Amora sekali lagi mengaca sebelum masuk ke ruangan Rendi. Ia mengetuk pintunya dengan mesra seakan lagi membelai pemilik ruangan itu. "Masuk!!" Suara Barito khas suara Rendi ga sesuai banget sama wajahnya yang imut-imut. Pria dewasa tapi wajahnya imut-imut membuat Ia ingin nyubit. Amora membuka pintu dengan anggun lalu berjalan seakan di atas catwalk sambil senyum-senyum menggoda. Rendi menatap dengan heran. Semakin lama Ia melihat Amora Ia merasa Amora semakin bertingkah aneh.
"Makan siang, Pak" Katanya sambil terus tersenyum manis umpama sekuntum bunga yang tebar pesona agar Sikumbang mau hinggap di kelopaknya yang Indah. Ditangannya terdapat baki yang berisi makan siang untuk Rendi. Lalu baki itu disimpan dengan sangat sopan di depan Rendi.
"Apa kamu habis menang Arisan?" Kata Rendi sambil membuka penutup makanannya penuh minat. Ia sudah kelaparan setengah mati.
"Iya Pak?? Memangnya kenapa? Maksudnya apa ya, Kho saya tidak mengerti?"
"Dari tadi kamu senyum-senyum sendiri"
"Oh itu he..he..he...eheum.." Amora batuk-batuk kecil. Sialan Ia senyum-senyum menggoda malah dikira senyum-senyum karena menang Arisan. Apa senyumnya kurang menggoda.
"Kamu batuk-batuk, nanti makanannya kecipratan batuk kamu lho, Apa sebaiknya kamu segera minum obat batuk" Kata Rendi sambil menutup kembali makanannya lalu memandang khawatir pada Amora.
Amora merah padam kesal banget karena Rendi takut makanannya kecipratan batuk dia. Tapi bukan Amora kalau ga pede abis. Ia bicara lagi dengan suara yang semakin didesah-desah.
"Terimakasih Pak sudah mengkhawatirkan Saya" Amora tersenyum makin genit.
"Bukan Kamu yang saya khawatirkan tapi kalau kamu batuk nanti nular ke Saya.." Rendi berkata dengan tenang.
"Aaargh...." Amora tampak mengeram kesal. Ga peka amat sih ni orang. Apa dia tidak tahu bagaimana memperlakukan wanita cantik seperti dia. Yang jatuh cinta pada dia antrian panjang banget. Lha ini jelas-jelas Ia sendiri yang jatuh cinta pada Rendi tapi Rendi malah ga peduli. Menyebalkan.
"Kalau begitu Saya permisi dulu.." Kata Amora akhirnya Dia nyerah dulu untuk kemudian mengatur strategi kembali.
"Cari obatnya yang bagusan sedikit jangan lupa kalau masih ga sembuh minum antibiotik" Rendi masih berbicara mengingatkan sekertarisnya.
"Siap Pak" Kata Amora sambil misruh-misruh kesal.
Sambil menutup pintu Amora mengepalkan tangannya. "Lihat saja nanti lama-lama Aku dukunin kamu biar kapok. Kata lagu juga kalau Cinta ditolak maka dukun bertindak. Pakai ajian jaran goyang sekalian. Biar muter-muter di kaki Aku." Amora berdesis pada dirinya sendiri pake ngancam-ngancam segala.
Padahal sih ancaman dimulut doang. Sebagai orang penakut kelas wahid boro-boro pergi ke dukun yang identik dengan makhluk ghaib. Amora lihat bayangannya sendiri di malam hari saja bisa lari terbirit-birit.
Ia lalu duduk lagi mengerjakan pekerjaannya. Sampai tidak terasa sudah waktunya istirahat. Ia menguap lalu menggeliat untuk merilekskan badannya. Pas lagi menggeliat pintu ruangan Rendi terbuka. Walhasil geliatan Amora terlihat langsung. Amora jadi tergagap dengan wajah merah padam menahan malu. Seorang sekertaris harusnya memiliki attitude yang baik. Ini malah nguap sama menggeliat ga karuan. Kepergok langsung lagi sama Bosnya.
