ดาวน์โหลดแอป
71.87% OVERLORD INDONESIA / Chapter 184: Mendekati Akhir

บท 184: Mendekati Akhir

"Jangan meremehkanku, lizardmen!"

Tiga anak panah cahaya tiba-tiba terbang ke arah Zaryusu dari tubuh Iguvua. Anak panah cahaya yang muncul tanpa tindakan persiapan atau isyarat apapun membuat Zaryusu harus menahan mereka dengan pedangnya karena refleks, tapi anak panah magic yang menembus senjatanya dan mengenai tubuh Zaryusu, memberikan luka yang tumpul.

Ini adalah 'Silent Magic: Magic Arrow'. Silent Magic tidak memerlukan tindakan persiapan apapun. Jadi dia tidak bisa diganggu ketika akan diaktifkan. Bukan hanya itu, Magic Arrow juga adalah tipe mantra yang hanya bisa dihindari, jadi Zaryusu juga tidak bisa menghindarinya.

Zaryusu menggeretakkan gigi-giginya dan menebas Iguvua dengan Frost Pain.

"Ughh! Dasar makhluk rendahan! Kamu cuman seorang manusia kadal!"

Magic Arrow mungkin tidak bisa dihindari, tapi damage yang ditimbulkan juga rendah. Bagi seseorang yang telah melalui latihan keras seperti Zaryusu, dia tidak selemah itu sampai-sampai tidak bisa bertarung hanya karena damage magic yang sekecil ini.

Magic Arrow menyerang Zaryusu sekali lagi, luka tusukan menembus jantung dan semangatnya. Zaryusu menahan luka yang menyakitkan dan menyerang balik.

Setelah beberapa kali serangan, gerakan Zaryusu menjadi semakin tumpul. Luka tajam menghalanginya membuat gerakan lincah, yang mana sangat berlawan dengan undead yang tidak tahu luka apapun.

Iguvua dan Zaryusu yang mengerti poin ini membuat ekspresi yang benar-benar berbeda.

Yang lemah roboh dan yang kuat akan berdiri, itu adalah hukum alam di dunia. Hasil dari pertarungan satu lawan satu antara keduanya menjadi jelas. Tapi ini adalah kenyataan pula bahwa gabungan dari yang lemah akan memberi mereka peluang untuk setara dengan yang kuat.

"[Middle Cure Wounds!]"

Luka Zaryusu menghilang dengan suara ini dan memperoleh vitalitasnya sekali lagi.

Iguvua yang tenang akhirnya marah karena mantra penyembuh yang datang dari belakang dan berteriak:

"Lizardmen sialan!"

Zaryusu yang bertarung bersama-sama dengan teman yang dia percayai. Crusch, Zenberu dan-

"Rororo... Aku takkan kalah!"

"Dasar bodoh... Bagaimana mungkin aku, yang merupakan ciptaan dari Supreme Being bisa kalah?! Bodoh sekali!"

Iguvua menatap ketiga lizardmen dengan matanya yang berbisa. Dia tidak menggunakan magic summoning apapun karena undead yang dia summon sebelumnya masih ada. Selamat undead itu masih ada, dia tidak bisa menambah lagi dengan yang baru. Oleh sebab itu, Iguvua melanjutkan dengan merapal Silent Magic: Magic Arrow sementara Zaryusu menebas tubuh Iguvua - pertarungan monoton ini terus berulang.

Rasanya seakan pertarungan ini takkan pernah berakhir.

Kalau begitu, tugas untuk menghancurkan jalan buntu ini berada pada yang ada di belakang mereka. Ketika satu sisi menerima bala bantuan, pertempuran akan diselesaikan dalam sekejap.

Baik Zaryusu dan Iguvua yakin akan hal itu.

Menahan luka dari serangan petir yang menjalan di tubuhnya, Crusch berhasil melewatinya dan merapalkan 'Summon Beast Tingkat 3'.

Dengan suara 'dong', seekor kepiting raksasa dengan besar sekitar 150 cm muncul - seekor kepiting dengan capit kanan yang besar.

Kepiting tersebut muncul seakan telah menunggu dibawah wetland selama ini, tapi kepiting itu sebenarnya adalah hewan buas alam yang dipanggil dengan 'Summon Beast Tingkat 3'.

Hewan buas alam itu maju ke arah Zenberu dan memukul Skeleton Warrior dengan capit yang terlalu besar.

