ดาวน์โหลดแอป
75.35% Kebencian Yang Penuh Cinta / Chapter 107: Weekend yang Labil

บท 107: Weekend yang Labil

Hari ini hari libur, jam menunjukkan pukul 7 pagi,, Kirana sedang mencuci mobil sambil bermain air bersama Raka di halaman rumah. Tawa Kirana dan Raka begitu lepas, tak akan ada yang bisa membantah kebahagiaan Kirana saat sedang bersama Raka.

Saat sedang asyik bermain, terlihat sebuah mobil yang tak asing memasuki halaman rumah, "maa, ada Papa" ucap Raka , Raka pun bergegas kearah Farhan yang baru keluar dari mobil. "Papaaaa" teriak Raka dan langsung berhambur kepelukan Farhan. Melihat itu Kirana berjalan mendekat ke arah Raka dan Farhan. "Raka, turun sayang, kamu basah, lihat tuh baju Papa jadi basah juga kan" ucap Kirana lembut ke Raka. "nggak apa2 kok,, Papa boleh ikut main nggak?" ucap Farhan ke Raka. "horeee, boleh donk paa" jawab Raka senang dan langsung turun dari gendongan Farhan, dengan cepat dia mengambil selang air dan dengan segera menyiram ke arah Farhan dan Kirana bergantian. Kirana yang awalnya canggung dan sempat berhenti karena ada Farhan , mau tidak mau kembali ikut karena dipaksa oleh Raka. Ketiganya pun hanyut dalam permainan Raka. Mereka terlihat seperti keluarga bahagia. Karena keasyikan bermain dan sudah basah kuyup, Kirana yang menggunakan baju putih dengan hijab hitam tak menyadari baju nya tembus pandang. Farhan yang saat itu menggunakan jaket dan melihat Kirana, dengan sigap melepas jaketnya dan memasang kan nya ke arah Kirana, meski diarea rumah namun itu berada diluar banyak orang yang akan lewat, Farhan tak ingin ada yang melihat itu dan mencemooh Kirana. "pakai ini, sebaik nya kita berhenti , kamu dan Raka sudah lama bermain air" ucap Farhan lembut seraya memasangkan jaket untuk Kirana. Kirana kaget tertegun dengan tindakan Farhan, 'yaa Tuhan, kehangatan apa ini, kenapa aku tak bisa menolak nya' batin Kirana seraya menatap ke arah Farhan, "Raka, udahan yaa sayang, nanti kamu masuk angin" ucap Farhan ke Raka. dan menyadarkan Kirana. "kamu mandi aja, biar aku yang mandiin Raka" ucap Farhan dan masuk kedalam rumah. Lagi lagi Kirana hanya diam membatu dan menuruti ucapan Farhan dalam hatinya.

~~~~~`~~~~~

Didalam kamar mandi pribadinya, Kirana mematut wajah nya yang merona alami didepan cermin, "yaa ampunn Kirana ada apa dengan mu, kenapa kamu bertindak lunak terhadap Farhan" gumam nya,, seakan ada dua sisi dalam dirinya

Kanan : dia berusaha memperbaiki kesalahannya Kirana, maaf kan lah dia

Kiri : hentikan Kirana, kamu mau disakiti lagi

kanan: maaf kan Kirana

Kiri : jangan bodoh, Raihan sudah datang saat ini

'byurrrrrr' Seketika nama Raihan kembali hadir diingatan nya, dia kembali mengingat kejadian di kantor Raihan kemarin. "bagaimana ini,?" gumam nya panik.

'bagaimana seandainya dia tahu Raka putra nya,?"

'bagaimana jika dia ingin mengambil Raka?'

'daann bagiamana perasaan Farhan?'

pertanyaan demi pertanyaan mengalir dipikiran Kirana, dan anehnya kenapa dia harus memikirkan Perasaan Farhan, "argghhhh kedua orang ini membuat ku gilaaa" ucap nya sedikit berteriak. Dia pun segera mengelirkan air dari shower nya agar kepala nya terasa dingin.

Kirana membutuhkan waktu hampir satu jam berada didalam kamarnya, baru lah dia keluar dan sudah mendapatkan seluruh keluarga nya dan Farhan di meja makan untuk sarapan.

Kirana mengambil posisi duduk disamping ayah nya, yang berhadapan dengan Raka dan Farhan. Kirana makan dengan tenang, dia kembali ke diri nya dingin dan tak perduli dengan Farhan, 'kendalikan pikiran itu mu Kirana, dia dan Raihan, tak akan bisa menembus kembali hati mu' , yaa hati dan pikiran Kirana terus beradu meski dia terlihat tenang.

"maaa, Kita jalan yukk sama Papa" ucap Raka menyadarkan Kirana dan membuat nya tersedak. "uhuukkkk, uhukkkk" dengan cepat dia meraih air putih disampingnya dan dengan susah payah menelan makanannya. "rakaa, jalan nya berdua sama papa aja yaa" ucap Farhan yang melihat reaksi Kirana. "kenapa sih mama nggak mau jalan sama papa?" pertanyaan itu tentu membuat semua yang berada di meja makan kaget, jika saja itu ayah, ibu, atau Yusuf yang menanyakan sudah pasti Kirana akan mengamuk, tapi ini Raka. Kirana menarik nafas untuk mengatur emosi nya. "Raka pilih mau jalan sama papa berdua atau nggak jalan sama sekali" ucap Kirana dingin, dan berdiri meninggalkan meja makan tanpa memperdulikan ekspresi Raka.

Dia sengaja tak melihat wajah Raka, karena itu akan membuat nya lemah dan menuruti permintaan Raka yang tak masuk akal itu.


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C107
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