"Memang sudah waktunya tidur siang bagi anak balita. Karena Kamu bukan Balita, Aku harap Kau masih bisa bertahan sampai pukul 4 nanti" Kata Rendi mengingatkan bahwa waktu pulang masih lama.
"Ga apa-apa Pak, ini cuma sedikit mengantuk saja. Semoga bapak tidak langsung baper." Kata Amora sambil cengengesan.
"Sedikit mengantuk atau banyak akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dan mengantuk walaupun sangat manusiawi tapi sangat terlarang di dunia kerja. Maka aturlah jam biologis Kamu agar tau kapan waktunya ngantuk, kapan harus tidur, kapan harus istirahat dan seterusnya."
"Oh ya ya..Pak. Saya Paham. " Amora menatap penuh kekaguman. Orang cakep walaupun lagi ceramah ga ngebosenin tetap aja cute abis. Ngomong-ngomong mengapa sampai usia 27 masih melajang. Pacar ga punya boro-boro istri. Padahal wanita mana yang tidak akan meleleh melihat tongkrongan Rendi. Itu mata juga dingin banget sama cewek-cewek. Walaupun bertegur sapa dengan ramah tapi sorot matanya tetap kosong.
Rendi sendiri bukannya tidak tahu para gadis mengaguminya. Tapi bagi Rendi jatuh cinta itu cukup sekali seumur hidup. Begitu Dia disakiti tidak ada lagi pintu yang akan terbuka untuk makhluk yang namanya wanita. Rendi masih Ingat dengan jelas bagaimana Ia dulu dibuang bagai sepatu usang hanya karena Ia pura-pura miskin. Ya..wanita itu wanita yang sangat Ia cintai ternyata memutuskan cintanya hanya karena harta.
Dulu waktu kuliah Ia begitu percaya diri bahwa Ia bisa mendapatkan cinta suci hanya dengan modal dirinya sendiri. Hingga Ia lalu menyembunyikan identitasnya sebagai ahli waris dari perusahaan yang ternama di negaranya. Hidup bergelimang harta tetapi kekurangan kasih sayang ibu membuat hidup Rendi sedikit posesif dan ketakutan. Sehingga Ia akan mencari wanita yang menerima dia apa adanya bukan menerimanya karena kekayaan yang Ia miliki.
Sejak awal kuliah Ia tidak membawa kendaraan apapun kecuali motor jelek yang sengaja Ia beli dari tukang kebunnya. Lalu ketika tampangnya yang memang tampan masih bisa menarik perhatian para gadis Ia jatuh cinta pada seorang wanita yang sebenarnya sama sekali tidak kaya.
Wanita itu cenderung miskin dan pendiam. Wajahnya juga sebenarnya cantik tetapi masih standar jika dibandingkan dengan wanita-wanita yang menaksirnya. Apa daya cinta memang tidak bisa memilih. Rendi malah cinta setengah mati. Walau nyatanya Ia ternyata jatuh cinta pada wanita yang salah. Setelah berhubungan sekian lama akhirnya ditingkat akhir Rendi memantapkan untuk menikahinya. Dan ketika Ia hendak mengungkapkan identitas aslinya Ia kalah cepat dengan wanita itu yang meminta putus terlebih dahulu karena Ia lebih menerima dijodohkan oleh orangtuanya dengan seseorang yang lebih kaya dari Rendi.
Harga diri Rendi langsung tertoreh melihat ternyata si wanita itu juga terlihat menerima dengan suka rela bahkan mulai demonstratif memperlihatkan hubungannya dengan pria itu. Rendi melihat pria itu membawa mobil dengan merk biasa-biasa saja. Tetapi jelas tidak bisa dibandingkan dengan motor bututnya yang terkadang sering mogok. Padahal wajah pria itu biasa-biasa saja kalah telak sama dirinya.
