Didalam Rindangnya Hutan Belantara Sierra dikejutkan oleh kemunculan pasukan Khorkan yang tiba-tiba menyergapnya.
Ia melawan dengan sekuat tenaga, dan salah satu dari Pasukkan tersebut berkata"Nona ini kami.. Tenanglah.. "
Mereka pun melepaskan Sierra dengan Perlahan dan Sierra berbalik badan serta berkata,"Apakah ayah mencariku?.. " Tanya Sierra.
Mereka hanya diam dan tidak dapat menjawab pertanyaan Sierra.
"Sekali lagi kutanya, apakah kalian dari Pasukkan Kerajaan? " Tanya Sierra.
"Sierra sudah cukup kau melakukan ini" Suara Crigia menggema bersamaan dengan munculnya beberapa orang pengawal.
Sierra tak dapat berkata apa-apa dan hanya diam menatap Crigia yang semakin mendekat dengan Tatapan Tajam menusuk.
Ketika Crigia mulai mengangkat tangannya Sierra hanya menutup mata namun bukannya hendak menampar melainkan untuk menepuk kepala adik kecilnya.
"Aku faham situasi ini dan kurasa kita perlu berbicara lagi dengan benar, dan aku akan mengusahakan Agar Ayah tidak menginterupsi pembicaraan kita" Ucap Crigia dengan lembut.
"Kakakmu benar Sierra Aku akan melindungimu dari Paman Natak setibanya disana" Sahut Bastille yang muncul dari Tank.
"Tapi apa keperluan kalian disini" Jawab Sierra dengan isak tangis.
Crigia pun memeluk erat Sierra dan berkata dengan perlahan"tenanglah... Tenanglah... Aku tau kau sedih namun kau tidak perlu menyembunyikan semua ini dan menyalahkan dirimu sendiri, "
"Aku tau kau sedih karena kematian dari orang yang kau cintai namun bukan ini jalan yang harus kau tempuh, kau rela menjadi buronan karena dibutakan oleh cinta, aku hanya ingin melindungimu, dan sejak pesta itu aku sudah sadar akan kehadiran dari kedua orang Horns. Namun aku tidak mau bergerak lebih karena aku yakin kita bisa mengambil jalan tanpa kekerasan. "Ucap Crigia.
" Aku takut kau akan mengeksekusinya, ketika melihatku bersamanya "jawab Sierra dengan Lirih.
Crigia pun semakin memelui erat adik kecilnya sesembari mengecup kening dan mengelus kepalanya.
Bastille yang melihat hal tersebut langaung memerintahkan pasukan agar berjalan terlebih dahulu dan meninggalkan lokasi bersama dengan beberapa pengawal.
Sierra pun menegakkan kepalanya dan berkata "darimana kau tau berita tentang hal itu? "
"Ayah memerintahkan seluruh pasukkan untuk mencarimu termasuk ke markas Horns lalu terjadi sedikit perdebatan dan Pimpinan mereka memberikanku surat yang berisi dokumen dan foto eksekusi" Jawab Crigia.
"Apakah kau membawa dokumen itu? " Tanya Sierra.
Bastille pun merogoh dalam bajunya dan mengeluarkan sebuah dokumen dan memberikannya kepada Sierra.
Ketika Sierra hendak membuka dokumen tersebut tangan Crigia menahan Tangannya dan menggelengkan kepala seolah berkata bahwa bukan saatnya melihat hal tersebut.
Sierra yang faham maksud darinya pun menyimpan dokumen itu ke dalam pakaiannya.
"Baik sekarang saatnya pulang, sebaiknya kita berdua perlu membicarakan hal ini sebelum menghadapi paman Natak. " Ucap Bastille sembari meregangkan badannya.
"Kurasa jika hal ini menjadi perdebatan kembali aku akan membelot dan bergabung dengan mereka" Jawab Crigia.
"Hey hati-hati dengan ucapanmu" Balas Bastille.
Mereka pun berjalan menyusuri hutan menuju markas besar Khorkan.
Dilain Sisi..
Rapat dadakan pun diadakan oleh Horns bersama para petingginya yang dihadiri oleh Charlie namun dalam hal ini George seorang wakil tidak hadir dan hanya menyisakan beberapa pemimpin di dalam ruangan.
"Perhatian kumohon tenanglah!!, Jendral akan menyampaikan beberapa pesan" Teriak Kara yang membuat Hening Seisi Ruangan.
"Ahemm... Kurasa kita perlu meningkatkan pertahanan di beberapa tempat, bukan begitu Charlie? " Ucap George sembari melirik.
