lagi lagi teriakan frustasi Reno terdengar menggema diruangannya.
Perkataan Leo terus saja terpikirkan oleh Reno,memang sahabatnya itu selalu saja memarahi dan menasehatinya tapi ia tau Leo melakukan itu untuk kebaikannya makannnya Reno tak pernah marah pada Leo.
"Bodoh...."Reno mengumpat dirinya sendiri.
* * *
waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam dan Reno masih berada dikantornya,ia ingin sekali pulang tapi Reno tak berani ia terlalu malu untuk menampakkan wajahnya.
"Ren,loe belum mau pulang..."Leo mampir kekantor Reno karna ia tau sang boss masih disana.
"Gak loe duluan aja..."tolak Reno halus.
"Udah pulang aja sana minta maaf biar perasaan loe tenang..."Leo lagi lagi memberi saran.
"Temenin gue minum yuk..."pinta Reno pada Leo.
"Warkop ya..."ajak Leo karna ia tak suka ke club malam seperti Reno.
"Ok..."Reno mengiyakan,karna ia tau minum minuman yang memabukan bukanlah solusi yang tepat untuk menyelesaikan sebuah masalah.
Reno dan Leo minum kopi tak jauh dari rumah Leo,karna rencananya malam ini Reno akan menginap disana,ia tak berani untuk pulang bahkan ia tak berani mengirimi Lina sms untuk memberitahu kan bahwa dia tidak akan pulang malam ini.
"Udah telpon aja,apa perlu gue yang ngabarin Lina kalo loe malam ini gak pulang."Leo terus menyemangati Reno untuk mengenyampingkan egonya.
"Ia bawel gue udah kirim sms kok sama dia..."Reno berbohong untuk menghentikan mulut Leo yang sekarang sudah terlalu bawel dan cerewet untuknya.
"Udah yuk pulang..."ajak Leo karna sudah cukup lama mereka disana hampir tiga jam dan Reno sudah menghabiskan enam gelas kopi tanpa makanan pendamping.
"Bentar lagi lah,..."Reno menolak...
"Udah ayo pulang,loe mau minum berapa banyak lagi emang.Loe itu punya maag Ren jangan banyak banyak minum kopi.."ucap Leo entah untuk keberapa kalinya karna Reno yang tak mau mendengarkan.
"Udah ayo pulang..."Leo menarik paksa Reno untuk keluar dari warkop karna Reno meminum kopi udah bagaikan minum anggur.
"Tidur sana udah malam jangan terlalu dipikirkan..."Leo meninggalkan Reno didalam kamar tamu dirumahnya.
Leo hidup di Jakarta sendirian sedangkan orang tuanya dikampung,sedari SMA disudah merantau jauh karna ingin memperbaiki ekonomi keluarga.Waktu SMA dia mendapat beasiswa disekolah yang sama dengan Reno.Dulu dia bisa dekat dengan Reno karna Reno walaupun seorang yang populer disekolah dia bukan anak yang sombong dan berandalan,dia anak yang welcome dengan semua orang.Apalagi Reno menganggap dirinya tak seperti anak anak yang lain,yang berteman dengan Reno hanya karna uang.