tanpa kata Rafael terus memperhatikan para pengawal dengan dingin, membuat bulu kuduk mereka berdiri tanpa sadar.
Tatapan mata itu seolah memberikan tikaman yang tajam pada mental mereka secara tidak langsung.
'Siapa orang ini, mengapa instingku memberikan tanda bahaya?' pikir pengawal yang berdiri di hadapan Rafael.
Selama ini pengawal itu selalu mengandalkan instingnya saat menghadapi lawannya, dia akan tau jika lawan yang dia hadapi adalah orang yang kuat, maka dia akan mundur sebelum pertarungan.
Dan sekarang instingnya memberikan peringatan bahaya sekali lagi, dia tidak bisa menganggap remeh pria yang berdiri dihadapannya ini.
"Kamu mau apa? Jika kamu ingin masuk, kamu harus meminta izin dari tuan!" ucap si pengawal dengan suara bergetar.
Dia tidak ingin melawan orang ini, tapi dia juga tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya. Dia di percayakan untuk menjaga keamanan di depan pintu, dan tidak boleh membiarkan orang lain masuk tanpa izin.
"Biarkan dia masuk!" Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari arah belakang.
"Tu..tuan Gilbert." ucap pengawal sambil membungkuk dari arah datangnya pria tersebut.
"aku tidak menyangka Tuan Rafael Pradianata akan datang berkunjung ke mansionku yang sederhana ini!" ucap Gilbert sambil memberikan hormat bangsawan pada Rafael.
"Aku menginginkan Demian." ucap Rafael dengan ekspresi dingin.
Dia tidak memperdulikan status orang yang berdiri di hadapannya, baginya mereka tidak pantas di perlakukan baik saat mereka berusaha menyakiti orang-orang di sekitarnya.
"Hahaha... Sungguh sikap yang seharusnya dari Tuan Muda Pertama Rafael Pradianata, tidak bertele-tele dan langsung pada intinya." ucap Gilbert dengan senyum ramah.
Meskipun Gilbert hanya satu kali bertemu dengan Rafael, namun dia dapat mengingat Rafael dengan sangat jelas.
Waktu itu Yang Mulia sedang menerima tamu penting di istana, dan Rafael merupakan tamu penting itu.
Rafael datang bersama dengan kepala keluarga Pradianata yang merupakan kakek kandung Rafael.
Gilbert merupakan salah satu saksi dari aksi kejam Rafael dalam membasmi para petinggi-petinggi negara, memberikan mereka pukulan telak hingga tak bisa berkutik sedikitpun, dan hal itu dia lakukan hanya dalam waktu kurang dari seminggu.
Gilbert tau, dia tidak bisa menyinggung orang ini. Dia selalu memiliki rencana yang licik dan tak terbaca untuk lawan-lawannya.
"Mari masuk terlebih dahulu, sungguh tidak sopan untuk membiarkan tamu berdiri terlalu lama di depan pintu!" ucap Gilbert lalu memerintahkan pengawal untuk membuka pintu.
Gilbert berjalan masuk, di ikuti oleh Rafael dan yang lainnya.
Saat kaki mereka melangkah masuk, sebuah teriakan frustasi seorang pria terdengar.
"Lepaskan, lepaskan aku sekarang juga! Apa kalian tidak tau siapa aku?"
"Aku akan memberikan pelajaran pada kalian semua jika kalian tidak melepaskanku sekarang juga!"
"Aaa.. aku akan memotong-motong tubuh kalian dan menjadikannya sebagai makanan anjing! Dengarkan aku, kalian semua hanya sampah, tidak berhak mengurung tuan muda ini (aku) disini!" teriakan Demian menggema hampir keseluruh ruangan.
Saat dia melihat kedatangan Gilbert, Demian semakin menjadi-jadi.
"Kau pria brengsek, atas dasar apa kamu memerintahkan mereka untuk mengurungku! Lepaskan aku, lepaskan aku!" Teriak Demian murka.
Sekarang dia terlihat sangat kacau, penampilannya tidak lagi keren dan semenarik biasanya. Dia seolah-olah telah tertimpa musibah dalam beberapa tahun.
Gilbert yang mendengar makian dari Demian tidak merasa terganggu, dia bahkan mengacuhkan Demian seolah dia tidak berada di sana.
"Tuan Rafael, apakah dia orang yang kau cari?" tanya Gilbert ke arah Rafael.
Saat Demian melihat Rafael, sebuah harapan seolah-olah muncul di hadapannya, dia menjadi begitu bersemangat dan terharu.
Pada akhirnya, sahabatnya inilah yang akan menyelamatkannya dari penjara terkutuk ini.
"Rafael.. Ka..kau datang untuk menyelamatkanku bukan? Cepat katakan pada mereka untuk melepaskanku sekarang juga!"