"Kamu salah! Aku sedang bertindak sebagai partner yang sesungguhnya. Partner yang harus diakui keberadaannya. Bayi yang akan aku lahirkan perempuan. Jika pada akhirnya, aku hanya bisa melahirkan bayi-bayi perempuan, bagaimana kau bisa meneruskan estafet kepemimpinanmu pada putri-putri kita? Andai saat ini saja ibunya tidak diizinkan melihat apa-apa. Yang artinya putri kita tidak akan bisa mengajari apa pun?", sesuatu yang tidak bisa diprediksi tengah menyergap Mahendra. Menjadikannya tak bisa berkata-kata.
Pria ini masih terdiam. Dia belum menjawab ungkapan konfrontasi yang disuarakan istrinya. Tapi matanya fokus di sana, mengamati laci Nakas.
"baik, istirahat lah?" gumamnya lirih.
Dia membalik tubuhnya, lelaki bermata biru menginginkan istrinya merebahkan diri, kembali di atas ranjang.
Berusaha sabar, Membimbing dan mengarahkan.