ดาวน์โหลดแอป
75% Summer and the Time Traveler / Chapter 6: Enam

บท 6: Enam

Paris, 6 Maret 2016

Selamat pagi semua! Atau biasanya salah satu teman dikelasku dulu mengatakannya dengan "Good Morning Sunshine!". Aku menengok kalender. Ternyata masih ada beberapa hari sebelum aku memulai sekolah di sekolah baruku. Sekolah baru dimulai di pertengahan Agustus nanti, dan aku harus menjalani beberapa tes akademik dulu untuk bisa langsung melanjutkan sekolahku ke kelas 2, karena aku pindah kesini sebelum menyelesaikan semester terakhirku di Indonesia. Dengan waktu sepanjang itu, masih cukup bagi anak seumurku untuk memetakan catacombs jika kumau.

"Apa yang akan kulakukan hari ini ya?" gumamku dalam hati. Satu-satunya yang aku tahu di kota ini hanya eiffel, dan si pangeran berkuda putih yang terlihat ramah itu, Steve. Aku tau dia pasti sudah khatam dengan kota ini, mustahil ia tidak punya hiburan disini yang bisa ia bagi kepadaku. Tapi apasih yang ada di pikiran anak orang kaya seperti dia. Pasti tak jauh dari berkumpul dengan genk pangerannya, menjelajahi Mall atau tempat bermain mahal lainnya, atau jika ia anak yang bebas, klub malam pasti sudah tak asing untuknya. Aku penasaran juga apa David Guetta sering mengisi hiburan di tanah kelahirannya ini, jika iya, mungkin aku akan menjadi anak nakal yang pergi ke klub malam sesekali untuk melihatnya saja. Aku tidak akan sampai teler semalam suntuk, aku tidak akan senakal itu.

Perang di pikiranku ini selalu tak berujung. Aku tidak bisa membuat keputusan bulat yang membuatku berakhir dengan mengikuti kemanapun kakiku melangkah di tanah baru ini. Tentu aku tidak kabur begitu saja dari rumah, Ibuku sudah tau aku pergi jalan-jalan sebentar meski ayah masih terlelap di kamarnya dan aku tidak ingin mengganggunya hanya untuk meminta izin.

Aku menghirup udara pagi kota paris. Hhh... sangat segar. Aku melihat beberapa orang sedang asyik berlari-lari kecil dengan setelan yang sangat sporty. Kalau di Indonesia, mungkin akan berbeda yang kulihat. Hanya gerombolan muda-mudi bermodal kaos dan tongsis, laripun tidak, hanya jalan lalu jajan. Di persimpangan jalan aku melihat pasangan yang sedang berciuman. Aku bukan iri, tapi apa yang kulihat hanya ingin membuatku muntah. Like "Hey! Kalian gaada tempat ciuman lain yang lebih terbuka dari ini agar semua orang melihat kalian?!". Ya tapi mau bagaimana lagi, mereka sudah dibutakan oleh cinta. Dan sebenarnya aku juga yakin, aku tidak mungkin bisa menahan hasrat dalam diriku nanti jika sedang dimabuk cinta seperti mereka. Menjijikan.

CKRIKK! Suara khas yang keluar dari kamera itu membuatku terkejut.

"Ahahaha Hai! Selamat pagi Hans! Jalan-jalan sendirian aja nih, ingin menikmati udara pagi?" kata seseorang di depanku. Pandanganku masih buram terkena flash silau dari kameranya yang pasti mahal itu.

Ternyata Steve yang telah menggangguku menikmati langkah pagi dan imajinasi yang sedang berjalan seperti biasa di otakku saat aku melamun ini. Sedang apa dia pagi-pagi seperti ini dengan kamera dikalungkan di lehernya dan sebuah buku kecil di kantung belakang celananya.

"Hei! Kau masih terkejut?" *sambil menjentikkan jarinya tepat di depan wajahku.

"Ohh Hai Steve! Selamat pagi! Ahaha iya aku bosan di rumah saja, sedang apa kau pagi-pagi seperti ini?"

"Wah bisa bosan juga ternyata. Kukira kau orang yang pendiam dan lebih suka melanjutkan tidurmu sampai siang bolong nanti ahaha. Biasalah aku suka menikmati pemandangan dengan memotretnya lalu kadang aku iseng aja corat coret di buku sketsa kecilku ini." jawabnya santai dengan wajah yang tak bisa berhenti tersenyum.

