Ah, tiba-tiba masa itu seakan memaksa kembali di ingatan. Menciptakan sendu dan.. sedih mendalam.
Tidak ingin larut, ia kembali melihat bintang melalui teleskop. Di langit sebelah barat rasi Andromeda dan Lyra bersebelahan. Hanya berjarak satu bentangan tangan kalau dilihat. Ia masih ingat beberapa bentuk dan nama rasi bintang, seperti yang Davino sebutkan dulu. Apa-apa yang ia lihat dan jalani, selalu saja mengarah dan berakhir pada satu nama.
Davino.
Lamanda menghela napas. Angin bulan Desember mengusap wajahnya lembut. Sekarang sudah jam setengah tujuh. Dan ia belum membicarakan apapun dengan Alta karena lelaki itu masih sholat maghrib dan ia menunggunya disini.
Saat terdengar suara jendela yang digeser Lamanda menoleh dan mendapati Alta keluar. Wajah lelaki itu terlihat lebih segar dari sebelumnya ditambah rambut abu pekatnya sedikit basah dibagian ujung.
Alta menatap tajam Lamanda. "Gue nggak pernah ngijinin lo buat nyentuh barang-barang gue."