Sedihnya tidak terkira. Rendi yang memang baik hati dari orok langsung baper tingkat dewa. Kalau ga ingat dosa ingin rasanya menenggelamkan diri di Pantai Laut Selatan yang terkenal ganas dengan ombaknya.
Sejak saat itu Rendi menutup hati dari semua wanita. Dia berpikir wanita dengan kecantikan biasa saja seperti itu apalagi dengan kecantikan luar biasa. Makanya semakin cantik gadis itu Ia semakin antipati. Rendi selalu berpikiran bahwa semua gadis di dunia ini sama matrenya.
Tidak banyak yang tahu kisah cintanya termasuk kakek dan Ayahnya. Ketika Ayahnya membawa masuk seorang wanita dengan dua anak perempuannya ke dalam rumah mereka. Rendi yang baik hati dengan sukarela menerima kedatangan ibu tiri dengan dua anaknya. Rendi selalu bersyukur bahwa Ia seorang laki-laki sehingga Ia tidak mengalami nasib seperti Cinderella rebutan Pangeran tampan dengan dua adik tirinya.
Apalagi kemudian Ibu Tirinya lalu melahirkan seorang adik perempuan untuknya. Lengkap sudah kebahagiaannya. Ayahnya sendiri tidak pernah memaksa Rendi untuk memiliki pasangan hidup. Ia sangat menghormati apapun keputusan anaknya. Ia mencintai Rendi dengan segenap jiwanya. Kenyataan bahwa Rendi menerima keluarga barunya membuat Ayah Rendi semakin menyayanginya.
Rendi mengaburkan pandangannya dari Amora. Ia mencari Anton Kepala bagian Humasnya untuk pergi meninjau lokasi pembangunan Apartemennya. Dilihatnya Anton juga sedang menunggunya sehingga akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan Amora yang berkaca-kaca ditinggalkan sama Bos gantengnya.
***
Anton duduk disamping sopir pribadi Rendi. Sementara Rendi duduk di belakang sambil memandang ke arah jalanan yang padat merayap. Ia adalah pegawai yang paling sering diajak meninjau lokasi pembangunan proyek oleh Rendi. Umur mereka selisih tiga tahun.
Anton lebih tua tiga tahun dari Rendi. Dan Ia sudah memiliki 2 anak. Nah ini Bosnya entah apa yang ditungguin. Kalau nunggu bidadari jatuh dari langit mah yakin ga akan ada. Apalagi pake mimpi kaya Jaka Tarub nyuri bajunya lalu nikahin pemiliknya.
"Pa.." Anton memanggil Rendi.
"Iya.." Kata Rendi sambil tetap menatap macetnya jalan raya.
"Maaf banget nih Pak. " Anton bicara hati-hati sekali.
"Kenapa?" Rendi balas menatap Anton.
"Tapi sekali lagi maaf ya Pak. Gini Pak..Bapak ini kan tampannya kebangetan Pak. Bapak juga kaya raya. Maaf banget Pak. Kenapa Bapak belum menikah Ya? Padahal para gadis pasti banyak yang mencintai Bapak? Bapak kan tinggal tunjuk jari saja" Anton bertanya. Rupanya Ia sudah tidak tahan dengan ke misteriusan Majikannya
Rendi menatap Anton dengan pandangan heran. Sejak kapan Kepala Bagian Humasnya jadi ngurusin hubungan dirinya dengan perempuan. Bukan hubungan perusahaan dengan masyarakat.
"Setahu Aku, Kau ini kan Kepala bagian yang mengurus permasalahan perusahaan dengan pihak luar. Bukan mengurus permasalahan diriku. Apa sudah mau resign dari perusahaan ku?" Rendi langsung nyolot. Apa si Anton itu ga tahu kalau Ia paling ga suka ditanyakan tentang jodohnya. Rendi bicara dalam hatinya.
"Aduh..maaf Pak. Cuma nanya aja..Maaf ya Pak. Jangan dimasukkan kedalam hati Ya. " Anton langsung pucat pasi. Baru ditanya segitu doang itu Si Bos langsung nyolot kaya perempuan lagi terkena pra menstruasi. Mengerikan.