Sungguh mengejutkan bagiku saat mendengarnya. Steve ternyata berbeda jauh dari dugaanku. Ia terlihat mempunyai satu hobi denganku, menyukai ketenangan dan suka corat-coret. Ya walaupun yang bisa jemariku lakukan hanya menuangkannya dalam cerita, tak seperti jari-jari indah Steve yang bisa menciptakan keajaiban dari tinta hitam itu. Aku berdecak kagum saat Steve menunjukan isi dari buku di sakunya itu. Ia bilang ia suka menggambar, ia suka anime. Aku tak terkejut mendengarnya. Bahkan dia bercerita kepadaku beberapa pengalaman pribadinya yang juga berhubungan dengan gambar di sepanjang jalan. Rachma, ia juga menceritakan tentang gadis ini. Wajar dia sudah punya pacar. Tapi aku tidak berharap dia dengan mudah menceritakan hal-hal seperti ini kepadaku. Ia dan Steve dipertemukan dan disatukan lewat hobi menggambarnya ini. Katanya sih mereka satu ekskul di sekolah. Waktu itu Steve sedang iseng-iseng menggambar dibukunya sambil duduk di pojokan kelas, lalu sepertinya Rachma melihatnya. Klise, mereka berkenalan, ngobrol ini itu, mempunyai hobi yang sama, Steve membuatkan Rachma sketsa dari fotonya, lalu mereka jadian. Jika semua pertemuan dengan perempuan semudah itu, aku mungkin sudah mempunyai pacar di Indonesia dan tak memedulikan gadis misterius yang fotonya tiba-tiba muncul ini. Hhhhh...

Kami berjalan-jalan mengelilingi kota paris pagi hari. Ternyata Steve bukan serigala atau psikopat seperti yang kutakutkan, dia sangat baik.

"Oiya Hans, UN susah gak ya kira-kira?" tanya Steve.

"Loh memangnya kamu UN apa? Kita seumuran kan?"

"Ahaha tidak, aku satu tahun lebih muda darimu, bulan depan aku UN nih."

"Astaga kukira kita seumuran, semua ujian kalo kau mau belajar mudah kok. Apalagi kau punya Rachma, kau bisa ajak dia belajar bersama sesekali."

"Ah Rachma mah sudah pintar, malu aku nanti kalo ketauan belum bisa apa-apa."

"Ahaha justru kalo dia lebih pintar darimu pasti kamu bakal enak belajar sama dia. Gak perlu malu la, bisa jadi ia malah senang melihatmu semangat belajar. Kalo masih bingung kau bisa bertanya kepadaku, inshaallah aku bisa bantu." Kataku sok tau, aku kan tidak tau apa-apa tentang wanita.

"Iya juga sih, baiklah akan kuajak ia belajar bersama nanti. Hehehe thanks Hans, mohon bantuannya ya.."

"Iya tenang saja, kau ingin lanjut kemana?"

"Kudengar kau akan bersekolah di Delta, mungkin aku juga akan kesana menggantikan kakakku ahaha."

"Kakakmu? Kau punya kakak?"

"Iya, tahun ini dia lulus dan lanjut kuliah di Manchester, jadi wajar saja jika kau tidak melihatnya kemarin, ia sudah mulai sibuk akhir-akhir ini."

"Owhh pantes aja, tenang saja kau pasti bisa kok, aku tunggu kau di Delta ya."

Akhirnya hari itu aku menghabiskan waktu dengannya sepanjang hari. aku menemaninya hunting foto pemandangan. Lalu sekali lagi aku diajak ke rumahnya dan bersantai di gazebo tamannya. Di sana aku hanya tidur-tiduran seperti kucing sedangkan dia selalu bermain dengan drawing pen dan buku sketsanya itu.

Tiba-tiba terpikirkan suatu ide cemerlang di otakku yang mungkin akan sangat asik untuk kulakukan bersama Steve.

"Hey Steve, aku punya sebuah ide menarik dan sebuah request untukmu nih."

"Apaan tuh?"

"Aku tiba-tiba kepikiran, kan aku hobi menulis dan aku sedang berencana untuk mengembangkan tulisanku menjadi novel, kau bisa membuatkanku desain covernya kan?"

"Ahaha itumah mudah, kasih tau aja nanti konsep dan cerita novelmu apa, mudah-mudahan nanti otakku sedang encer untuk membuat desainnya, lalu ide menariknya?"

"Kau kan suka Anime, aku suka membuat cerita, kenapa tidak kita gabungkan saja kedua hobi kita ini, kita iseng-iseng bikin komik. Bagaimana?"

"Wah benar juga! Asik tuh sepertinya. Mau! Mau!"

"Nays, yasudah ayo kita pikirkan mau bikin komik apa nih."

Tanpa pikir panjang, aku dan Steve langsung satu pikiran untuk membuat komik petualangan, seperti One Piece atau Naruto, semua orang suka genre komik seperti itu. Jadi aku yakin komik yang kami buat juga akan disukai banyak orang. Semoga ini akan menjadi sesuatu yang spesial.

...............

Hari sudah semakin senja, kuputuskan untuk pamit pulang. Sepertinya sudah cukup untuk hari ini. aku pamit ke Steve, ia mengantarku ke depan pagar lalu berbasa-basi menyuruhku sering-sering datang ke sana. Kebetulan orang tuanya belum pulang dari tempat kerja mereka. Aku tak menyesal sudah menemaninya Home Alone hari ini, walaupun sepertinya ia juga sudah terbiasa sendirian di rumah bak istana ini. Sebagai penakut aku tak bisa membayangkan diriku ada di posisinya. Mungkin aku akan menyalakan seluruh lampu di rumah, tak akan kubiarkan ada satu sudut kecilpun yang tak tersorot cahaya, lalu aku akan diam menonton tv di ruang tengah seharian. Ruang tengah, ruang paling aman untuk kabur jika rasa takut sudah menyelimutiku.

...............


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C6
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