Begitu tak terasa hari demi hari, Minggu demi minggu, dan bulan demi bulan telah berlalu.
Kebahagiaan masih tetap sama, namun mungkin menghitung hari kebahagiaan akan semakin bertambah dengan kedatangan sosok anggota keluarga baru.
Begitu banyak keanehan telah terjadi dibeberapa bulan lalu. Dimana saat Ayisa sedang hamil Ilyas yang mengidam, juga Arisa yang juga tengah hamil tidak suka pada suaminya sendiri, ditambah lagi Lily yang juga sedang hamil selalu ingin dimanja oleh Bagas.
Bagitu banyak konflik yang telah terjadi namun pada akhirnya semua dilumuri kebahagiaan.
"Mas... mas perut aku sakit!!" teriak Arisa.
"Mas... perut aku juga sakit!!" teriak Lily.
"loh kok pada sakit perut sih?" tentang Ayisa.
Bagas yang sangat khawatir dengan cepat menghampiri Lily. Diikuti juga oleh Irwan yang khawatir terjadi sesuatu pada Arisa.
Lily dan Arisa akhirnya akan dibawa kerumah sakit, karena tak kuasa menahan sakit diperutnya.
Ilyas yang kebetulan baru tiba dirumah sontak kaget."ada apa? istri kalian kenapa?" tanyanya sedikit panik.
"nggak tau sakit perut katanya" ucap Bagas.
Mereka pun berangkat kerumah sakit.
Ilyas menatap Ayisa yang saat ini terlihat tenang melihat Arisa dan Lily dibawa kerumah sakit.
"Ayisa kamu nggak apa-apa kan?" tanya Ilyas.
"aku nggak apa-apa kok, kita susul Mereka ya?" ucap Ayisa.
"yaudah kita langsung berangkat aja sekarang" ucap Ilyas.
***
Arisa dan Lily sampai dirumah sakit mereka di dorong menggunakan stretcher dan dimasukkan ke sebuah ruangan bersalin.
Ilyas dan Ayisa yang baru saja sampai langsung menuju keruangan tersebut.
Setibanya mereka disana Ilyas kembali menatap Ayisa yang kini wajahnya memerah namun Ayisa terlihat biasa-biasa saja.
"Ayisa wajah kamu kenapa? kok merah gitu?" tanya Ilyas.
Ayisa membalikkan tubuhnya menatap Ilyas yang berada disampingnya."merah kenapa?" tanyanya kembali pada Ilyas.
Bagas dan Irwan berdiri dan memperhatikan wajah Ayisa."iya wajah kamu kok merah banget?" tanya Irwan.
"kamu pake bedak apa?" tanya Bagas.
Ayisa menatap mereka satu persatu."semenjak aku hamil aku udah nggak pernah pake bedak apapun" ucapnya.
"merah, merah loh muka kamu" ucap Irwan.
Ilyas menggeggam kedua pipi Ayisa."kamu nggak apa apa kan?" tanyanya sedikit panik.
"aku nggak apa-apa"
tiba-tiba terdengar suara anak bayi yang menangis.
"masyaallah, itu anak kakak" ucap Ayisa bahagia.
"masyaallah dia udah lahir" ucap Ilyas.
"aku udah jadi bapak, aku udah punya anak" sorak gembira Bagas.
""aku juga" ucap Irwan.
Seorang dokter keluar dari ruangan tersebut."suami ibu Arisa dan Ibu Lily yang mana ya?" tanya dokter tersebut.
"saya, saya suaminya Lily" ucap Bagas.
"saya suaminya Bu Arisa" ucap Irwan.
"selamat ya, anak bapak semua laki-laki" ucap dokter tersebut.
"Bagas junior itu" ucap Bagas.
"itu Irwan junior" ucap Irwan.
Sontak mereka memasuki ruangan tersebut dan menemui istri mereka.
Sedangkan Ilyas masih terlihat panik dengan wajah Ayisa yang memerah.
"bang Alhamdulillah ya kak Ari sama Mbak Li udah lahiran" ucap Ayisa.
"iya" balas Ilyas singkat.
"aku telfon umi sama bunda dulu ya?" ucap Ayisa.
"iya".
Ayisa tak luput dari pandangan Ilyas yang kini sedikit khawatir dengan Ayisa.
Tak lama setelah Ayisa telah menelpon keluarga, merekapun akhirnya tiba dirumah sakit.
Mereka bersama-sama memasuki ruangan bersalin.
"Alhamdulillah, anaknya laki-laki" ucap Ani.
"Ayisa! muka kamu kenapa memerah gitu?" tanya Yuni.
Ayisa menjadi sorotan banyak pasang mata.
"iya, muka kamu kenapa?" tanya Ani.
Wajah Ayisa semakin memerah dan tubuhnya terlihat lemas.
Ilyas langsung menarik tangan Ayisa dan mendudukkan nya di atas kursi.
"perut aku sakit" ucapnya pelan.
"dokter!! panggil dokter!! dokter yang tadi panggil! mau ngelahirin tuh dia!!" teriak Farhan sedikit panik dengan keadaan Ayisa.
"iya, diakan juga hamil, panggil dokter!" teriak Irham.
Tersadar bahwa kandungan Ayisa sudah memasuki waktunya Ilyas dengan cepat memanggil seorang dokter.
"dok.. istri saya mau ngelahirin" ucap Ilyas.
"iya.. iya tolong semua keluar dulu dari ruangan ini, tolong mohon partisipasinya, keluar dulu" ucap dokter tersebut.
Ayisa yang kini terbaring dia atas stretcher baru menyadari bahwa sedari tadi wajahnya memerah karena menahan kesakitan diperutnya namun tak dihiraukan karena kepanikannya lebih besar dari rasa kesakitannya.