"Ya.. Itu benar beberapa tempat dari wilayah kita sudah mulai diketahui oleh musuh aku memerintahkan Kepala Staff untuk mengatur penempatan personel. " Ucap Charlie.
"Jendral Kurasa kita memerlukan bantuan dari pasukan hantu merah untuk berjaga" Celetuk Salah Seorang Pemimpin Pasukan.
"akan kupikirkan mengenai hal itu sekarang waktunya kembali ke pekerjaan kita dan kalian para artileri kuminta untuk bersiaga di beberapa titik"Jawab George.
"Siap Jendral"Jawab Lous.
seluruh orang yang hadir pun satu persatu meninggalkan ruangan menyisakan Charlie dan George.
Charlie pun menundukkan kepalanya serta memukul wajahnya dengan sangat keras yang membuat George sedikit terkejut.
"jika kau ingin menggila sebaiknya kau lakukan diluar biar pasukan melihat kondisimu yang menyedihkan"Ucap George.
"George aku tidak tau lagi apa yang harus ku lakukan kedua orang yang ku percayai serta cucuku sudah hilang"Jawab Charlie.
"aku tau ini berat namun kedua orang yang kau maksud mereka mengirimkan beberapa informasi"Balas George.
Charlie pun menatap George dan memberikan isyarat bahwa ia mengerti.
Di dalam Markas Khorkan Sierra bersama Dengan Crigia, Bastille serta beberapa pasukan lainnya mulai mendekati markas besar Khorkan.
Di depan pintu gerbang mereka disambut oleh Beberapa pasukan yang berjaga yang siap mengawal mereka masuk ke dalam.
Salah seorang penjaga pun mendekati mereka dan berkata "berhenti dan tunjukkan identitas kalian. "
"Hei... Apakah aku kurang meyakinkan bagimu? " Celetuk Crigia dengan wajah menakutkan.
"Trttttt.. Ttiddak tuan Emmm.. Maksudku Letnan.. " Jawabnya dengan terbata-bata karena ketakutan yang menyelimuti nya.
Kemudian Crigia pun melenguhkan nafasnya seraya memegang kepalanya sembari berkata "Heeeuuhhh.. Kurasa Ayah sudah keterlaluan memperlakukan kalian seperti ini. "
Crigia pun menunjukan kalung keluarga Khorkan dan dipersilahkan masuk bersama dengan Sierra dan Bastille sementara iring-iringan pasukan dibelakangnya langsung berpencar ke beberapa sudut sembari mengikuti prosedur pemeriksaan.
Di depan pintu masuk menuju istana mereka bertiga bertemu dengan Natak yang memang sudah memiliki niat untuk menunggu sejak berita ditemukannya Sierra.
Melihat hal itu Sierra pun menundukkan pandangannya dengan ketakutan seolah berhadapan dengan seekor singa yang siap melumat habis dirinya.
Sementara Crigia dan Bastille menatap tajam ke arah Natak.
Natak pun melangkah masuk kedalam sembari berkata "bersihkan semua kekacauan ini. "
Crigia dan Bastille pun hanya tersenyum sembari memandang satu sama lain.
Kemudian mereka bertiga pun masuk kedalam dengan perasaan campur aduk.
Sesampainya didalam Sierra langsung pergi ke kamarnya dan Crigia mengikutinya namun setelah sampai di depan pintu kamar Sierra langsung masuk dan mengunci pintunya meninggalkan Crigia di depan pintu seorang diri.
Lalu Crigia pun mengeluarkan sebatang rokok dan membakarnya dengan korek yang berada disaku bajunya sembari bersandar di depan pintu.
Hembusan tiap hembusan membuatnya merasakan ketenangan dan ia pun berkata "kau masih marah padaku? , aku mungkin telah membunuh banyak orang namun ingatlah aku melakukannya demi untuk melindungi dirimu dan keluarga ini, "
Tanpa ia sadari Sierra menguping dari balik pintu mendengar secara seksama apa yang ia katakan.
Di dalam kamar, Sierra merenung. Sebagai seorang anak dari pasukan Khorkan, ia merasa terjepit antara rasa takut dan cinta yang membara. Ia tahu Crigia melakukan semua itu untuk melindungi dirinya dan keluarga mereka, namun sekaligus juga merasa takut akan konsekuensi yang mungkin terjadi.