Zenberu yang menerima bala bantuan yang tidak diduga kemudian tersenyum. Bagi Zenberu yang harus menahan serangan yang datang dari seluruh sisi dan melindungi Crusch, dia lega menerima bantuan.

"Hey! Kepiting aneh! Aku akan menyerahkan mereka berdua kepadamu!"

Kepiting itu menerima tugasnya, kepiting raksasa - menggenggam dengan disertai suara gemeretak, mengayunkan capit yang lebih kecil dan bergerak ke arah skeleton warrior.

Bagaimana mengatakannya... Situasinya mungkin serius... tapi keduanya sangat mirip.

Crusch berpikir tentang sesuatu yang tidak seharusnya dia pikirkan saat ini dan tersenyum. Namun dia langsung menghentikan senyumnya dan mengamati pertempuran, mengatur nafasnya dengan menghirup nafas dalam-dalam.

Dia telah memberi mantra buff pertahanan dan magic healing kepada Rororo ketika mereka kemari. Dia juga sudah memberikan mantra buff untuk mendukung Zenberu, melebihi batas dirinya.

Penggunaan mantra yang terus-terusan dan ditambah magic summoning telah membuat Crusch kelelahan, dia bahkan tidak bisa berdiri dengan tegak sekarang.

Dia bahkan tidak memiliki energi untuk menyembuhkan diri. Menganalisa dengan tenang, Crusch memutuskan bahwa manfaat dirinya sebagai petarung menurun dan menyembuhkan diri hanya membuang-buang mana.

Namun begitu, itu akan membuat Zaryusu dan Zenberu yang sedang bertarung di garis depan tidak enak jika dia roboh. Darah yang mengalir diri sudut bibir Crusch saat dia menggigit bagian dalam mulutnya untuk membuat dirinya tetap sadar.

"「Middle Cure Wounds」!"

(Penyembuhan luka kelas menengah!)

Mantra healing yang terbang ke arah Zaryusu yang sedang terkunci dalam pertarungan melee dengan Iguvua.

Kaki Crusch telah kehilangan kekuatan dan pandangannya bergoyang. Dia bisa merasakan sensasi air di seluruh kulitnya.

Crusch tidak mengerti apa yang terjadi, mengapa dan kapan dia roboh ke lumpur.

Tapi dia langsung mengerti bahwa dia tidak menderita luka baru, jadi dia mungkin tidak sadar sesaat.

Crusch merasa lega, bukan karena dia masih hidup, tapi karena dia masih bisa bertarung.

Dia tidak memaksa diri untuk berdiri. Tidak, dia tidak memiliki energi untuk melakukannya, jadi dia memutuskan untuk menyimpan tenaganya.

dalam pandangannya yang kabur , dia bisa melihat Zaryusu dan Zenberu yang sedang bertarung. Punggung dari teman-temanya selama waktu yang singkat mereka bersama. Zenberu yang sedang bertarung dengan empat skeleton warrior dan Zaryusu yang sedang menahan serangan magic Iguvua diselimuti oleh luka.

Crusch mengatur pernafasannya dan merapalkan mantranya.

"「Middle Cure Wounds」!"

Dia menyembuhkan luka Zenberu.

"「Middle Cure Wounds」!"

Dia menyembuhkan luka Zaryusu.

"Huff, huff."

Crusch sangat terengah-engah.

Tapi pernafasannya masih belum stabil, dia merasa udara tidak lagi masuk meskipun dia bernafas sekeras-kerasnya.

Ini mungkin adalah gejala dari kehabisan mana. Dia merasa getaran kepala pusing yang keras. Namun, Crusch bekerja keras untuk membuka matanya.

Mereka sudah berkorban banyak untuk perang ini, bagaimana mungkin dia akan menjadi yang mundur dari medang perang.

Crusch menggunakan seluruh kerja kerasnya untuk membuka mata dan merapalkan mantra.

"「Middle Cure Wounds」!"

----

Zenberu menghantam tengkorak Skeleton Warrior dengan tinju yang terkepal. Sensai dirinya yang sedikit membuat lekukan berubah menjadi tengkoran yang hancur. Selanjutnya, dia telah membunuh seorang Skeleton Warrior.

"Itu yang kedua, Huff... Han."

Dia menghembuskan udara dari tubuhnya untuk mencoba menekan rasa lelah bersama dengan itu, dan menatap Skeleton Warrior yang tersisa. Kepiting yang dipanggil oleh Crusch sudah tidak ada lagi. Zenberu hanya berhasil mengalahkan keduanya berkat kepiting yang tadi menangkis kedua musuh.

