Aku baru menyadari aku tak memperhatikan keberadaan Zen hari ini karena terlalu sibuk dengan Astro. Aku mengedarkan pandangan di sekeliling, tapi tak mampu menangkap sosoknya di manapun.
Astro menarikku mendekat padanya. Aku menatapnya dan menyadari bahwa sepertinya dia juga tahu apa yang dilukis Zen adalah lukisan meja dan berang-barang milikku.
"Aku baru tau kalau dia bikin ini." ujarku panik.
"It's okay. Ga perlu kamu pikirin." ujarnya dengan tenang walau ada kekhawatiran di tatapan matanya.
Aku mengangguk. Aku akan membatalkan niat untuk meminta penjelasan pada Zen tentang lukisannya. Aku tak ingin membuat Astro khawatir dan membatalkan niatnya ke Surabaya hanya karena merasa cemburu.
Astro menarikku menjauh dari deretan lukisan dan mengajakku maju menuju band indie yang sedang dikerumuni oleh lebih dari empat puluh orang. Mereka baru saja selesai menyanyikan sebuah lagu yang disambut teriakan histeris murid-murid perempuan.