Telah diusahakan namun bayi yang ada didalam kandungan Ayisa tak kunjung keluar dan itu membuat dokter sedikit kesal.
Dia pun menemui Ilyas."dokter Ilyas boleh masuk!" ucapnya.
Ilyas memasuki ruangan tersebut yang dimana ditutupi dengan tirai pembatas.
"ada apa dok?" tanya Ilyas.
"kami telah berusaha namun bayi yang ada dikandung ibu Ayisa sulit untuk dikeluarkan". Jeda beberapa detik dokter itu mengambil nafas."mungkin jalan satu-satunya harus dioperasi" ucap dokter tersebut.
Ilyas berjalan kecil kearah Ayisa yang berbaring di atas stretcher."apa tidak ada cara lain?" tanyanya.
"kami sudah melakukan yang terbaik namun jalan satu-satunya adalah harus di operasi" ucap dokter tersebut.
Ilyas menggeggam tangan Ayisa yang juga menggeggam erat tangannya.
Tiba-tiba Ilyas dan dokter itu sontak kaget saat Ayisa berteriak menjerit kesakitan.
Ilyas tak melepaskan genggaman Ayisa walaupun dia merasa sangat kesakitan dengan genggaman keras Ayisa.
Dia sangat panik dengan keadaan Ayisa, namun kepanikannya berubah menjadi kebahagiaan saat setelah beberapa detik Ayisa menjerit ada seorang yang bertubuh kecil dan mungil juga ikutan menangis.
Dokter itu sangat terkejut saat dirinya telah memastikan bahwa Ayisa hanya bisa dioperasi, namun kedatangan Ilyas adalah suatu keajaiban.
"masyaallah, mungkin saja anak ini ingin ibunya didampingi oleh Ayahnya" ucap dokter tersebut.
Ilyas sangat bahagia dengan hal itu.
Dokter itu menggendong bayi kecil itu dan membersihkan nya, dan memberikan nya pada Ayisa yang kiniasih terlihat lemas dengan keadaannya.
Ilyas keluar menemui keluarganya."aku udah jadi ayah!! anakku sudah lahir!! dia sehat!!" teriak bahagia Ilyas.
"perempuan atau laki-laki?" tanya Bagas.
"perempuan" ucap Ilyas.
Mereka kembali memasuki ruangan itu dan menemui Ayisa.
"Ilyas bisikkan alfatihah ditelinga anakmu" ucap Farhan.
"iya Abi"
Ilyas menjangkau anaknya dan menggendongnya dan membisikkan surah Al Fatihah di telinga kanan anaknya.
Ayisa, Arisa dan Lily di tempatkan diruangan yang sama agar mereka lebih mudah untuk menemui mereka secara bersamaan.
"kak Ari, keponakan ganteng ku di kasi nama siapa?" tanya Ayisa.
"aku mau kasi nama... Artha Nabil Ariwan" ucap Arisa.
"wah keren namanya". Jeda beberapa detik."kalau mbak Li, keponakan ganteng ku mau dikasi nama siapa?" tanya Ayisa pada Lily.
"namanya, aku nggak tau belum siapin nama soalnya" ucap Lily.
"yah, masa belum ada sih" ucap Ayisa.
"udah ada kok, namanya Alfian Rizal Liagas" ucap Bagas.
"Liagas? artinya apa tuh?" tanya Ayisa.
"Liagas itu singkatan dari Lily Bagas" jawab Bagas.
"unik banget sih pemikiran kakak" ucap Ayisa.
"nah kamu yang paling cerewet dari tadi, nama anak kamu siapa?" tanya Arisa.
"aku punya nama dong buat anak aku yang paling cantik ini". Jeda beberapa detik Ayisa mencium pipi anaknya."namanya Safaya Ayilyas" ucap Ayisa.
"Safaya Ayilyas? aneh banget namanya" ucap Arisa.
"nggak lah! ini itu unik! Safaya berasal dari kata Safa yang artinya suci bersih terus aku tambahin deh belakangnya Ya supaya kedengaran unik gimana gitu kalau disebut, dan Ayilyas itu singkatan dari Ayisa Ilyas, dan nama ini udah aku siapin saat Faya masih tujuh bulan dalam kandungan aku" ucap Ayisa.
"ohh, boleh juga dibilang unik, tapi kok kamu bisa tau sih kalau anak kamu nantinya perempuan?" tanya Lily.
"sebenarnya aku udah siapin dua nama kalau yang nantinya laki-laki aku kasi nama Ahmad Dzaky Ayilyas dan kalau perempuan namanya Safaya Ayilyas, dan karena yang lahir perempuan jadi namanya Safaya Ayilyas dan dipanggil Faya" ucap Ayisa.
Ayisa, Arisa dan Lily akhirnya diperbolehkan untuk pulang.
Dan sampai nya mereka di rumah mereka disambut meriah dengan kedatangan banyak keluarga Ayisa juga Ilyas dan Arisa, juga Bagas yang dari Bandung, sedangkan Lily dan Irwan mereka juga kedatangan keluarga dekat mereka.
Tak ingin melewatkan kesempatan melihat junior Junior Anjeer dan Fika juga datang menghadiri perayaan kelahiran sahabatnya.
Kadang saat kita membenci seseorang kadang pula dialah yang sebenarnya yang paling kita cintai.
Terimakasih... Untuk Kalian yang Telah menyempatkan diri untuk membaca cerita yang sangat biasa ini dan masih sangat jauh dari kata sempurna.
Salam kenal, Nasrina Nasir. Semoga kita selalu mendapatkan yang terbaik dari yang baik.