Gelora 💗 SMA
Aku telah berpakaian seragam OSIS-ku. Rapih, segar dan bersemangat. Aku kembali ke dalam ruang kelas. Aku melihat sebagian teman-temanku duduk bergerombol di pojokan, mereka mengobrol sambil bercanda sehingga menimbulkan suara yang sedikit gaduh. Sebagian temanku yang lain sudah pergi ke kantin.
Entah, aku masih enggan untuk bergabung dengan mereka, aku lebih memilih untuk sendiri. Aku duduk di bangkuku, mengambil air mineral dari dalam tas sekolah dan meminumnya perlahan.
Pikiranku masih teringat pada peristiwa di kamar mandi. Aksi Akim yang konyol dan menyebalkan itu masih bermain-main dalam benakku. Heran, kenapa aku tidak bisa menghilangkan bayangan erotik tubuh telanjang Akim. Ahhh ... si nakal itu benar-benar meracuni isi otakku dengan kegilaannya.
''Poo ...'' Seseorang menyebut namaku, suaranya jernih dan mampu membuyarkan aku dari lamunan. Aku sedikit terperanjat. Aku tatap pemilik suara indah itu dan aku langsung merubah mimik wajahku ketika kedua mata ini menangkap bayangan sosok Randy. Aku senang karena bukan si jahil Akim.
''Randy ....'' ujarku pelan. Cowok berhidung mancung itu nampak tersenyum tipis, matanya yang berbinar memandangku dengan lebih seksama. Langkahnya tenang mendekati aku.
''Buat kamu ...'' Randy menyodorkan sebotol minuman isotonik ke tanganku.
"Terima kasih,'' jawabku.
''Aku tahu, kamu habis olah raga makanya aku bawain minuman ini.'' Randy duduk di sebelahku. ''Apa kamu lelah? Biarkan aku memijitmu!'' Tangan Randy mulai menyentuh pundakku dan perlahan memijitnya.
''Tidak usah, Ran ...''
Tapi Randy sepertinya tidak menghiraukan ucapanku, dia terus memijit pundakku dengan sangat lembut.
''Kamu sudah makan?'' tanya Randy. Aku menggeleng.
''Bagaimana kalau kita ke kantin bareng?''
''Ayo!'' Aku bangkit dari tempat dudukku, Randy mengikutiku.
Tanpa ragu tangan Randy merangkul pundakku, kemudian kita berdua jalan bersama. Tepat di depan pintu kami berdua berpapasan dengan Akim. Mata Akim agak melotot melihat kedekatan aku dengan Randy. Akim nampak tidak menyukai keberadaan Randy di sampingku. Tapi aku tidak peduli. Ada makna kekecewaan di raut wajah Akim meskipun dia tersenyum kepada kami tapi senyuman itu terihat dipaksakan.

''Siapa cowok itu?'' tanya Randy saat aku dan dia sudah agak jauh dari ruang kelasku.
''Akim ... dia teman sekelasku,'' jawabku.
''Ohh ...''
''Kenapa?''
''Tidak apa-apa ... Cuma dari cara dia menatap, sepertinya dia tidak menyukaiku.''
''Tidak usah dihiraukan ... dia kadang memang begitu, agak nakal, tapi sebenarnya dia baik.''
''Oh, gitu ...''
''Iya ... dia tuh konyol, kadang dia menggodaku. Menggrepe-grepe pahaku dan menyentuh burungku. Jahil banget, 'kan?''
''Apa ... jadi dia suka menggodamu, Poo?''
''Ya ... ''
''Kurang ajar!''
''Mungkin, dia cuma bercanda ... dia memang suka menggoda dan menggrepe teman-teman yang lain juga ...''
''Mulai saat ini aku tidak mau mendengar ada orang yang menggodamu, Poo ...''
''Kenapa?''
''Karena orang itu akan berurusan dengan aku!''
''Randy ...''
''Aku serius ...''
Mata Randy menatapku dengan pancaran mata yang tak kumengerti. Berapi-api seperti bara dalam sekam.
''Poo ... kalau ada apa-apa dengan kamu ... ceritakan saja padaku!''
''Iya, Ran ...''
''Aku tidak mau terjadi sesuatu pada kamu ...''
''Wah ... aku jadi merasa terlindungi ...''
''Poo ... aku rela jadi malaikat pelindungmu."
''Hehehe ... aku cowok, Ran ... aku bisa melindungi diriku sendiri.''
''Ya ... tapi kamu cowok antik, langka dan limited edition ... jadi perlu dilindungi."
''Hahaha ... kamu bisa aja, Ran!''
Aku tertawa, Randi juga. Aku sangat bahagia dan senang berada dekat dengan Randy.
''Udah, ah ... tidak usah bahas hal begini. Lebih baik kita segera ke kantin!''
''Oke!''
Aku dan Randy segera ke kantin dan langsung memesan makanan favorit di kantin tersebut. Bakso pelajar. Bakso kecil yang isinya telor puyuh. Aku menyukai bakso ini. Karena rasanya enak dan bergizi. Kamu harus coba! Hehehe ...