"Azka kamu melihat semuanya?" Ayudia bertanya sembari keduanya berjalan dengan bergandengan tangan. Suara Ayudia begitu lemah dan lirih.
Azka hanya mengangguk tanpa bicara. Dia sedih melihat Ayudia diperlakukan seperti itu. Padahal dirinya begitu mengaguminya. Terus mencarinya dalam kurun waktu yang lama.
Sementara Ayudia begitu sedih dan malu, perasaan itu tampak jelas pada roman mukanya. Belum lagi wajahnya memerah dan bengkak karena tamparan bertubi-tubi yang Tata berikan, membuatnya berkali-kali meringis kesakitan. Di sudut bibirnya masih terlihat sedikit bercak darah. Ditambah lagi, dia dipermalukan di tengah orang banyak, tentulah hal itu meninggalkan bekas luka yang mendalam di hatinya.
Saat keluar pintu restoran Azka melepaskan jaketnya lalu meletakkan ke pundak Ayudia. Sangat berguna menutup punggungnya yang terbuka.
Mereka menaiki motor pergi dari restoran itu. Azka mengajaknya pergi ke kedai jagung bakar. Dia sengaja memilih kedai yang sepi dari pengunjung agar mereka bisa bicara dengan nyaman.
"Kamu gak papa?" Azka bertanya dengan perasaan khawatir.
"Iya. Aku gak papa," ucap Ayudia penuh kesedihan. Dia merasa sangat malu di depan Azka.
Azka mengambil ponselnya. "Dion, aku di kedai jagung bakar, nih. Kamu bisa ke sini gak? Aku lagi sama Ayu sekarang. Dia lagi ada masalah."
"Ya, kami tunggu." Azka menutup panggilannya.
"Bentar," ucap Azka, dia berdiri mendekati pemilik kedai itu lalu meminta kain bersih dan es batu. Lelaki itu kembali ke kursinya, setelah sebelumnya menggeser kursi mendekati Ayudia.
Ayudia bingung, dia justru menggeser kursinya menjauhi Azka. Bukan berarti setelah Azka tahu siapa dirinya dia bisa berbuat seenaknya, menyentuh dirinya semaunya. Gadis itu merengut kesal.
"Aku cuma mau mengompres pipi kamu, kok." Azka memperlihatkan es batu yang sudah dibungkus kain. "Pipi kamu bengkak," ucapnya sambil memandangi wajah Ayudia dengan perasaan khawatir.
"Aku bisa sendiri." Ayudia menadahkan tangannya lalu Azka memberikannya kepada gadis itu.
"Kamu sama siapa di sana tadi?" tanya Ayudia kepada Azka.
"Aku sama temen. Lebih tepatnya bos sebenarnya. Kami ada kerjasama bisnis."
"Kamu liat semuanya?" Ayudia menundukkan wajahnya. Dia malu. Dia khawatir penilaian buruk Azka kepada dirinya.
Azka mengangguk pelan. "Aku udah lihat kamu sejak kamu baru datang dan duduk di sana tadi."
"Aaaah." Ayudia mengangguk lemah. Dia menggigit bibir sambil memejamkan matanya rapat-rapat.
"Terima kasih kamu udah nolong aku." Ayudia menundukkan wajahnya dalam-dalam.
"Gak papa." Azka tersenyum hambar sambil menghela napas panjang.
"Bentar," ucap Azka. Dia mengambil ponselnya yang berdering.
"Halo." Azka mendengarkan. "Oh, OK. Aku tunggu di tepi jalan," ucapnya sambil melangkah ke jalan raya.