"Kalau begitu jangan tanyakan Aku lagi pertanyaan ga bermutu" Rendi mengomel-ngomel.
"Siap Pak" Kata Anton sambil diam seribu bahasa.
Rendi keluar dari mobil mewahnya. Andri sopir pribadi Rendi membukakan pintu untuknya. Seorang pelayan wanita segera membawakan tas kerja Rendi. Ia membawanya dengan hati-hati karena Ia tahu pasti isi dari tas itu. isinya adalah laptop dan peralatan gadget lainnya. Seperti biasa Ia membawakannya ke dalam ruangan kerja Rendi yang bersatu dengan kamar tidurnya.
Rumah tampak sepi. Rendi sedikit heran. Biasanya kalau sore semua orang pada ngumpul di ruang tengah. Ngobrol-ngobrol sambil makan kudapan.
"Pada kemana?" Tanya Rendi pada pelayan yang bernama Juju. Pelayan berusia 35 tahun itu menjawab. "Ada Tuan besar datang, Ia ada ditaman belakang. Jadi semua orang berkumpul disana"
"Ooh..Kakek. Kakek?? Tumben datang. Biasanya kalau ingin bertemu dia suka minta kita yang datang ke rumahnya" Rendi sedikit heran. Tapi Ia tidak banyak bertanya lagi. Ia masuk ke dalam kamarnya dan mandi. Rendi berendam di bathtubnya. Malam ini Ia janjian dengan teman-temannya berkumpul di kedai kopi dipusat kota. Sebenarnya Rendi sangat malas berkumpul dengan teman-temannya. Mereka biasanya pada pamer kecantikan pasangannya. Lha dia ga ada pasangan cuma jadi kambing conge sambil ngeliat mereka bermesraan.
Tapi yang membuat Ia tertarik untuk datang adalah perkataan Rico yang mengatakan ada seseorang yang ingin bermitra dengannya. Jadi malam ini ga ada salahnya Ia berkorban perasaan.
Selagi menikmati redaman di air hangat terdengar pintu diketuk.
"Rendi...Ada Kakek di taman, ingin bertemu. Ayo keluar dulu Nak" Terdengar ibu tirinya memanggil.
Rendi berteriak. "Ya sebentar Bu. Saya berpakaian dulu"
"Jangan lama-lama Yah..." Kata Ibu Tirinya sambil kemudian terdengar melangkah pergi.
Rendi beruntung ibu tirinya sangat baik dan tidak gila harta. Ia sama sekali tidak pernah meminta apapun dari Ayahnya. Selain biaya sekolah untuk anak kandungnya. Walaupun Rendi tahu ayahnya memenuhi semua kebutuhan Ibu dan adik tirinya tapi Rendi tetap mentransfer sejumlah uang yang sangat besar untuk mereka bertiga. Kecuali si bontot. Ia sengaja tidak pernah memberikan uang berlebihan untuknya selain masih di bawah umur juga Rendi menyiapkan yang lain untuk Serena.
Rendi memakai kaos dan celana selutut. Ia keluar dari kamarnya dengan keadaan segar. Dijalan Ia berpapasan dengan Serena. "Jangan lupa Kakak..besok pukul 7 malam...Aku sudah bilang pada Ayah. Ayah setuju asal Kau yang mengantar"
"Iya..ya..Kakak tahu. Apa yang harus kakak kenakan?"
"Pakaian kasual saja. Kan Kakak bukan tamu undangan. Jadi ga usah formil"
"Oh ya bagus kalau begitu. Kakak akan menunggu di mobil saja"
"Eits.. tidak bisa.. Kalau didalam pesta nanti aku kenapa-kenapa gimana?"
"Lha emang kenapa-kenapa gimana?" Kata Rendi sambil mengerutkan keningnya.
"Misal ada yang ngasih obat bius kaya di film-film terus Aku diperkosa bagaimana?" Wajah Serena datar banget kaya lagi nyeritain orang lagi beli es campur. Padahal yang diceritakan adalah cerita mengerikan.
