'Hendra, Aruna, Damar'
Berdiri dalam satu garis lurus.
Dimana sang gadis pembawa rona kemerahan berada tepat ditengah-tengah dua pria pada jarak yang sama.
"Aruna sebaiknya kita masuk terlebih dahulu". (setelah itu terserah kamu) Hendra mencoba menghentikan langkah Aruna. Gadis itu menoleh sesaat, terlihat ragu.
Sebelum akhirnya benar-benar pergi, berjalan menjauh, menuju laki-laki lain diujung sana.
"Huh". Hembusan nafas berat menjelma menjadi rasa sakit yang lebih dalam. Pukulan-pukulan yang tadi dilayangkan sang penakluk hati kini mulai menimbulkan rasa sakit. Hendra baru menyadari ada rasa memar di bagian wajahnya dan matanya masih berair.
Pria itu memejamkan mata sesaat. Bukan lagi rasa hangat yang menjalar di tubuhnya, ada ngilu yang berasal dari dada, sulit dijelaskan.
"Damar maaf...". Aruna menyentuhkan jemarinya pada lengan Damar.
Pemuda beraura khas itu tersenyum.