Dia bisa bertahan karena dukungan Crusch.

Sisa dua lagi. Setelah itu hanya akan tersisa Iguvua.

Melenturkan tangan kanannya yang tebal, Zenberu memastikan bahwa tangannya masih bisa digerakkan.

Lengan kirinya terluka parah dan tidak bisa mengeluarkan tenaga. Zenberu telah menggunakan lengan kirinya sebagai perisai sedikit terlalu berlebihan. Dia menatap lengan kanannya yang lemas.

"Lupakan, anggap saja memberikan handicap kepada mereka."

Zenberu menatap musuhnya yang menjengkelkan. Dia mencoba untuk menggerakkan lengan kirinya, tapi luka yang merambat ke seluruh tubuh bukanlah yang dia harapkan ketika menggerakkan jari-jarinya.

Ini bukan apa-apa. Seorang teman terus menyerang bahkan setelah kepala-kepalanya menjadi beban. Aku, Zenberu, tak ingin diejek oleh mereka.

Zenberu mengerti seberapa kuat Skeleton Warrior setelah bertarung melawan mereka. Dua Skeleton Warrior saja bisa bertarung setara dengan Zenberu. Begitulah seberapa kuat mereka.

Jika dia menghadapi keempatnya di waktu yang sama, peluang menang akan sangat tipis.

Terima kasih, kepiting raksasa. Aku tidak akan memakan kepiting lumpur untuk waktu yang sangat lama sebagai rasa terima kasih.

Setelah mengucapkan terima kasih kepada makanan yang digemarinya, Zenberu mengalihkan nafsu membunuhnya kepada dua Skeleton Warrior yang mendekat.

Dia mengepalkan tinjunya.

Aku masih berdiri, aku masih bisa bertarung.

Sejujurnya, Zenberu terkejut dia masih bisa terus bertarung.

"Berhentilah memikirkan hal-hal yang bodoh."

Hanya ada satu alasan.

Zenberu mengejek dirinya yang dulu.

Di belakang Skeleton Warrior adalah punggung Zaryusu. Figur yang tidak mundur selangkahpun sambil menghadapi makhluk yang kuat Iguvua.

"Punggung itu benar-benar lebar..."

Benarkah...

Zaryusu, Crusch dan Rororo. Kita bertarung bersama selama ini, itulah kenapa aku masih bisa terus.

"hey hey Zaryusu, kamu sudah terluka di seluruh tubuh. Apakah kamu berada dalam keadaan yang lebih parah daripada ketika kamu melawanku?"

Zenberu mengirimkan Skeleton Warrior terbang dengan lengannya yang besar, dan menggunakan lengan kirinya untuk menghadang Scimitar dari Skeleton Warrior satunya.

Tapi dia gagal untuk menangkis pedangnya, yang mana membuat luka yang lain di perutnya. Itu adalah tempat yang disembuhkan oleh Crusch dengan magic.

"Crusch sudah memikul beban yang berat, dan sekarang kamu melakukan ini."

Dia disembuhkan oleh mantra healing Crusch sekali lagi dan luka itu tertutup pelan-pelan. Zenberu tidak berputar untuk melihat ke belakang, tapi suara Crusch datang dari dekat permukaan air. Mudah sekali membayangkan postur macam apa yang sedang dia tunjukkan sambil merapalkan mantra. Namun begitu, dia tidak berhenti merapalkan magicnya.

"....Dia adalah wanita yang bagus."

Jika aku mendapatkan istri, seorang wanita seperti itu akan sangat hebat.

Zenberu yang sedang berpikir seperti itu merasa iri dengan Zaryusu.

"Aku tidak ingin menjadi yang pertama roboh dan menjadi bahan tertawaan."

Menipu dengan lengan besarnya, dia menyerang dengan ekornya. Zenberu tertawa. Aku lebih tua dari mereka berdua.

Dua Skeleton Warrior itu bersembunyi di balik perisai mereka dan mendekat. Perisai yang menahan pandangan Zaryusu, mengeluarkan emosi yang kuat dari dalam diri Zenberu.

"Jangan menghalangi jalan! Aku tidak bisa melihat punggung orang yang menakjubkan seperti ini!"

Zenberu berteriak dan maju menyerang-


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C184
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