Rendi langsung membentak,"Kalau begitu Kamu tidak usah pergi!! Apa teman-teman mu begitu mengerikan? Ini pasti gara-gara sering nonton tayangan di internet yang tidak bermutu" Rendi morang-maring.
"Iih..kakak Sensi amat. Inikan kalau bukannya kenyataan. Please Kakak..makanya cepat-cepat nikah deh biar sensinya tersalurkan."
Rendi melotot mendengar kata-kata adiknya yang menurutnya vulgar. "Kamu!! Kecil-kecil bahasanya udah vulgar seperti itu. Kamu gaul dengan siapa saja? " Rendi tampak sedikit panik.
"Vulgar apaan sih? Aku kan ga ngomong yang jorok-jorok. Kakak emang kuno banget. Please Kakak gaul dong. Cari pasangan biar tiap malam Minggu keluar rumah. Bukannya diam melulu dirumah nonton film. Mending kalau film dewasa biar wawasan semakin luas. Lha ini nontonnya film dokumenter kalau ga mantengin Chanel National Geographic"
Rendi makin melongo mendengar kata-kata adiknya. "Apa yang dimaksud dengan film dewasa? Apa Kamu suka menontonnya? Sarena.." Rendi hampir gila mendengar kata-kata adiknya. Seumur hidupnya saja Ia belum pernah nonton film dewasa. Ini adiknya yang baru 17 tahun malah berani bilang film dewasa segala.
Sarena malah tertawa terbahak-bahak. Ia senang sekali menggoda kakaknya. Makin digoda kakaknya makin kelihatan tampan. Ia sudah membayangkan di pesta nanti pasti teman-temannya pada kelenger melihat ketampanan Kakaknya yang kaya artis Korea. Cha Eun woo, mirip banget kaya pinang dibelah dua.
Kakaknya mirip artis Korea karena konon ibu kandungnya memang berasal dari negeri tersebut. Sehingga kulit putih sama raut wajahnya tumplek habis. Ia saja kalah putih sama kakaknya. Tapi bagusnya bulu matanya yang panjang serta kelopak mata gandanya menurun ke Ayahnya. Rahangnya juga sudah lancip dari sananya. Sehingga tanpa operasi plastik Kakaknya sudah tampil sempurna. Belum lagi bibirnya yang ikal kemerahan membuat Kakaknya beneran cakep banget.
Rendi mencekal tangan adiknya sampai adiknya mengaduh-ngaduh. "Kalau kelakuan Kamu mengerikan Kakak akan kirim kamu ke asrama putri Minggu depan"
"Aduh Kak..aduuh..jangan. Aku cuma main-main saja. Beneran...sumpah Aku cuma menggoda Kakak. Aku ga pernah nonton film dewasa...Sumpah Kak...sumpah" Sarena menarik lepas tangannya dari pegangan Kakaknya.
"Rendi!!! Cepat Nak. Itu Kakekmu sudah menunggu" Ibu tirinya terdengar memanggil lagi. "Iya Bu" Rendi menjawab panggilan Ibu Tirinya. Lalu Ia kembali berpaling pada adiknya.
"Awas Kamu..Ya kalau macem-macem Aku ga akan Ijinkan Kamu kemana-mana lagi sendiri" Kata Rendi sambil melepaskan pegangannya.
Sarena langsung lari ke kamarnya sambil bicara dalam hatinya. ' Kamu yang Awas. Lihat saja besok malam. Kau akan tau rasa..qi...qi...qi..' Sarena terkikik membayangkan besok di pesta ulangtahun Ia akan mengerjai kakaknya.
Suruh siapa hidup kaya katak dalam tempurung. Kakaknya harus dipaksa bergaul. Hidup bukan cuma buat nyari uang. Tapi harus bersenang-senang juga. Apalagi Ia sudah membuat misi dengan Kakeknya tadi. Kakaknya harus menikah sekarang juga bila perlu detik ini juga.
