Reno dan Lina kini tengah berada ditaman kota untuk menikmati malam minggu.
Awalnya Reno mengajak Lina untuk makan diluar karna Reno sendiri yang masih lapar dan Lina yang terlihat marah.Dia sudah meminta Lina untuk memasak lagi tapi hasilnya nihil,Lina tetap tak mau karna alasan tak ada bahan bahan untuk dimasak.Padahal dikulkas masih ada ayam dan telur.
Jadi mau tidak mau Reno menawari Lina untuk keluar cari makan.Reno mengajaknya untuk makan direstoran tapi Lina menolaknya,Lina akan pergi jika mereka makan ditempat yang Lina tentukan.
Ingin Reno bersikap tega pada istrinya yang tengah marah itu,tapi dia urungkan karna dia ingat Lina yang baru makan beberapa suap bahkan lebih banyak nasi yang ia makan kerimbang Lina.
Reno menuruti semua kemauan Lina,Reno pikir Lina akan membawanya kemana karna Lina menolak menggunakan mobil dan mengajaknya jalan kaki.
Ternyata Lina hanya membawanya kedepan gedung apartemennya dan berjalan kaki sebentar menuju warung nasi pecel lele yang tak jauh dari gedung apartemen.
Sudah kedua kalinya Lina mengajak Reno makan diwarung nasi pinggiran jalan seperti ini.Yang pertama dipasar dan yang kedua disini.
"Kak Reno mau makan sama apa.."tanya Lina membuka pembicaraan diantara mereka yang sedari tadi tak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut keduanya.
"Apa aja yang penting enak.."Reno yang sedari tadi hanya terus mengikuti langkah Lina disamping senang karna sang istri masih ingat untuk mengajaknya bicara.
"Kakak gak keberatan kan aku ajak makan dsini."tanya Lina begitu dia sudah memesan.
"Nggak kok,lagi pula ini hal yang baru buat aku saat ini."Reno menampilkan senyuman diwajahnya,seakan memberitahu pada Lina dia tak keberatan dibawa ketempat makan sederhana seperti ini.
"Makan itu bagiku yang penting rasanya enak dan perut kenyang,mungkin definisinya akan beda bagi kakak."
"Ya aku bukan orang yang ribet untuk urusan makan kok Lina,aku juga sama yang penting perut sama lidah."jawab Reno lagi lagi dengan senyumannya.Membuat Lina terlihat sedikit senang karna jarang jarang Reno menunjukan wajah yang enak dipandang.
Setelah mereka menyelesaikan makan,Lina mengajak Reno untuk berjalan jalan sebentar ketaman kota yang tak jauh dari tempat mereka makan.
Sekarang mereka tengah duduk disalah satu bangku taman yang terlihat sangat ramai oleh para remaja yanh sedang memadu kasih maupun nongkrong bersama teman temannya.
"Nagapain kita kesini,emangnya kita ABG yang gak berduit pacaran ditaman kayak gini."celetuk Reno begitu ia sadar disekeliling mereka memang hanya ada para remaja.
"Haha kakak kali yang udah tua,aku masih ABG tau,umurku baru 22 tahun dan aku masih jomblo jadi aku ini remaja."jawaban Lina sukses membuat Reno sadar posisinya yang ternyata tak dianggap sebagai suami oleh Lina.
"Kasian deh jomblo,emang kamu gak punya gebetan atau siapa gitu yang lagi deket."tanya Reno seakan akan tak tau isi kontrak yang menjerat Lina.
"Pengen sih punya pacar,tapi aku sadar kok posisiku sekarang.Mungkin nanti aku akan punya."Lina menatap langit yang terlihat mendung seperti kehidupannya yang suram.
"Kenapa gak sekarang aja."Reno memancing Lina untuk mengetahui alasan kenapa ia sangat patuh akan isi kontrak itu.
"Haha kakak pasti berpikir aku tak berani melakukan itu pasti karna kontrak yang mengikatku,tapi walaupun kaka membebaskanku untuk menjalin hubungan aku akan tetap setia dengan status istri kontrakku."ucap Lina jujur.
"Status kita kan hanya diatas kertas dengan masa berlaku."Reno menatap Lina dengan serius mencari tanda tanda kebohongan diwajahnya,tapi yang terlihat hanya tatapan mata yang kosong entah pikirannya ada dimana.
"Ya itukan bagi kita beda dengan yang dilihat orang,bukannya aku memikirkan apa yang orang lain pikirkan.Tapi menurutku selingkuh itu apapun alasan seseorang melakukannya tetap saja itu adalah hal yang salah."wajah Lina terlihat serius tapi ada gurat kesedihan disana.
"Sepertinya kamu sangat paham akan apa itu penyesalan dari selingkuh,apa kamu pernah mengalaminya."Reno bertanya penih kehati hatian takut akan melukai perasaan istrinya yang sungguh jelas menggariskan raur kesedihan.
"Aku tidak pernah menjadi korban atau pun tersangka.Tapi aku adalah hasil dari perselingkuhan yang dilakukan oleh ibuku."ucapan Lina terdengar bergetar menahan tangis yang sebentar lagi akan pecah.
"Ibumu yang pernah berselingkuh,lalu ayah kandungmu."walaupun Reno tak tega melihat Lina yang terus mencoba menahan tangisnya dengan mengambil nafas dalam,tapi dia tak bisa berhenti bertanya karna rasa penasarannya.
"Aku nggak tau dia siapa dan dimana."jawab Lina dengan terbata bata karna tangisnya yang mulai pecah.
Reno merangkul Lina kedalam pelukannya memberi istrinya ruang untuk menangis sepuasnya didalam dekapannya.
Karna mereka sekarang tengah diruang publik,tak banyak yang bisa dilakukan Reno selain memeluk mencoba menyembunyikan tangisan sang istri dari khalayak umum.Dengan memeluknya saja sudah banyak mata yang melirik mereka dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.
"Akh,maaf ya ka..."Lina menyudahi tangisannya dan melepaskan pelukan Reno begitu ia sadar mereka sedang berada diruang publik.
"Gak apa,apa udah merasa lebih baik."Reno memandang serius istrinya yang tengah sibuk mengusap sisa air mata diwajahnya,entah mengapa Reno merasa banyak misteri dikehidupan istrinya yang tak ia tau,ya memang dia tak tau apa pun tentang kehidupan Lina yang telah ia nikahi satu tahun itu,tapi Reno tak menyangka kehidupan istrinya sepertinya banyak menyimpan misteri.
"Pulang yuk."ajak Lina begitu ia sudah merapikan wajah dan penampilannya yang berantakan karna ulahnya tadi.
Baru saja mereka berjalan beberapa langkah tiba tiba saja dari arah belakang.
"Lina Hastuti...."panggil seorang pemuda dengan lantang yang membuat langkah Reno dan Lina langsung terhenti.
Kalo suka mohon reviewnya kaka