Pukul delapan pagi Lina baru membuka matanya.Sebenarnya jarang sekali dia bangun siang,biasanya dia biasa bangun dari jam dua atau jam tiga pagi untuk membuat kue.Dan hari ini pun karna Reno yang tak berangkat kekantor jadi dia bersantai sedikit untuk tak masak pagi sekali.
Setelah mencuci muka dan menggosok giginya dia pun keluar kamar untuk menyiapkan sarapan,rencananya hari ini dia gak akan masak karna bahan makanan didapur yang sudah habis.
Dia bersepeda kedepan kompleks untuk membeli bubur ayam untuk sarapan dia dan Reno.
Setelah pulang Lina sengaja tak langsung membangunkan suaminya itu,dia makan terlebih dahulu karna Lina masih merasa kesal dengan suaminya itu.Setelah kejadian kemarin ketika dia menjelaskan panjang lebar tentang paket itu,Reno tak memberi komentar apapun tapi malah menjawabnya dengan tatapan yang seakan menertawakannya karna tak percaya seorang Lina mempunyai penggemar rahasia.
"Kapan manusia itu akan bangun sendiri.Entah kalo dia tak tidur dirumah ini siapa yang membangunkannya."gerutu Lina sambil menaiki anak tangga menuju kamar Reno dengan membawa sarapannya.
"Pacarnya lah,emang siapa lagi yang akan membangunkannya Lina." jawab Lina sendiri atas pertanyaannya.
Dibuka pintu kamar Reno perlahan Lina tak langsung masuk tapi kepalanya mengintip sedikit dibalik pintu untuk memastikan Reno sudah bangun atau belum.
"Bodoh Lina jangan berharap macan tidur itu akan bangun sendiri."umpat Lina sambil memasuki kamar Reno dan mendekati ranjang tempat tidurnya.
"Ka Reno bangun udah siang sarapan dulu nih." Lina mengguncang tubuh Reno kencang membuat Reno mau tak mau sedikit membuka matanya.
"Nih sarapan dulu kalo mau lanjut tidur nanti aja,makan dulu buburnya nih." Lina menaruh semangkuk bubur beserta air minumnya dimeja yang tak jauh dari tempat tidur,tepatnya disamping jendela.Dia buka gorden jendela yang membuat Reno merasa silau menusuk matanya.
"Aku hari ini tuh libur Lina,Aku masih ngantuk tau akh."racau Reno sambil melempar satu bantal kearah Lina orang yang sudah mengganggu tidurnya itu.
"Dingin tuh nanti buburnya,tapi kalo gak mau ya udah."
"Ya udah taro aja disana.Buatin aku kopi."ucap Reno begitu Lina mulai menyentuh mangkok buburnya. cara
Lina keluar kamar Reno dengan cepat,dia segera menuju dapur membuatkan kopi untuk suaminya.Setelah kopinya siap lantas Lina segera mengantarkannya kekamar Reno.Sungguh Lina tak ingin berlama lama berinteraksi dengan Reno yang angkuh dan kejam itu.
"Nih kopinya,kalo ada apa apa panggil aja lewat ini ya.Aku mau berkemas dulu."ucap Lina sambil menunjukan hapenya memberi tanda jika ia butuh sesuatu Reno tak perlu berteriak memanggil namanya seperti induk ayam yang kehilangan anaknya.Berisik.
"Iya..." jawab Reno ketus.
Sebelum berkemas Lina membersihkan badanya terlebih dulu karna sungguh tak nyaman jika sudah terbiasa mandi pagi pagi dan sekarang hampir jam sepuluh dia belum mandi.
Lina membawa box keruang bacanya,rencananya dia akan mengemasi bukunya terlebih dahulu sambil memilah buku yang akan ia bawa dan buku yang akan ia sumbangkan kepada yang membutuhkannya.
"Lho paket itu kemana..." ucap Lina melihat rak buki yang dipakai untuk menyimpan paket dari penggemar rahasianya itu kosong.
"Reno pasti ulah dia ini,pasti ukhh..." Lina menahan emosinya dan langsung menuju kamar Reno.Dia tak akan salah pasti Reno pelakunya.
"Kak...."Lina langsung nyelonong masuk tanpa mengetuk pintu atau basa basi lainnya.
"Ketok dulu dong,jangan maen nyelonong aja." ucap Reno tak senang.
"Kaka kemanain paket paket buku aku." tanya Lina sambil menahan emosinya.