Di luar, Crigia masih berdiri di depan pintu kamar Sierra, merokok dan merenung. Rasa penyesalan dan kekhawatiran tampak jelas di wajahnya. Ia tahu apa yang telah dilakukannya mungkin telah melukai adiknya, namun ia juga tahu bahwa itu semua dilakukan demi melindungi keluarga mereka.
Sementara itu, di dalam markas besar Khorkan, suasana semakin tegang. Natak tampak marah dan frustasi dengan keadaan yang terjadi. Ia berjalan bolak-balik di ruangannya, memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Di sisi lain, Bastille tampak tenang. Ia duduk di sudut ruangan, memandangi Natak yang tampak gelisah. Ia tahu bahwa situasi ini mungkin akan berubah menjadi lebih buruk, namun ia juga tahu bahwa mereka harus tetap tenang dan berpikir jernih.
Kemudian, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Seorang pelayan masuk membawa sebuah pesan. Natak segera meraih pesan tersebut dan membacanya. Ekspresinya berubah, tampak terkejut dan marah. Ia memandang Bastille, lalu pergi meninggalkan ruangan dengan cepat.
Bastille hanya tersenyum tipis. Ia tahu apa yang sedang terjadi. Ia bangkit dari tempat duduknya dan pergi menuju kamar Sierra. Ia tahu bahwa ia harus berbicara dengan Sierra, membicarakan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.
Sementara itu, di dalam kamar, Sierra masih merenung. Ia mendengar suara pintu yang dibuka dan menoleh. Matanya membesar ketika melihat Bastille berdiri di depan pintunya.
Ia tahu bahwa saat ini adalah saat yang paling krusial dalam hidup mereka dan ia harus membuat keputusan yang tepat.
"Aku tidak tahu lagi apa yang salah kak?, aku sudah putus asa dan tidak mau menerima kenyataan ini Pria yang kucintai telah dieksekusi mati oleh pasukannya akibat bertemu denganku" Tangis Sierra pecah seiring memeluk Bastille dengan erat.
Sementara itu Crigia hanya mendengarkan percakapan tersebut di dekat pintu.
Mendengar tangisan dan ungkapan putus asa dari adiknya, Bastille merasa hatinya teriris. Ia memeluk Sierra, berusaha memberikan kenyamanan meski ia sendiri merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.
"Coba tenangkan dirimu, Sierra. Kita akan mencari cara untuk menyelesaikan ini," ujar Bastille, berusaha menenangkan Sierra.
Sementara itu, Crigia merasa penyesalan mendalam. Ia merasa bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi. Ia tahu bahwa ia harus berbicara dengan Sierra, menjelaskan segala hal dan meminta maaf.
Dengan langkah berat, Crigia mendekati Sierra dan Bastille. Ia menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk menghadapi adiknya. Ia tahu bahwa ini mungkin akan menjadi pembicaraan yang paling sulit dalam hidupnya.
Crigia menghampiri Sierra dan Bastille, menunjukkan keberanian yang belum pernah dia tunjukkan sebelumnya. "Sierra, kita perlu bicara," katanya dengan suara yang lembut namun penuh penyesalan. Sierra terdiam, menatap kakaknya dengan mata yang masih basah oleh air mata.
Crigia kemudian menjelaskan segala hal yang telah terjadi, termasuk alasan di balik eksekusi pria yang dicintai Sierra. Dia menceritakan bagaimana dia berusaha melindungi Sierra dan kerajaan mereka dari ancaman yang lebih besar. Meski pahit, Sierra mendengarkan dengan hati yang berat.
Setelah Crigia selesai menjelaskan, dia meminta maaf kepada Sierra. "Aku minta maaf, Sierra. Aku tahu apa yang aku lakukan telah menyakitimu. Tapi percayalah, aku melakukannya semua demi melindungimu," ucap Crigia.
Sierra terdiam, mencoba mencerna semua yang baru saja dia dengar. Dia merasa marah, sedih, dan bingung. Namun, dia juga merasa lega karena akhirnya mengetahui kebenaran.
Dalam keheningan itu, Bastille berdiri dan berjalan pergi, meninggalkan Crigia dan Sierra untuk membicarakan masalah mereka. Dia tahu bahwa ini adalah masalah yang harus mereka selesaikan sendiri.
Setelah pertemuan yang emosional itu, mereka semua berusaha untuk melanjutkan hidup mereka.
Pada akhirnya, mereka belajar bahwa cinta dan pengorbanan adalah dua sisi dari koin yang sama. Dan terkadang, untuk melindungi orang yang kita cintai, kita harus membuat keputusan yang sulit.
cinta tanpa pengorbanan itu konyol