Rendi berjalan ke taman belakang. Dilihatnya ada Kakeknya sedang ngobrol dengan ayahnya. "Assalamualaikum Kakek.." Kata Rendi sambil mencium tangan Kakeknya.
Tangan kisut Kakeknya menepuk pundaknya berkali-kali. Ia sangat bangga dengan perkembangan perusahaan yang Ia wariskan pada Rendi. Dari semua cucunya. Rendi adalah cucu kesayangannya. Tetapi walaupun begitu Ia tetap bersikap adil. Semua cucu laki-lakinya nya yang berjumlah 3 orang Ia berikan Perusahaan yang bernilai sama. Tapi cuma Perusahaan Rendi yang dalam waktu tiga tahun yang berkembang dengan sangat pesat. Bahkan kini hampir menyamai perusahaannya dan perusahaan Ayahnya Rendi. Rendi kerja keras siang dan malam.
Walaupun Kakeknya sangat bangga tapi Ia khawatir dengan kehidupan Rendi. Usianya sudah 27 tahun tapi masih melajang. Bahkan dikeluarga beredar gosip yang mengerikan. Rendi adalah penyuka sesama jenis makanya tidak menikah. Makanya Kakeknya kemudian merasa Ia harus mengambil tindakan.
"Duduklah Rendi!!" Kata Kakeknya. Rendi duduk dengan patuh. Ia melirik kearah ayahnya yang terlihat sedang gelisah. Membuat Rendi jadi sedikit tegang juga. Firasatnya mengatakan akan ada kejadian yang kurang menyenangkan.
"Begini Rendi..Usia Kakek ini sudah tidak akan lama.." Kakeknya lalu terdiam. Matanya berkaca-kaca wajahnya terlihat sangat sedih. Rendi jadi tidak enak hati. Kenapa jadi ada drama yang mengharu biru seperti ini. Apa sebentar lagi akan ada derai air mata antara Kakek, Ayah dan Anak yang ketiganya berjenis kelamin laki-laki. Sungguh adegan yang tidak lucu.
"Kakek..Kenapa Kakek berkata seperti itu? Kakek terlihat sangat sehat dan Kakek akan panjang umur"
"Aku tidak mau panjang umur, Kalau buat hidup menderita" Kakeknya mulai sedikit lebay.
"Menderita bagaimana Kakek? Bukankah selama ini Kakek baik-baik saja"
"Baik-baik bagaimana. Melihatmu hidup membujang Aku benar-benar tidak tahan. Mau ditaruh di mana muka Kakek ketika cucunya dikira gay.."
Rendi terkejut bukan alang kepalang mendengar kata-kata Kakeknya. Tadi Ia mendengar Sarena yang bicara Vulgar sekarang Kakeknya. Ada apa ini? Bikin merinding bulu kuduk aja.
"Kakek..Aku belum ingin menikah?"
"Menikah itu sunah Rasul tau? Tidak akan lengkap iman seseorang sebelum Ia menikah. Dasar anak bodoh. Mau nunggu kapan lagi? Mau nunggu Aku sudah jadi mayat baru Kau akan menikah. Kalau Kamu tidak bisa nyari istri sendiri. Biar Kakek yang atur. Sahabat Kakek. Tuan Anwar kemarin mengatakan akan mencari suami untuk cucu perempuannya. Kakek sangat cocok dengan gadis itu.
Haji Anwar adalah sahabat Kakek sejak dulu. Ia orang yang sangat baik dan dermawan. Ia juga sangat Sholeh. Kami sudah sepakat untuk itu menikahkan Kalian. Minggu depan Kalian harus sudah menikah."
Rendi langsung terbatuk-batuk kaya pengidap TBC kronis. Ayahnya sampai menyodorkan air minum. Rendi meminumnya sambil menahan sakit di dada akibat goncangan yang begitu besar. Agaknya kalau Ia punya penyakit jantung. Ia sudah semaput menghadap Ilahi.