"Katanya kamu gak butuh akan paket itu,tapi sekarang nanyain." Reno bersikap santai dia menyeruput kopinya didepan Lina yang terlihat begitu marah.
"Tapi itukan punya aku ka.Kaka gak berhak nyentuh itu karna paket itu untukku."Lina menggenggam erat tangannya menahan emosi dan air matanya yang bisa saja jatuh dihadapan suami macannya itu.
"Sepertinya itu berharga banget ya buat kamu.Cari aja dibelakang rumah sana."ucap Reno dengan tatapan tak sukanya kepada Lina.
Tanpa menjawab lagi omongan Reno langsung menuju belakang rumah mereka.
"Hah..." ucap Lina begitu melihat tumpukan buku buku itu yang sebagian sudah terbakar ditanah.Air mata yang sudah ia tahan akhirnya tumpah melihat buku buku itu yang dibakar oleh Reno.Dia berjongkok meraih sisa sisa buku yang tidak sepenuhnya terbakar sempurna itu.
Lina marah dan menangis bukan karna dia suka paket itu,tapi karna hanya paket itu yang menguatkannya selama dia tinggal dirumah ini ditengah kesepian yang ia rasakan.Lina merasa masih ada orang yang memperhatikannya dan sayang padanya setelah mertuanya.Setidaknya dengan keberadaan paket itu Lina masih merasakan jika dia masih diharapkan keberadaannya dikehidupan ini.
Lina bukanlah berasal dari keluarga yang harmonis,dia bukan anak bungsu seperti suaminya yang mendapatkan kasih sayang penuh.Lina lahir dikeluarga yang menobatkannya anak yang tidak diharapkan,karna dia lahir dari kesalahan ibunya yang selingkuh dari ayahnya.
Tapi entah mengapa yang membenci Lina bukan ayahnya melainkan ibu yang melahirkannya kedunia.
Ibunya memang tak menyiksanya secara fisik tapi secara mental.Semenjak kepergian ayahnya ketika dia masih duduk dibangku sekolah dasar,kebencian ibunya semakin menjadi karna menurut ibunya itu kesalahan Lina,karna dengan adanya dia suaminya harus bekerja lebih keras dari sebelumnya.
Ya walaupun Lina itu bukan anak kandungnya sendiri tapi selama ada ayahnya ibu tak terlalu berani membentak Lina karna selalu ada yang membelanya dan melindunginya.
"Oh iya ibu aku belum ngabarin kalo aku mau pindah."Lina mengusap air matanya karna buku itu,dia meraih handphone yang berada disaku celananya.
Ditekan satu nomor disana yang bernama IBU.
"Ada apa Lina,ibu lagi sibuk nih langsung aja ada apa." ucap seorang wanita diujung telpon begitu telpon iti tersambung.
Lina sedikit menarik nafas untuk menangkan dirinya karna masih ada sedikit sisa tangisan disana.
"Iya bu maaf,besok Lina pindah rumah bu.Ibu akan nganter Lina kan besok."ucap Lina menjaga suaranya tetap tenang.
"Dadakan banget sih,ibu gak bisa.Ibu sibuk."ucap ibu Lina dengan nada ketus.
"Iya bu kalo gitu gakpapa ko.Kabar ibu gimana baik kan disana."tanya Lina mencoba menanyakan kabar sang ibu walaupun sudah tau akan apa jawabannya.
"Akh udah deh ibu baik disini.Tutup telponnya ibu lagi sibuk disini."
Tuutttt...tuuttt
Suara panggilan berakhir walaupun Lina belum menjawabnya.
Air matanya kembali tumpah begitu panggilan itu berkahir.Disaat seperti ini Lina tak punya siapapun untuk bersandar yang bisa dia lakukan hanya menangis.
"Haha katanya gak berharga tapi liat apa yang kamu lakukan sekarang Lina." ucap Reno dengan nada mengejeknya.
"Cuma buku buku gitu aja kamu tangisin.Lebay..." ucap Reno tak perduli dengan Lina yang menangis didepannya.
"Aku pergi dulu,semua yang ada diruangan kerja sudah aku kemas.Tapi bajuku belum,tolong ya.Oh iya aku gak bakal pulang dan besok akan ada orang yang bantu kamu untuk pindahan.Nanti alamatnya aku kirim lewat chat."ucap Reno panjang lebar yang sungguh tak memperdulikan Lina yang masih menangis berjongkok didepannya.