"Bersemangat -lah nona. Ayo, makan yang banyak,"
Di hari berikutnya gadis ini bukannya kian pulih dia kian parah saja. Sebenarnya awal datang di tempat ini dirinya tidak benar-benar sakit, sayangnya perilaku pria yang enggan menemuinya membuat gadis ini makin pucat tak berdaya melawan rasa susahnya.
Aruna tidak tahu dan tidak mengerti mengapa Mahendra begini?
Dia hanya tidak tahu pria itu sedang membereskan ke bocoran video di ruang sidang yang belum juga tertemukan siapa bilang keroknya. Sambil menata hati, atas apa-apa yang akan terjadi. Memastikan apakah dirinya sanggup di tinggal pergi gadis itu lagi.
Bernegosiasi semacam mata pisau yang dimainkan, arahnya bisa ke mana saja. Bisa menggores salah satu dari mereka bahkan keduanya sekaligus, secara bersama-sama. Lebih klisenya bisa berhasil bisa pula gagal.
Ingatan pewaris tunggal ini terbang melintasi waktu menuju percakapan yang pernah terjadi antara dirinya dan kakeknya.