"Kakek.. menikah itu tidak semudah membalikkan telapak tangan"
"Tentu saja itu benar. Kalau menikah itu mudah, tentu Kau sudah menikah sejak lama. Aku tidak mau dibantah lagi. Kalau kamu ingin aku hidup lebih lama maka turuti kata-kata Kakek. Aku ga ikhlas Kau dikira gay oleh Semua orang"
"Kakek.. tolonglah.." Kini mata Rendi yang mulai berkaca-kaca. Ia melirik Ayahnya meminta pertolongan. Tapi Ayahnya malah pura-pura ga lihat. Rendi segera tahu kalau Ayahnya juga sepakat dengan kakeknya.
"Besok Malam Kau akan diantar adikmu menemui calon istrimu"
"Besok...malam? Tapi besok malam Aku harus mengantar Serena ke pesta ulangtahun temannya." Rendi terbata-bata.
"Ya.. Temannya Serena yang sedang ulangtahun itulah calon istrimu"
"APAAA???" Rendi langsung histeris sambil memegang kepalanya.
"KAKEK!!.. Teman Serena itu merayakan ulangtahunnya yang ke 17. Ia masih SMA" Rendi bagaikan dicekik dadanya terasa sesak. Keringat dingin mengalir ke sekujur tubuhnya.
"Kalau 17 memang kenapa? Apa yang salah. Dia sudah kelas XII SMA. Sebentar lagi juga tamat."
"Tapi masa SMA dilarang menikah." Rendi benar-benar merasa sangat tidak masuk di akal. Apa sekarang Bulan April. Apa Ia sedang dikerjai kakeknya dalam acara April Mop. Apakah ini sebuah lelucon.
"Asal jangan pihak sekolah tahu maka akan aman-aman saja. Dan satu lagi. Akan dipastikan istrimu itu mengenakan alat kontrasepsi agar tidak hamil dulu.." Kakeknya bicara begitu mudahnya.
Ugh.. perut Rendi terasa seperti ada yang menonjok. Ia ingin rasanya tenggelam ke dasar bumi dan tidak pernah muncul lagi.
" Kakek..dia masih dibawah umur. Kita melanggar hukum" Rendi masih berargumen lagi
"Hukum siapa? Itu adalah hukum manusia. Asal jangan melanggar hukum Agama saja"
"Duuuh...Kakek itu salah, Kakek!! Hukum manusia dibuat demi kebaikan kita bersama" Rendi beneran sudah terasa kehilangan nyawanya.
"Aku tidak mau tahu. Demi kebaikan kita khe atau negara khe. Apa negara bertanggung jawab kalau seandainya Kau tidak menikah seumur hidupmu"
"Kakek..Aku berjanji akan menikah tapi tidak sekarang. Dan Aku akan mencari istri yang sebaya"
"Tidak!! Sudah terlambat untuk itu. Menunggu Kau mencari jodoh bagaikan menunggu hujan emas turun dari langit. Nikahi gadis itu atau Hubungan kita putus. Kau tidak akan ku anggap jadi cucuku lagi"
"Kakek..ini pelanggaran hak asasi manusia yang paling hakiki dan melanggar program pemerintah wajib belajar 12 tahun"
"Melanggar apaan? Aku tidak menyuruh istrimu nanti berhenti sekolah. Bahkan Ia harus kuliah bila perlu kuliah sampai ke luar negeri" Kakeknya Rendi ngotot.
"Kakek..tolong.." Rendi meremas-remas rambutnya yang lurus, hitam dan tebal. Wajah tampannya tampak memelas. Kalau tidak malu akan jenis kelaminnya Ia sudah nangis guling-guling.
ความคิดเห็นย่อย
คุณลักษณะความคิดเห็นย่อหน้าอยู่ในขณะนี้บนเว็บ! เลื่อนเมาส์ไปที่ย่อหน้าใดก็ได้แล้วคลิกไอคอนเพื่อเพิ่มความคิดเห็นของคุณ
นอกจากนี้คุณสามารถปิด / เปิดได้ตลอดเวลาในการตั้งค่า
เข้าใจแล้ว